Hai to Gensou no Grimgal [level 1] bab 14

Wednesday, April 27, 2016

Koin Perak Adalah Emas

"AKU TIDAK TAHAN LAGI!"

Ranta membanting gelas gerabahnya ke meja.

"Ranta ..." Mogzo bergumam.”Kau bisa memecahkannya."

"Diam! Aku tidak membantingnya dengan keras!” Teriak Ranta. ”Bagaimana denganmu, hah?! Tidakkah dia membuatmu jengkel?!”


Mogzo menggumamkan sesuatu dengan nada datar.

"Akui saja! Gadis itu membuatmu jengkel!” Ranta masih menyentak dengan suara keras. ”Apa-apaan dengan sikap seperti itu?! Sudah dua hari semenjak dia bergabung, tapi dia bahkan tidak mencoba untuk bergaul dengan kita! Haruhiro!”

"Apa?" Jawab Haruhiro.

"Kau juga berpikir sama denganku, kan! Jangan berbohong! Hei! Aku berbicara padamu! Katakan padaku apa yang kau pikirkan sejujurnya!”

"Aku sudah bilang beberapa kali." Haruhiro minum bir di gelasnya.”Aku berusaha menerima ini semua tanpa mengeluh. Tapi aku tidak tidak setuju denganmu.”

"Berhenti menggunakan kalimat yang bertele-tele! Kamu membela gadis itu hanya karena dia sedikit berparas cantik!”

"Tidak ada hubungannya dengan itu."

"Kau terlalu lembut padanya! Kau lembut pada semua gadis! Terlalu lembut!”

"Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Tapi akui saja bahwa kau juga tidak sanggup menentang dia. Kau berani mencercanya ketika dia tidak ada di sini, tapi kau tak mengatakan sepatah katapun di depan wajahnya.”

"Bagaimana bisa aku melakukannya!" Ranta menjatuhkan diri ke depan, dan menundukkan wajahnya pada meja. ”Dia begitu menakutkan! Mata itu, suara itu, SIALAN, itu sungguh menakutkan! Itu membuatku ingin menangis! ... Apakah tidak masalah jika aku menangis?”

Mogzo menepuk bahunya dengan lembut.”Jangan menangis, Ranta ..."

"Hentikan!" Ranta menampar tangan Mogzo agar pergi.”Jangan coba menghibur seorang pria! Seorang pria tidak ingin dihibur! Ini terlalu menyedihkan! Aku adalah seorang laki-laki sejati! Aku adalah seorang pria jantan! Aku ... adalah ...”

Haruhiro mendesah.”Biarkan saja dia, Mogzo. Dia memang seperti itu. Kau tak perlu repot-repot menenagkannya, karena memang seperti itulah Ranta."

Sejak Mary bergabung dengan Party, Ranta, Mogzo, dan Haruhiro membuat suatu rutinitas baru, yaitu mengunjungi Kedai Sherry setelah mereka kembali dari Kota Tua Damroww. Bukannya mereka kecanduan minum atau apa, tapi tanpa “pelampiasan” di pengunjung hari, mereka tidak akan tidur dengan nyenyak, dan keesokan harinya mereka tidak akan berburu dengan semangat.

Anggota Crimson Moon mendapatkan diskon bir seharga 3 perunggu setiap gelasnya, tetapi jika masih menjadi anggota pelatihan, diskon tidak diberikan dan mereka harus membayar dengan harga penuh, yaitu 4 perunggu. Meskipun Haruhiro hanya minum satu gelas per hari (paling banyak 2 gelas), dia pun menyadari bahwa kebiasaan barunya cukup menguras uang.

Penghasilan mereka hanya setengah (sebenarnya hanya sepertiga) dari apa yang biasa mereka dapatkan ketika Manato masih hidup. Sekarang, mereka jarang membawa pulang 1 perak untuk setiap anggota Party. Haruhiro tahu bahwa ia harus menabung uangnya. Dia tahu betul akan hal itu, tapi ...

Jika dihitung-hitung jumlah seluruh tabungan yang tersimpan pada Bank Yorozu, semua harta Haruhiro lebih dari 17 perak. Biaya penandatanganan kontrak dengan Crimson Moon adalah 20 perak, sehingga dia butuh sedikit uang lagi untuk menjadi anggota penuh. Tentu saja, walaupun hartanya sudah genap berjumlah 20 perak, dia tidak bisa menggunakan semuanya karena dia masih harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tanpa memiliki setidaknya 30 perak di tabungan, menghabiskan 20 perak untuk biaya pendaftaran bukanlah hal yang bijaksana. Andaikan Komandan Bri memperbolehkan mereka membayar secara angsuran, itu pasti akan menyenangkan.

"Crimson Moon. Pasukan cadangan ...” Haruhiro bergumam sembari melihat sekeliling kedai.

Semua orang di ruangan itu dilengkapi dengan Equipment yang lebih baik daripada mereka. Haruhiro yakin bahwa sebagian besar dari mereka mengenakan armor, bahkan ketika minum bir di kedai, karena mereka tak ingin armor-nya dicuri orang lain di saat sedang mabuk. Beberapa orang juga terlihat memiliki tali pedang yang sepertinya sangat mahal. Belum lagi pakaian mewah yang dibalut armor itu. Perbedaan antara mereka dan kelompok Haruhiro sangatlah jelas.

"Aku tahu." Ranta membungkuk ke depan dengan canggung, sampai dagunya menempel pada meja.”Tidak perlu memberitahuku, Haruhiro. Kau sedang pusing masalah kontrak, kan? Kau sedang berpikir : ‘tujuan kami bukan lagi menjadi anggota penuh Crimson Moon, tak peduli menjadi anggota penuh ataukan tidak, aku tidak mempermasalahkannya lagi’…. Iya, ‘kan?.”

"Bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan," kata Haruhiro, "aku pun tak tahu apa yang harus aku katakana padamu.”

"Tak sopan. Mau berantem, ya?”

"Aku minta maaf."

"Jangan hanya meminta maaf seperti itu. Orang lain tak akan mempedulikan argumenmu jika kau bersikap seperti itu. Cobalah untuk sedikit lebih memaksa, dasar bodoh.”

"Dasar bajingan menyebalkan."

"T-tapi ..." Mogzo menghela napas dalam-dalam.”Aku mendapatkan perasaan bahwa kita telah kehilangan arah tujuan. Sebelumnya, kita tidak seperti ini.”

"Mungkin saja," kata Ranta. Dia memiringkan kepalanya ke samping sampai salah satu sisi pipinya menyentuh permukaan meja. ”Semunya telah melenceng begitu jauh hanya karena Manato mati.”

Tiba-tiba emosi Haruhiro memuncak. Karena tak nyaman dengan perkataan Ranta, dia pun membentaknya, "Berhenti mengatakan 'hanya karena', seolah-olah ini bukanlah masalah besar. Ini adalah masalah yang besar, kau tahu."

"Ya." Ranta mengangguk ke samping.”Itu salahku."

"... Kau tidak perlu meminta maaf begitu, Ranta."

" Dasar bajingan menyebalkan."

Haruhiro ingin sekali menjotosnya, namun dia akhirnya sadar bahwa memukul orang seperti Ranta hanya akan membuang-buang tenaga saja. Orang seperti dia tidak layak dipukul.

"Tujuan, hah." Haruhiro melihat sekeliling kedai sekali lagi. Matanya tiba-tiba terpaku pada seseorang, dan dadanya tiba-tiba terasa sesak.”Renji ..."

Sementara Haruhiro dan lainnya duduk di meja terletak pada sudut lantai satu yang remang-remang, Tim Renji duduk pada meja bagus terletak di dekat meja counter yang terang-benderang. Meja yang ditempati Haruhiro dan yang lainnya memang tidak bagus, namun masalahnya adalah, mereka tidak mampu menempati meja yang posisinya lebih mencolok. Inilah bukti nyata kesenjangan kualitas, ranking, kepentingan, dan tingkatan sosial...

"Whoa." Ranta akhirnya juga melihat Party Renji.”Dasar si Renji tukang pamer sialan.”

Mogzo pun menjulurkan lehernya dan melihat ke arah Renji.”Wow."

Namun, Ranta dan Mogzo tidak mengakuinya. Seolah-olah si rambut perak itu tidak menarik perhatian, padahal Renji mengenakan mantel kulit mewah yang membalut armor-nya. Pedang raksasa milik Renji yang bersandar pada meja juga mengesankan, dan itu membuat Haruhiro bertanya-tanya bagaimana bisa Renji memperoleh benda se-mewah itu. Apakah ia membelinya? Ia harus membayar cukup banyak koin untuk mendapatkan benda seperti itu. Dan jika dia tidak membelinya, Haruhiro bertanya-tanya darimana dia menemukan benda seperti itu.

Bukan hanya Renji yang memiliki Equipment mewah. Si pria berambut cepak yang duduk di sampingnya (namanya kalau tidak salah adalah Ron) mengenakan armor yang megah. Pria berkacamata bernama Adachi mengenakan jubah hitam panjang yang begitu mencolok karena tag harga. Si gadis bernama Sassa berpakaian dengan style yang mengingatkan Haruhiro pada Master Barbara, sehingga dia mengira bahwa Sassa juga berprofesi sebagai Thief. Sassa, yang sejak awal memang sudah berparas cantik, kini bertambah seksi.

Orang yang duduk di kaki Renji adalah Chibi. Dia mengenakan jubah, dan tidak salah lagi bahwa dia adalah seorang Priest, tetapi, jubah itu tidak seperti apa yang Manato atau Mary biasa kenakan. Jubah itu terbuat dari bahan halus dan terdapat bordir di bagian tepinya.

"Mereka juga pemula .... kan?” Ranta tampak tercengang. ”Mereka tiba pada saat yang sama seperti kita, dan bergabung dengan Crimson Moon pada saat yang sama pula. Lantas kenapa ada perbedaan yang sangat besar di antara kita?”

Tampaknya, tidak peduli apakah seseorang adalah anggota penuh Crimson Moon atau anggota pelatihan, semuanya yang baru saja bergabung dengan Crimson Moon dianggap sebagai "pemula." Tapi dengan kondisi seperti ini, tak seorang pun memandang Tim Renji sebagai pemula. Jikalau ada orang yang menganggap mereka sebagai professional, maka dia akan terkejut setengah mati.

Hampir mustahil bagi mereka untuk menyamai Tim Renji, dan Haruhiro pun mengakui hal tersebut. Kesenjangan di antara mereka hanya akan semakin membesar dan menjauh. Party Haruhiro akan tetap berada di tingkatan paling dasar. Mereka adalah Party kecil bagaikan lalat yang tak berguna. Sementara itu, posisi Party Renji akan semakin naik menjulang ke langit. Tak lama lagi, semua orang akan mengakui Tim Renji sebagai Party yang terbaik, dan jika mereka kebetulan bertemu dengan tim Haruhiro di suatu tempat, Renji tidak akan mengenali mereka. Haruhiro dan yang lainnya akan dilupakan karena semua perhatian tertuju pada Tim Renji.

Andaikan saja Manato tidak mati, apakah akan berbeda hasilnya? "Kita sudah benar-benar menjadi tim yang baik," Manato pernah mengatakan hal itu. Manato sering datang ke Kedai Sherry, jadi dia pasti tahu seberapa baik pencapaian yang telah diperoleh Tim Renji. Pernahkan Manato merasa inferior? Kecewa? Frustrasi? Mungkin Manato pernah berpikir : 'Renji melaju lebih jauh dan semakin jauh. Apa sih yang selama ini aku lakukan? Kalau saja aku punya rekan yang lebih baik ... ‘ bagaimanapun juga, Manato hanyalah manusia biasa, sehingga dia pasti pernah memiliki kedengkian seperti itu. Walaupun itu hanya sekelumit dari hati kecilnya.

Mengapa tidak Renji mengundang Manato untuk bergabung dengannya sejak awal? Manato memiliki kemampuan kontribusi lebih baik. Kalau saja Manato bergabung bersama Tim Renji, mereka pasti akan semakin tangguh. Kalau saja Manato bergabung bersama Tim Renju, maka pasti ........ pasti……. pastilah dia masih hidup sekarang.

"Hei! Hey!”Ranta itu mengangkat lengannya.

Haruhiro bahkan tidak menyadari bahwa pandangannya terpusat pada lantai. Ketika ia mengangkat kepalanya, seorang pria berambut perak melirik ke arahnya. Dia hampir mendengking dengan kaget.

"Aku mendengar bahwa Manato sudah tiada.", Suara serak Renji bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan.

"M…." Haruhiro mulai berbicara, tapi kemudian berhenti. Dia sendiri tidak yakin apa yang ingin dia katakan. Apa? Apa? Apa? Apa? Akhirnya, dia berhasil mengucapkan "Memangnya kenapa?"

Dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya, Renji mengulurkan tangan yang terkepal dan, membentangkan jari-jarinya, kemudian menjatuhkan sesuatu. Haruhiro menangkap benda itu tanpa berpikir panjang. Ketika ia melihat, ia menyadari bahwa itu adalah koin.

Mogzo menghirup udara dengan keras, sampai-sampai dia hendak jatuh ke balakang. Mata Ranta terbelalak, seakan-akan bola matanya mau lepas. Tampaknya, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi dia kehilangan kata-kata. Tangan kanan Haruhiro yang menerima sekeping koin, mulai gemetaran.

Tentu saja, itu bukanlah benda palsu. Ini adalah pertama kalinya bagi mereka melihat kepingan yang sepertinya tak akan mungkin mereka dapatkan.

"Sekeping emas?"

"Ini adalah tanda belasungkawa dariku. Ambillah, " kata Renji dengan tak acuh, kemudian dia berbalik begitu saja untuk pergi.

"... J-J-Jangannn m-m-main…. m-main ..." Haruhiro berdiri tiba-tiba, dan ia merasakan emosi yang memuncak pada kepalanya.

Haruhiro ingin mengejar Renji, dan menghantamnya sekeras tenaga. Tapi dia tidak melakukannya. Tidak mungkin dia bisa melakukan itu pada monster seperti Renji. Pada akhirnya, ketika ia berhasil mengejarnya, Haruhiro mengatakan, "R-Renji! Tunggu! Tunggu sebentar!"

Renji akhirnya berhenti, dan berbalik menganggap Haruhiro dengan ekspresi yang tidak bersahabat.”Apa?"

"Ini ... Ini ..." Haruhiro menelan ludahnya. Renji sangat menakutkan. Seseorang yang tidak merasa terintimidasi di depan Renji bukanlah orang normal. ”Hanya saja ... Aku rasa, aku tidak sanggup menerima ini ... ini terasa ... tidak benar.”

"Aku paham." Renji mengulurkan tangan dan membuka kepalan tangannya.

Itu saja? Haruhiro berpikir bahwa Renji akan mengatakan hal lainnya. Tapi dia tidak mengatakan sepatah katapun. Mungkin lebih baik seperti itu. Haruhiro menarik napas panjang dengan lega. Dia menempatkan koin emas kembali pada tangan Renji.

Beberapa saat kemudian, dia pun menyesalinya. Walaupun itu hanyalah rasa menyesal yang kecil, namun dia sungguh menyayangkannya. Bagaimanapun juga, bena yang dikembalikannya adalah sekeping emas. Itu setara dengan seratus perak.

Renji pergi setelah itu, dan dia menutup mulutnya rapat-rapat setelah mengambil kembali koin yang hendak diberikan. Ketika Haruhiro kembali ke meja, Ranta segera menyerangnya.

"HARUHIRO, SEBERAPA IDIOT SIH DIRIMU INI?!" Ranta menghujatnya. ”Kenapa kau mengembalikannya? Akan lebih baik jika kita menyimpannya! Kita bisa merahasiakannya dan membagi rata 33 keping perak per orang. Kau dan Mogzo dapat 33 perak dan aku dapat 34 perak! KAMU BEGO ATAU APA?!"

"Kenapa kau bisa begitu santai ketika merahasiakan uang dari orang lain?" Haruhiro balik mencercanya.

"Karena memang seperti inilah aku! Itu sungguh mubazir! Kita bisa menandatangani kontrak dengan Crimson Moon, dan masih banyak uang tersisa!”

"Tapi itu ..." alis Mogzo merapat, dan mulutnya tampak cemberut. ”Aku tidak berpikir bahwa itu adalah tindakan yang baik. Jika kita membeli kontrak dengan menggunakan uang Renji, aku tidak berpikir bahwa itu akan membuat Manato bangga pada kita.”

"KOK KAMU BISA TAHU!" Ranta menyemburnya.”Dia tidak lagi ada di dunia ini! Sekarang kita harus mengurusi kehidupan kita sendiri! PERSETAN. Itu tadi benar-benar EMAS. Dan Renji menyerahkannya begitu saja seolah-olah benda itu tak berharga baginya. Seberapa kaya sih dia? Aku hanya memiliki tiga perak tersisa!”

"Apa? Hanya tiga?” Haruhiro menatap tajam pada Ranta yang berambut berantakan. ”Tidak mungkin ... Mengapa uangmu begitu sedikit? Uangmu sudah kau gunakan untuk apa?”

"Diam! Aku sudah menggunakannya untuk ini dan itu… ini dan itu! Aku boleh menggunakan uangku pada apapun yang aku inginkan!”

"Kau tidak akan bisa menabung untuk membeli kontrakmu dengan Crimson Moon."

"Kau tidak memiliki hak untuk mengatakan omong kosong padaku! Kau telah menghancurkan kesempatan terbaik untuk membeli kontrak!”

"Tidak ..." Haruhiro menempatkan kedua sikunya di atas meja, dan menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan.”Kita tidak bisa terus seperti ini. Ini tidak ada hubungannya dengan Manato. Ini adalah masalah kita sendiri. Perkataan Ranta ada benarnya. Manato sudah tidak ada lagi di dunia ini.”

Ranta mengejek.”Aku sudah memikirkan itu sejak lama."

"Kau hanya memikirkannya tanpa melakukan suatu hal pun," kata Mogzo dengan sedikit memaksa. Jarang-jarang Mogzo berkata seperti itu. ”Kau tidak bisa melakukan apapun jika hanya berpikir. Kau harus mengambil tindakan nyata untuk mewujudkannya.”

"... Kita berantakan." Haruhiro menggigit bibir bawahnya.”Dan bukan hanya persoalan Mary. Yume dan Shihoru juga sudah berhenti berbicara kepada kita. Semuanya tidak lagi seperti kemarin.”

Ranta menempatkan pipi di tangannya, dan memandang ke samping. "Mencoba untuk memperbaiki hubungan kita dengan mereka? Itu tidak akan berguna. Semuanya sudah terlambat sekarang.”

Haruhiro tidak tahu apakah rencananya akan gagal ataukah berhasil. Namun dia tahu suatu hal bahwa dia harus mencobanya.

0 comments:

Post a Comment