Hai to Gensou no Grimgal [level 1] bab 18

Wednesday, April 27, 2016

Alasan Gadis itu

"... Mary dan aku adalah teman pada Party yang sama, ketika kami masih menjadi anggota pelatihan Crimson Moon. Aku dan Michiki adalah Warrior, Mutsumi adalah Mage, Ogg adalah Thief, dan Mary adalah Priest kami. Berbagai hal berjalan dengan relatif baik ketika kami memulai petualangan.


Seperti kalian, kami mulai dengan berburu Goblin di daerah Kota Tua Damroww. Kami menabung uang, dan setelah sepuluh hari, akhirnya kami mampu membeli kontrak Crimson Moon. Kami kemudian meng-upgrade Equipment kami, belajar skill baru, dan mulai pergi mencari Kobold di Tambang Siren yang terletak sekitar lima mil pada utara Altana. Bahkan, kami mendapatkan kemudahan setelahnya, dan tidak pernah mengalami pertarungan yang berat. Saat itu, aku tidak pernah menyadari bahwa hal tersebut sangatlah janggal.

Tentu saja, Mary adalah orang yang menstabilkan pertarungan kami. Sampai saat inipun dia tidak berubah, dia masih cantik sama seperti dulu kala, dan dia tidak pernah berperilaku aneh. Saat itu, ia selalu tersenyum dan ceria. Dia tertawa sepanjang waktu. Dengan eksistensinya di sekitar kami, tak pernah sedetik pun kami merasa murung.

Dia tidak hanya menghafal mantra sihir cahaya. Dia juga belajar skill bela diri untuk melawan musuh, bahu-membahu bersamaku dan Michiki. Tentu saja, dia tidak pernah mengabaikan tugasnya sebagai penyembuh Party. Dia akan segera merawat kami, walaupun kami hanya menderita goresan kecil. Dia bahkan berani bertarung bersamaku dan Michiki di lini depan, menyembuhkan ketika kami terluka, mendukung Mutsumi dan Ogg ketika mereka dalam kesulitan ... dia sanggup menjalani tiga peran sekaligus secara bersamaan.

Party kami hanya beranggotakan lima orang, tapi benar-benar terasa seperti tujuh orang. Kami melalui semua pertarungan dengan mudah. Bahkan terlalu mudah.

Namun kami tidak mendapatkan banyak perhatian. Banyak orang tiba bersama kami, dan beberapa Party lainnya berhasil mengungguli prestasi kami. Tapi, semakin banyak pertarungan yang kami jalani, maka rasa percaya diri kami semakin besar.

Pada saat itu, kami sama sekali tidak mengenal rasa takut. Kami tidak pernah bertemu apapun yang membuat kami ketakutan, seakan-akan semuanya berjalan sesuai rencana. Namun, aku sekarang mengerti apakah arti dari suatu ketakutan. Tapi bagi Mary ... dia merasakan sesuatu yang berbeda saat itu. Walaupun kami selalu menang, dia sungguh merasakan ketakutan ketika salah seorang dari kami terluka, itulah kenapa dia selalu menyembuhkan kami dengan segera.

Mungkin dia takut bahwa secarik goresan bisa merobek-robek permadani yang indah jika terus dibiarkan, sehingga dia berusaha sekeras mungkin untuk menambal goresan itu. Aku pikir, Mary sangat memahami situasi saat itu. Dia tahu bahwa dalam kenyataannya, kami memenangi setiap pertarungan dengan margin setipis kertas. Namun, kami berempat sama sekali tidak menyadarinya. Kami telah menjadi sombong, dan terlalu percaya diri.

Party lain yang juga beroperasi pada Tambang Siren, dan kami tidak ingin mereka melampaui kami. Jadi, dengan kepercayaan diri bahwa mereka tidak akan melampaui kami, kami pun masuk ke tambang tersebut lebih dalam. Lebih dalam, dan semakin dalam. Akhirnya, pada lapisan kelima, di situlah semuanya terjadi….. suatu peristiwa yang tak mungkin aku lupakan seumur hidupku.

Kau mungkin sudah tahu, tapi Kobold adalah humanoids berbulu, dengan kepala mirip anjing. Tubuh mereka biasanya sedikit lebih pendek daripada rata-rata manusia normal, akan tetapi pada lapisan Tambang Siren yang lebih dalam, Kobold dengan tinggi badan mencapai 165 cm adalah hal biasa, dan mereka sangatlah kuat. Meskipun mereka tidak sepintar manusia pada umumnya, populitas mereka sangatlah hirarkis, dan mereka memiliki teknologi untuk mengolah logam. Mereka juga piawai dalam menggunakan sihir.

Keahlian Kobold adalah bergerak secara berkelompok, dan sebagian dari kelompok tersebut terdiri dari petarung yang rela mati tanpa takut apapun. Kami sudah terbiasa bertemu dengan Kobold dalam perjalanan menuju ke lapisan kelima. Jujur saja, kami percaya bahwa kami lebih kuat, dan lebih unggul daripada mereka. Bukannya kami ceroboh. Selama kami tidak lengah, kami yakin bahwa Kobold macam apapun bisa ditangani.

Dia disebut Deathspot karena titik-titik berwarna hitam & putih pada rambutnya (Spot) dan karena dia sudah membunuh banyak anggota Crimson Moon (Death). Kami mendengar bahwa dia dan beberapa bawahannya selalu berkeliaran di sekitar tambang, dan jika kami bertemu dengan mereka, lari adalah satu-satunya pilihan untuk bertahan hidup. Dia sudah mengincar mangsanya sejak memasuki gerbang masuk tambang, sehingga kami harus berhati-hati sejak berada di lapisan terluar.

Kami tahu keberadaan Deathspot, sampai saat itu, yang pernah kami lihat hanyalah bayangannya, namun tidak untuk wujudnya. Sehingga kami kurang berhati-hati.

Ketika kami melihat sosok Deathspot mendekat, kami tidaklah begitu percaya diri untuk mengajaknya bertarung, dan kami tidak optimis bisa mengalahkannya. Tapi kami berada di lapisan kelima. Artinya, jalan keluarnya berada 5 tingkat di atas kami, sehingga kami tidak bisa melarikan diri dengan mudah. Kami pikir, kami tidak punya pilihan selain melawan.

Kami memutuskan untuk bertarung di mana Michiki dan aku berusaha menyibukkan Deathspot secara bergantian, sementara Mary, Ogg, dan Mutsumi menangani anak buahnya. Pada awalnya, semua berjalan lancar. Deathspot begitu kuat dan tangguh, persis seperti yang rumor katakan, tapi aku dan Michiki mampu menahannya beberapa saat. Mary dan yang lainnya terus menghabisi anak buah Deathspot. Dan setiap kali salah satu dari kami terluka, Mary akan menyembuhkan dengan segera.

Akhirnya, semua anak buah Deathspot mati. Kami pikir, kami bisa memenangkan pertarungan ini. Kita bisa mengalahkan Deathspot. Monster itu menderita beberapa luka, namun kami tetap baik-baik saja. Tidak…. Lebih tepatnya, kami juga menderita beberapa luka, namun Mary menyembuhkan kami dengan sempurnya.

Ketidakdewasaan dan kebodohan lah yang membuat kami salah perhitungan. Andaikan saja kami mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri, dan meninggalkan Deathspot di belakang, mungkin kami bisa menyembuhkan sisa luka dan kabur.

Tapi kami tidak melakukannya. Kami malah menekan Deathspot, dan kami terus menyerangnya dengan brutal sampai-sampai rambut putih serigala itu bersimbah darah. Namun, tidak peduli berapa banyak aku, Michiki, dan Ogg menebasnya, tidak peduli berapa kali Mary menghantamnya, tidak peduli berapa banyak sihir Mutsumi dilemparkan padanya, ia tidak kunjung tumbang. Gerakannya memang semakin lambat, tapi daya tahan tubuhnya seakan-akan tak terbatas. Bukannya semakin melemah, rasa sakit dan luka-lukanya malah semakin membuatnya mengamuk.

Deathspot bukanlah lawan biasa, namun kami hanya petarung rata-rata. Ogg maju terlebih dahulu. Dia ditebas oleh cakar Deathspot, sehingga wajahnya robek. Sementara Mary menyembuhkannya, lengan kiri Michiki teriris dengan luka yang dalam. Dan sementara Mary menyembuhkan Michiki, aku dihantam oleh monster itu sampai roboh.

Aku merasa bahwa jeda waktunya hanya berselang sekitar lebih dari 30 detik, namun secepat itulah Ogg tewas dan Mutsumi menderita luka parah. Mary berusaha mati-matian untuk menyelamatkan hidup mereka. Michiki yang terluka di sekujur tubuh berusaha untuk menahan Deathspot sendirian. Ketika aku datang, aku dengan panik berusaha melawan Deathspot, untuk membiarkan Michiki beristirahat sejenak.

Dengan napas terakhirnya, Mutsumi menembakkan sihir yang membuat Deathspot goyah. Itulah apa yang aku lihat, dan itulah apa yang ingin aku percayai, namun ternyata sisa kekuatanku tak cukup untuk menahan monster sebesar itu.

"Mary, Michiki, cepat!" Aku berteriak berulang kali, namun aku tidak menyadari masalahnya sampai akhirnya Mary berteriak balik padaku, "Hayashi, aku minta maaf! Maafkan aku! Sihirku, ini ...”

Kau tahu kan, sihir bukanlah sesuatu yang dapat kau gunakan sesuka hati. Mage dan Priest mengeluarkan kekuatan roh untuk memanggil para dewa dan Elementals, dari mana energi tersebut berasal. Itu adalah pengetahuan dasar yang sudah dimengerti oleh banyak orang, namun ternyata, aku terlalu bodoh untuk memahaminya. Walaupun aku sesekali melihat Mary atau Mutsumi bermediasi untuk memulihkan energy roh mereka, aku tidak pernah tahu seberapa banyak jumlah sihir yang tersisa. Aku tak pernah tahu, apakah sihir mereka cukup banyak atau sudah sangat menipis.

Mutsumi dan Mary tidak pernah membicarakan detail hal seperti itu pada kami. Yang aku tahu hanyalah, Mutsumi akan melemparkan mantra ketika kami membutuhkannya, dan Mary akan menyembuhkan kami ketika kami membutuhkannya. Aku tidak pernah tahu betapa sulitnya mereka berusaha menghimpun energi. Tapi aku berpikir bahwa Mary telah menghabiskan banyak energinya sewaktu menangani anak buah Deathspot. Itu adalah pertarungan yang panjang, dan dia sudah mencapai batasnya.

Michiki menyelamatkan Mary dan aku. Michiki mengatakan kepada kami untuk lari, dan kemudian dia mengerahkan kekuatan sihirnya yang terakhir. Dia menghadap ke arah Deathspot, dan mulai melemparkan skill-nya pada Kobold raksasa itu. Mary menolak untuk pergi dan malah berlari ke arah Deathspot, tapi aku menghentikannya, lantas menyeretnya pergi.

Aku tidak punya alasan khusus. Aku meninggalkan Michiki di belakang sampai mati. Dia sudah terluka parah dan ingin menggunakan nyawanya untuk memberikan kami kesempatan lari. Sebagai temannya, aku ingin memenuhi harapan terakhinya.

Aku tidak tahu bagaimana caranya kami berhasil keluar sampai ke permukaan sejauh lima tingkat. Kami butuh setengah hari, dan ada saat-saat ketika kami pikir kami akan tamat. Kami berhasil keluar, namun tidak untuk beberapa rekan kami.

Tiga teman kami, yang merupakan sahabat paling berharga. Mereka pergi selamanya hanya dalam sekejap mata. Hati Mary begitu hancur setelah peristiwa itu. Dia adalah Priest, yaitu seorang penyembuh yang seharusnya bertugas menyelamatkan nyawa, tapi ia membiarkan nyawa tiga orang melayang agar dirinya sendiri tetap hidup. Sejak hari itu, aku belum pernah melihat senyumnya lagi. Terkadang, bahkan aku sendiri berpikir bahwa aku tidak punya hak untuk melihat senyuman gadis itu.

Setelah itu, Shinohara menemukan kami, dan kami bergabung dengan Orion, tapi tak lama kemudian Mary meninggalkan Klan. Aku pikir, persahabatan yang Orion tawarkan hanya menyebabkan luka di hatinya semakin pedih. Mary akhirnya berganti-ganti Party, dan dia tidak pernah tinggal lama pada suatu Party. Reputasinya menyebar, namun dia tidak lagi seperti Mary yang pernah aku kenal. Aku khawatir dan aku mencoba untuk berbicara dengannya, namun yang dia katakana hanyalah : “Aku baik-baik saja… Aku baik-baik saja…. Aku baik-baik saja.”

Aku seperti berbicara pada tembok. Sepertinya, luka di hatinya semakin pedih setiap kali dia melihat diriku. Baginya, aku seperti bukti dan simbol masa lalu yang begitu kelam. Tapi dia harus terus maju untuk menyongsong masa depan yang indah, namun aku tak mungkin lagi menemaninya untuk mewujudkan semua itu. Baginya, aku sama saja seperti hantu Michiki, Mutsumi, dan Ogg. Dia tidak lagi melihat masa depan pada diriku.

Dia harus menemukan semangatnya lagi. Jika tidak, dia hanya akan tenggelam lebih dalam pada jurang kenestapaan, tanpa bisa bergerak.”
Grimgar L1 266.jpg

0 comments:

Post a Comment