Hai To Gensou No Grimgal [level 1] bab 8

Monday, April 18, 2016

Keuletan

Yume meringkuk, dan bersembunyi di balik batang pohon tebal. Haruhiro mendekatinya dengan perlahan sehingga suara langkahnya tidak terdengar, kemudian dia menepuk bahu Yuma. Gadis itu berbalik dan berusaha menahan keterkejutannya.

"Apa yang sudah kau temukan?" Haruhiro bertanya dengan suara rendah.

Yume mengangguk dan membuat semacam gerakan dengan tangan dan jari-jarinya. Apakah dia sedang mengisyaratkan sesuatu? Tetapi sepertinya Haruhiro tidak memahaminya, jadi dia mengintip untuk melihat dengan mata – kepalanya sendiri.

Ada sesuatu.

Waktunya adalah setelah tengah hari, tepatnya pada hari kedua mereka bekerja sebagai anggota pelatihan Crimson Moon. Mereka telah kembali ke hutan dan menemukan sumber mata air yang mengeluarkan gelembung-gelembung. Di situlah tempatnya.

Wujudnya kurus dan tingginya seperti anak manusia. Kulitnya keriput, sedikit berwarna kekuningan, dan tertutupi lumpur. Bercak rambut yang menyerupai rumput laut tumbuh di kepala dan telinga yang runcing. Punggungnya menghadap ke arah Haruhiro, sehingga dia tidak bisa melihat mukanya. Makhluk itu tidak mengenakan pakaian, tapi di lehernya tergantung semacam tali.

Makhluk itu adalah Goblin lumpur. Dia merangkak dan membuat suara yang aneh seperti seseorang yang sedang menyeruput minuman. Sepertinya, dia sedang minum di mata air tersebut.

Haruhiro mengambil napas dalam-dalam, sehingga ia tidak membuat kegaduhan. Dia melihat ke belakang. Empat rekan lainnya, yaitu: Manato, Ranta, Shihoru, dan Mogzo berada pada posisi yang sedikit lebih jauh. Kepala mereka menjulur keluar, sementara sebagian tubuh mereka bersembunyi di balik pohon. Mereka semua memperhatikan Haruhiro.

Haruhiro mengangguk. Yang lain juga mengangguk untuk menanggapinya. Mereka akhirnya menemukannya. Mereka akan berhasil. Mereka harus berhasil. Tidak ada pilihan selain meraih keberhasilan. Bagaimana cara Haruhiro akan memberikan sinyal pada mereka? Mereka tampaknya belum siap melakukan serangan. Apakah ini benar-benar merupakan saat yang tepat? Dia mengangkat tangan kanannya setinggi-tingginya.

Ia gugup. Setiap detik berlalu, dia malah semakin gugup. Ini buruk. Tetap tenang. Ayo kita lakukan. Ayo kita selesaikan ini.

Dia mengayunkan tangannya turun dan, dengan berteriak, Ranta menyerbu keluar terlebih dahulu. Idiot! Haruhiro ingin sekali meneriakkan itu, namun dia telah dalam-dalam kata tersebut. Karena kaget, Goblin lumpur berbalik untuk melihat kea rah Haruhiro dan Yume.

"D-Dia melarikan diri ?!" kata Haruhiro.

Goblin lumpur berlari ke kanan. Yume menembakkan panah ke arah itu. Dia meleset, tapi panahnya menghujan tanah tepat di depan kaki Goblin tersebut. Dia menjerit terkejut dan tersendat.

"Bagus, Yume!" Kata Haruhiro sambil menghunus belati, lantas dia langsung saja berlari untuk memburu Goblin itu. Beberapa saat lalu, dia mengejek Ranta dengan sebutan idiot, namun sekarang dia melakukan hal yang sama dengannya. Haruhiro punya perasaan bahwa ini bukanlah serangan yang biasanya dilakukan oleh seorang Thief, tapi ah sudahlah. Ini pasti berhasil. Dia tidak bisa membiarkan Goblin itu pergi.

Goblin lumpur. Disingkat Golup. Sejak lahir, mereka tak pernah sekalipun mandi. Matanya kusam dan jelek, giginya hitam, lidahnya berwarna keunguan, dan wajahnya seperti seorang penyihir tua. Goblin ini tidak mengenakan apa-apa selain semacam tali yang tergantung di lehernya. Dengan kata lain, dia telanjang bulat. Dan "itunya" tergantung begitu saja. Golup menatap lurus ke arah Haruhiro dan menjerit. Dia tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi makhluk itu menyerbu langsung ke arahnya. Apakah dia serius? Apakah Goblin itu benar-benar berniat melawan mereka? Bukankah 6 vs 1? Mungkin makhluk itu tidak memahami betapa kecilnya peluang menang yang dia miliki.

Bidik pergelangan tangannya. Haruhiro menyabet pergelangan tangan Golup dengan belatinya; [HIT].

Golup itu menjerit dan melompat ke belakang secara diagonal, dan dia tercebur ke dalam mata air. Apakah Haruhiro luput? Tidak, darah berwarna merah kehitaman mengucur dari luka dangkal di tangan kiri si Goblin. Belati Haruhiro baru saja menyerempet pergelangan tangan makhluk itu. Namun Golup masih hidup, dan dia melompat dari kubangan mata air, dan menyerbu tepat ke arah Haruhiro.

Dia datang? Dia benar-benar datang? TIDAK MUNGKIN. Mengapa dia melakukan hal bodoh dengan menyerang ke arahku? pikir Haruhiro, sembari dia meneriakkan raungan pelan.

Haruhiro dengan cepat mengelak ke kiri, dan entah bagaimana, dia berhasil menghindari serangan Golup tersebut.

"[HATRED’S CUT]!" Ranta melompat ke arah Goblin, sembari mengayunkan pedangnya secara agresif, tapi tanpa kontrol yang jelas. Wajar saja dia luput, tergelincir, dan jatuh di belakang .

Golup meraung, dan mulai menyerang Ranta tanpa pikir panjang. Sementara Ranta masih pada posisi roboh. Manato memukulnya tepat di bahu dengan tongkatnya, sehingga menyebabkan serangan makhluk itu meleset tipis. Goblin menjerit lagi dan melompat mundur.

"M-malik em…." Shihoru mulai melantunkan mantra sembari menggambar huruf elemental yang mengapung di udara dengan tongkatnya, tapi Ranta menyela. ”KAU MELAKUKANNYA LAGI DENGAN MATA TERTUTUP!” Teriaknya.

Shihoru kembali meringkuk.”M-maaf!"

"Mogzo, serang langsung dari depan!" Kata Manato dengan kasar sambil menunjukkan jarinya pada Golup. ”Semuanya, kepung dia! Jangan biarkankan dia lolos!”

Mogzo mendengus. Karena terbebani oleh armor yang berat, dia menyerbu ke arah musuhnya dengan lambat. Setelah musuhnya berada dalam jangkauan, ia menunjukkan ujung pedang raksasa miliknya pada Golup.

"S-Sepertinya tidak ada pilihan lain!" Ranta bergumam, bangun dan bergerak ke kanan Golup itu.

Manato bertahan di sebelah kiri. Haruhiro dan Yume, sembari menghunuskan Kukri-nya, mengambil posisi di belakang Goblin. Shihoru kini membuka matanya lebar-lebar dan menunjukkan tongkatnya secara langsung ke arah Golup yang berada jauh di depan.

Goblin lumpur melihat sekeliling dengan panik, dia berusaha bergerak tapi akhirnya dia menyadari bahwa dirinya sudah terkepung dari segala arah. Lantas dia mengeluarkan pekikan yang menusuk-nusuk telinga. Tampaknya dia putus asa karena meskipun dia ingin pergi, tapi tidak ada celah sedikit pun untuk lolos. Ini semua berjalan persis seperti rencana Manato.

"Mogzo! Sudutkan dia!” Ranta mengacungkan pedangnya ke arah makhluk itu. ”Tekan dia!"

Mogzo meneriakkan erangan dan mulai mengayunkan pedang raksasanya, sekali, dua kali, sampai tiga kali. Goblin dengan gesit mengelak dari semua tebasan Mogzo, tapi sementara dia sibuk menghindari Mogzo, Ranta mulai menusuk dengan pedangnya. Golup meraih cabang pohon dan melemparkannya pada Ranta.

"Wah!" Ranta melangkah mundur dan nyaris gagal menangkis itu dengan menggunakan pangkal pedangnya.

Formasi pengepungan mereka pun bocor. Golup mencoba untuk menyelinap melalui celah yang ditinggalkan oleh Ranta, tapi Manato mengacungkan tongkatnya. Dia masih belum menyerah untuk mengepung si Golup. Golup yang menjerit kesakitan ketika tongkat Manato menghujam bahunya.

Sebagai balasan, di mulai menyerang Manato, sembari meneriakkan pekikan mengerikan yang membuat tulang Haruhiro bergemeletak. Bahkan Manato pun mundur sedikit. Mengapa mereka ketakutan , padahal jumlah mereka jauh lebih banyak? Goblin lumpur itu putus asa. Dia tidak ingin dibunuh. Sebagai makhluk hidup, dia tidak ingin hanya berdiam diri lantas terbunuh. Setidaknya, dia ingin membunuh lawannya sebanyak mungkin sebelum nyawanya sendiri dihabisi oleh musuh. Sepertinya si Goblin sudah membulatkan tekad untuk mebunuh beberapa rekan Haruhiro.

"Kalian semua!" Ranta menjilat bibirnya beberapa kali. ”Sekarang bukan waktunya untuk ketakutan! Membunuh atau dibunuh! Aku akan membunuhnya dan mendapatkan Vice!”

"Jangan gegabah!" Manato memperingatkan Ranta sembari ia mendaratkan pukulan lainnya pada Goblin dengan menggunakan tongkat pendek miliknya. Kali ini, kepala Goblin terkena dengan telak. Tanpa memedulikan darah yang muncrat, makhluk itu melotot ke arah Manato dan mengayunkan kedua tangan padanya.

"Dia cukup keras kepala," Yume berbisik dengan suara sedikit gemetar.

Astaga, pikir Haruhiro. Meskipun darah mengalir deras dari kepalanya, tampaknya dia masih baik-baik saja.

Mogzo mengayunkan pedang raksasanya tiga kali secara berturut-turut. Golup mulai mundur, namun tentu saja itu berarti bahwa Golup tersebut semakin mendekati Yume dan Haruhiro yang mengepungnya dari sisi belakang.

"Inilah kesempatan kita, Haru!" Dan bahkan Yume tidak menyebut nama Haruhiro dengan lengkap, sehingg Haruhiro pun bertanya-tanya ... sejak kapan gadis itu memanggilnya dengan sebutan "Haru"? Tapi bukan saatnya untuk memusingkan perihal nama, karena inilah kesempatan yang tidak datang dua kali.

Ketika Haruhiro mendekat dengan belatinya, Golup membalikkan badan untuk menatapnya. Entah bagaimana, Haruhiro berhasil mengatasi rasa takut di dalam dirinya, kemudian dia tebas monster itu. Salah satu tebasan benar-benar mendarat telak pada Golup. Dia tahu bahwa serangannya berhasil karena belatinya menghantam sesuatu yang keras. Benda keras itu adalah lengan kanan Golup, tepatnya antara siku dan pergelangan tangan. Ia menarik belatinya kembali sambil terkejut.

Walaupun dia masih amatiran, ini adalah pertama kalinya dia benar-benar memotong lawan dengan menggunakan senajatanya sendiri. Perasaan itu benar-benar membuat dia sedikit sakit.

Darah berceceran ketika Golup terhuyung-huyung hendak roboh; namun lagi-lagi dia masih bisa membalas dan balik menyerang manusia di sekitarnya. Ini adalah pertarungan 6 vs 1. Dan si Goblin benar-benar dikepung oleh satu tim bersenjata yang bisa menyerang dari segala penjuru. Tapi tak satupun dari mereka bisa bergerak. Napas setiap anggota Party terasa berat. Bahkan Mogzo (meskipun dia sedang mengenakan armor berat dan memegang pedang raksasa) tidak bisa banyak bergerak.

Ada apa dengan kami? Haruhiro mencoba menenangkan napasnya. Mengapa perburuan ini tidak berlangsung dengan lancer meskipun kami hanya melawan satu makhluk saja? Apakah Golup adalah lawan yang kuat?

Atau apakah mereka terlalu lemah? Apakah mereka benar-benar mampu melakukan ini? Tidak, sepertinya mereka tidak akan sanggup melakukan ini.

Kalau dipikir-pikir secara rasional, tentu saja mereka tidak mungkin menang. Haruhiro tidak cocok untuk bertempur. Bahkan tak seorang pun pada Party itu memiliki pengalaman bertarung sebelumnya. Ini semua salah. Semua ini tak terbayangkan. Mengapa ia lakukan ini? Bukankah akan lebih baik untuk berhenti?

Apa yang akan mereka lakukan jika berhenti sekarang? Apa yang akan terjadi pada mereka?

"Tidak ada yang mengatakan bahwa ini adalah pekerjaan mudah!" Teriak Manato.”Ini adalah pertarungan sampai mati! Kita….bahkan para Goblin lumpur…. semuanya bertarung untuk mempertahankan hidup masing-masing! Hasilnya akan menentukan siapa yang layak hidup atau mati! Tak satu makhluk pun di dunia ini bersedia mati!”

"Malik-em-paluk!" Suatu bola cahaya melesat keluar dari ujung tongkat Shihoru, kemudian terbang di antara Mogzo dan Ranta. Serangan sihir itu pun akhirnya menghantam Golup tepat di wajahnya.

"GARGGG!" Dia menjerit.

"Sekarang!" Manato memerintahkan semuanya untuk menusuk Golup secara bersamaan.

Ranta mengayunkan pedang sambil berteriak. Pedangnya sedikit terbenam pada lengan kanan Golup. ”Gah! Aku mengenai tulangnya?!”

Mogzo mengangkat pedangnya di atas kepala, lantas mengayunkannya turun dengan segenap kekuatan. Dia langsung mentargetkan kepala Goblin. Kekuatan sabetan pedang Mogzo tampaknya sudah cukup untuk membelah tengkorak Goblin menjadi dua atau tiga bagian.

Sudah berakhir.

"YESSS!" Ranta mengangkat tinjunya ke langit.

Haruhiro mulai menghembuskan napas lega, kemudian menghirup udara dengan keras.

Namun…. Lagi –lagi.

Goblin yang seharusnya sudah mati, kini merangkak, kemudian berlari sekencang mungkin.

"Tidak mungkin ..." kata Yume dengan tercengang.

Pasti ada suatu kesalahan, pikir Haruhiro. Pasti ada kesalahan, tentu saja ada kesalahan. Golup itu melarikan diri, mungkin dia sengaja membuat lawannya berpikir bahwa dirinya sudah mati, kemudian memanfaatkan saat ketika lawannya lengah untuk meloloskan diri.

Bahkan Manato pun tampak tertegun sejenak, tapi kemudian dia dengan tangkas menjegal kaki Goblin dengan tongkatnya. Haruhiro terkejut ketika Golup melompat dengan gesit untuk menghindari serangan dari Manato. Dan makhluk itu menyerang lurus ke arahnya. Apakah dia mencoba untuk menyelinap dan melewatinya?

"Tak mungkin kubiarkan kau lolos!!" Haruhiro coba mengulangi serangan Manato dengan menjegal kaki Golup, dan kali ini berhasil. Monster itu tersandung dan jatuh jungkir balik.

Mogzo bergerak, dan bersiap-siap untuk menyerang dengan pedangnya, namun sesorang menyelanya. ”Mogzo, minggir!" Teriak Ranta.”Aku akan menyelesaikannya!"

Haruhiro secara tidak sengaja mengalihkan pandangannya. Ada suara memuakkan dan kemudian terdengar tawa Ranta. ”Lihatlah aku Dewa Skulheill! Dark Knight-mu telah mencabut nyawa musuhnya dengan tangannya sendiri, dan aku akan mempersembahkan tubuh monster ini sebagai Vice pada altar Guild! Telinganya cukup besar ... Jika ditambah dengan cakar, maka semuanya akan sempurna ... Oyoyoy!”

Haruhiro melihat ke arah Ranta, di mana terdapat Golup yang sudah roboh. Seharusnya monster itu sudah mati. Namun dia terkejut pada apa yang dilihatnya.

Shihoru sedikit terengah-engah, dan tampaknya dia hendak menangis.

"Dia…. masih belum mati ..." kata Yume dengan lembut. Dia meletakkan kedua tangannya dan menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Tampaknya dia sedang berdoa.

Haruhiro sedikti ragu-ragu sebelum akhirnya akal sehatnya kembali. ”Tidak, dia memang belum mati ..."

"Kita harus segera menghabisinya," kata Manato sembari mengangkat tongkat di atas kepalanya. ”Jika tidak…. kita hanya akan memperpanjang penderitaanya."

Haruhiro tidak ingin melihat pemandangan tragis ini, akan tetapi dia tak mau melewatkan saat-saat genting ini sedetik pun. Manato memberikan serangan terakhir pada Goblin itu dengan kejam dan akurat, dan kali ini dia memastikan bahwa lawannya benar-benar berhenti bernapas. Lantas Manato membentuk semacam heksagram, dan tampak dia mengucapkan beberapa kata perpisahan pada lawannya. Namun Haruhiro tak mendengar apapun. Mungkin Manato masih tidak percaya bahwa menghabisi nyawa suatu makhluk adalah pekerjaan halal baginya.

"M-Manato!" Ranta menunjukkan jari padanya.”Kau bajingan! Kau mencuri mangsaku! Aku bilang, aku harus mengumpulkan Vices!”

Manato memaksa tersenyum kemudian menggaruk kepalanya.”Maaf. Aku tidak tahu."

"Maaf tidak menyelesaikan masalah!"

"Meski begitu, aku sungguh tidak bermaksud melakukan ini."

"Nggak bisa! Aku ingin ini semua diulang! KEMBALIKAN SEMUANYA PADAKU! Bagaimana? KITA TIDAK BISA MENGULANGNYA!” Keluh Ranta. ”Perayaan Vice pertamaku ... LENYAP.” Dia meratapi nasibnya dengan terjerembab di tanah dan menghentak-hentak dengan tinjunya.

Kemudian Ranta mengatakan, "Ah…. sudahlah."

Haruhiro berkedip.”Sudah ikhlas?"

"Yang sudah terjadi, biarlah berlalu" kata Ranta, lantas dia bangun dan berjongkok di dekat jasad Golup. ”Ew, ini kotor. Jadi, gantungan di lehernya ini adalah hadiah kita? Apa ini?"

Haruhiro berjongkok di samping Ranta. Dia berusaha untuk tidak melihat tubuh monster yang berada tepat di hadapannya, melainkan dia fokus pada tali di leher Goblin itu. "Benda apa ini?"

Tali tipis dilingkarkan untuk menggantung beberapa benda kecil. Salah satu dari benda-benda itu tampak seperti semacam taring hewan, yang sudah dilubangi. Benda lainnya cukup kotor tapi ... memang, itu adalah semacam koin.

"Sekeping perak?" Haruhiro menduga.”Meskipun sudah dilubangi ..."

"Bagus!" Ranta mengulurkan tangan untuk menarik tali itu, lalu dia dengan cepat menarik tangannya lagi. ”Haruhiro, bersihkan itu. Benda itu terlalu kotor, aku tidak sudi menyentuhnya ...”

"Baik." Haruhiro memotong tali dengan belatinya, kemudian dia melepas taring dan koin. Koin itu sudah rusak, namun itu benar-benar sekeping perak. ”Aku ingin tahu apakah kita bisa menjual ini ... Bagaimana bisa mereka membuat lubang pada benda sekeras ini?”

"Apapun itu……." kata Manato sembari meletakkan tangan pada bahu Haruhiro, "…. Ini adalah kemenangan pertama kita."

"Dan ini semua berkat diriku!" Jika Ranta membusungkan dadanya lebih tinggi, maka dia akan jatuh ke belakang.

"Benar," kata Yume dengan nada dingin.

Ranta menjulurkan lidah padanya.”Jadi kau masih memiliki dendam padaku, hanya karena aku pernah memanggilmu dengan sebutan dada rata. Dasar keras kepala.”

"Keras kepala tidak ada hubungannya dengan ukuran dad Yume!” teriak Yume.

"Terserah! Kalau memang tidak ada hubungannya, ya lupakan saja! Air di bawah jembatan*! Aku beritahu kau, semakin keras kepala seorang gadis, maka ukuran dadanya akan semakin kecil…. Itu sudah takdir!”
[*Catatan Penerjemah : Itu adalah konotasi yang bermakna, "yang sudah berlalu biarlah berlalu”. Sumber : Kamus Oxford.]
"Tak peduli besar atau kecil…. Payudara tetaplah imut!"

"DADA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA-RATA! Hello Nona Dada-Rata, selamat tinggal Nona-Dada-Rata! DADA RATA!”

Wajah Yume berubah merah terang dan pipinya menggembung bagaikan ikan buntal. Dia menarik anak panah dan membidikkannya pada Ranta. ”Yume akan menembakmu, dan Yume punya perasaan bahwa kali ini tidak akan meleset ...”

"T-tunggu! Maafkan aku! Maafkan aku!” Ranta memutar tubuhnya beberapa kali, dan bersujud di tanah.”Aku akan berhenti! Aku akan menghentikannya, jadi maafkan aku!”

"Yume tidak mendengar kata 'mohon'. Yang ingin Yume dengarkan adalah : “Aku mohon dengan sepenuh hati, wahai Tuan Putri Yume yang bijaksana!' "

"T-Tuan Putri Yume! Tolong berilah aku pengampunan. Aku akan melakukan apapun yang kau minta!”

"Tidak, Yume tidak yakin." Pipi Yume masih menggembung, tapi tiba-tiba dia menurunkan panahnya dan membungkuk sedikit. Dia mengarahkan dagunya pada sumber air panas.”Kalau kau memang ingin minta maaf, loncatlah ke sana."
"A-pa……?"

"Sumber air panas. Loncatlah ke sana. Setelah kau lakukan itu, barulah Yume mau memaafkanmu.”

"I-Idiot…. Apa sih yang kau pikir….."

Yume mengangkat busurnya lagi.”Baik. Kalau begitu, Yume akan menembakmu.”

"... Aku akan dengan senang hati melompat."

"Hati-hati ya." Haruhiro menepuk bahu Ranta.

"Hati-hati ya," kata Manato kepadanya sambil menyeringai.

"Aku sidah tahu, idiot ..." Ranta bergumam.

Ketika ia siap untuk melompat ke dalam kolam, Shihoru berbisik, "Dia benar-benar melakukannya."

Haruhiro menangkap apa yang dikatakan oleh Shihoru, tapi Ranta sudah melompat di udara, sehingga Ranta mungkin tidak mendengarnya sama sekali.

"D-Dia pasti akan masuk angin nanti," kata Mogzo.

0 comments:

Post a Comment