Hai To Gensou No Grimgal [level 1] bab 10

Monday, April 18, 2016

Damroww

Mereka mengakui segala kesalahannya pada Yume dan Shihoru, dan kemudian meminta maaf dengan sepenuh hati. Haruhiro, Manato, dan Mogzo, melakukan hal itu. Namun Ranta masih bersikeras bahwa dia tidak melihat apa-apa. Jadi, tidak perlu membuat keributan tentang hal itu. Dan dengan demikian, baik Yume maupun Shihoru masih murka pada Ranta, dan mereka mengabaikannya sejak saat itu.

Namun, sepertinya kerjasama tim tidak memburuk hanya karena insiden itu. Bahkan, mungkin tidak berefek. Keesokan harinya, hari setelah itu, dan hari setelah itu, mereka tidak mendapatkan penghasilan yang banyak. Maksud dari "tidak mendapatkan banyak penghasilan," adalah : "mendekati nol". Dan maksud dari "mendekati nol" adalah : "benar-benar nol."

Haruhiro tidak ingin ada orang yang bertanya tentang keadaan keuangannya saat ini, jadi dia juga tidak tahu keadaan keuangan teman-temannya. Tentu saja, ia sangat menyadari berapa banyak uang yang masih ia simpan. Selama tiga hari terakhir, ia telah menghabiskan empat belas, tiga belas, dan dua belas perunggu setiap hari. Itu berarti, tiga puluh sembilan perunggu telah melayang tanpa ada sepeser pun pemasukan. Jika dia masih harus membayar 1 perunggu untuk biaya deposito pada Bank Yorozu, maka total jumlah uang yang Haruhiro miliki adalah 1 perak + 49 perunggu.

Semua pertimbangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti pisau cukur atau cadangan pakaian, kini telah lenyap. Keinginan untuk tinggal di pondok yang lebih baik? Itu bagaikan mimpi konyol sekarang. Jika ia menghabiskan satu perunggu untuk makanan per hari secara berturut-turut, maka berapa lama lagi dia bisa bertahan? Itulah fakta yang membuatnya tertekan.

Pendapatan mereka benar-benar nol selama tiga hari berturut-turut, ini menyebabkan keputus-asaan menginggapi anggota Party tersebut, dan mereka tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun ketika pulang ke pondok di malam hari. Mereka semua hanya langsung menuju ke tempat tidur, tapi bukan berarti mereka bisa tertidur secara langsung. Tak seorang pun di antara mereka bisa tenang pada situasi macam ini.

Seperti itulah yang Haruhiro pikirkan, sampai akhirnya ia mendengar dengkuran Ranta dari tempat tidur di sampingnya. Anak itu benar-benar luar biasa. Walaupun pada awalnya Haruhiro merasa jijik padanya, namun sekarang dia menemukan sesuatu yang bisa membuatnya terkesan pada Ranta. Mungkin akan lebih baik baginya untuk pergi tidur saja, daripada terus berpikir tentang masa lalu. Hari ini sudah berakhir, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin besok akan terjadi sesuatu yang lebih baik. Menyongsong esok hari adalah hal yang lebih penting daripada memikirkan hal yang sudah terjadi hari ini. Jadi, apa yang akan mereka lakukan besok?

Memperbaharui perburuan mereka untuk monster. Walaupun mereka hanya mendapat satu perunggu, itu lebih baik daripada tidak ada. Tidak juga….. 1 perunggu benar-benar hasil yang buruk. Dia ingin mendapatkan lebih banyak uang. Uang sebanyak-banyaknya. Dia bertekad untuk memiliki lebih dari apapun. Saat ia mulai terbenam pada tempat tidurnya, ia merasa gerakan seseorang yang masih terbangun.

"Manato?" Haruhiro memanggil dengan ragu-ragu.

"Ada apa?"

"Mau pergi ke mana? Ini sudah larut malam. Atau, mungkin kau mendapatkan mimpi buruk. Mau pergi ke kamar mandi?"

"Tidak" Manato berdiri.”Aku akan keluar sebentar. Tidak penting, jadi jangan mengkhawatirkan aku. Aku akan segera kembali."

"Pergi keluar di tengah malam? Mau ke mana?"

"Ini masih belum terlalu larut malam," kata Manato, ia pun melintas sembari tersenyum.”Aku akan segera kembali. Hari ini cukup panjang dan melelahkan, jadi istirahatlah dengan baik.”

"Ah, baiklah kalau begitu." Walaupun dia mengatakan demikian, Haruhiro berpikir bahwa mungkin akan lebih baik jika dia tidak membiarkan Manato pergi sendirian. Tapi sudah terlambat. Dia sudah pergi.

Masih sedikit khawatir, Haruhiro pun mengajak berbicara santai pada Mogzo yang masih terjaga, dan setelah beberapa saat, akhirnya dia jatuh tertidur. Ketika ia terbangun, Manato telah kembali, dan sudah bangun terlebih dahulu.

"Pagi, Haruhiro," Manato mengucapkan selamat pagi.”Aku pikir, kita harus mencoba pergi ke tempat yang berbeda hari ini. Bagaimana menurutmu?"

Rupanya, Manato tadi malam pergi ke Kedai Sherry yang terletak di Jalan Kaen, untuk mengumpulkan informasi dari Anggota Crimson Moon lainnya. Pada kedai itu, tampaknya dia saling traktir minum dengan orang-orang lainnya, sehingga pagi ini dia masih tampak sedikit mabuk. Tapi ini bukan masalah mabuk, hal yang jauh lebih penting adalah, Manato menghabiskan sejumlah uang untuk mentraktir minum, agar mendapatkan informasi.

"Kau harusnya mengajak aku tadi malam," kata Haruhiro.

"Haruhiro, kau bisa minum?"

"Aku tidak tahu." Haruhiro mengusap bagian belakang lehernya.”Aku tak pernah ingat apakah aku kuat minum ataukah tidak.”

Manato tersenyum nakal.”Aku tidak membenci minum, jadi aku pergi ke sana untuk setengah bersenang-senang. Mungkin sebagian dari diriku memang ingin mabuk-mabukan sedikit dan melupakan semua ini."

Kemudian, ketika Manato mengajukan saran untuk mengubah lokasi dengan yang lainnya, mereka semua langsung setuju. Semuanya sudah muak dengan berburu di hutan.

Ada suatu kota yang terletak sekitar satu jam perjalanan, yaitu kira-kira dua setengah mil ke arah Barat Laut Altana. Pada kenyataannya, itu adalah suatu kota terbengkalai. Saat ini, tidak ada seorang pun, bahkan seorang anak pun yang hidup di sana. 80% dari tembok pertahanan yang mengelilingi kota itu sudah hancur. 60 – 70 % bangunannya juga sudah hancur, bahkan runtuh. Puing-puing berserakan di mana-mana, tanaman liar tumbuh di sana-sini, pedang berkarat, tombak, dan senjata lainnya berbaring berserakan, atau mencuat dari tanah. Dan yang paling menakutkan, sisa-sisa kerangka manusia juga bisa dilihat di seluruh area tersebut.

Hewan yang tidak mirip seperti anjing ataupun kucing berkeliaran pada dinding-dinding yang runtuh dan atap rusak. Tapi mereka segera menghilang karena merasakan kehadiran Haruhiro dan yang lainnya. Suara mengaok yang nyaring bisa didengar, dan ketika mereka berbalik pada sumber suara itu, mereka melihat belasan burung gagak sedang bertengger pada sisa-sisa bangunan.

Dahulu kala, Damroww adalah kota terbesar kedua pada Kerajaan Aravakia, bahkan jauh lebih besar daripada Altana. Namun, ketika Deathless King dan konfederasinya menyerang, tempat itu berubah menjadi kota Undead. Sekarang, semuanya berbeda. Setelah kematian Deathless King, para Goblin yang sebelumnya menjadi budak, memberontak dan mengusir para Undead keluar dari kota. Lantas mereka mengklaim kota tersebut sebagai wilayah kekuasaannya. Damroww sekarang menjadi kota Goblin.

Namun, tempat yang terletak di wilayah tenggara kota itu adalah “Kota Tua Damroww”, yaitu bagian kota yang sudah diabaikan oleh para Goblin. Meskipun begitu, masih ada beberapa Goblin yang seliweran di sana. Ada beberapa.

"Hanya ... satu?" Haruhiro bersembunyi di balik dinding yang seakan-akan dinding itu bisa roboh kapan pun jika dia menumpukan berat badan padanya. Dia sedang berada pada reruntuhan suatu rumah, yang hanya tersisa pondasinya saja.

Dia adalah seorang Thief, sehingga tugas pemanduan telah diserahkan kepadanya. Namun, ia tidak memiliki skill [STEALTH WALK] atau [STEAL]. Yang paling dia kuasai hanyalah [PICK LOCK], dan itu membuat dirinya tak berbeda dengan seorang pencuri yang hanya bisa merampas dompet milik nenek tua. Apakah orang seperti dia layak mendapatkan tugas pengintaian untuk kepentingan Party?

Goblin lumpur yang pernah mereka bunuh di hutan hanyalah salah satu dari sekian banyak spesies Goblin. Salah satu yang Haruhiro ditemukan di sini tentu menyerupai Goblin lumpur dengan kulit kekuningan, tetapi monster itu tidak tertutup dalam tanah. Dan juga, dia berpakaian dan memiliki semacam senjata mirip pentungan yang digantungkan pada pinggang. Ada juga semcam kantong yang diikatkan secara horizontal pada tubuhnya.

Bedanya adalah, Goblin lumpur cenderung lebih suka menggantungkan barang-barang mereka pada kalung di leher, sedangkan Goblin ini menyimpan benda-benda tersebut di dalam kantong. Segala sesuatu yang mereka anggap berharga disimpan di sana, setiap saat.

Goblin yang Haruhiro amati, kini sedang duduk sendirian di tanah. Dia dengan kasar menyilangkan tangan pada dada, dan bersandar pada dinding. Dia menundukkan kepalanya ke bawah dan menutup mata. Waktunya masih siang hari, jadi sepertinya dia sedang menikmati tidur siang. Haruhiro bergegas kembali ke tempat di mana anggota Party lainnya sedang menunggu. Dia begitu berhati-hati agar tidak membuat kegaduhan apapun.

"Salah satu Goblin tampaknya sudah tertidur," lapornya.

"Baiklah kalau begitu. Mari kita pergi untuk membunuhnya.” Ekspresi Manato menegang ketika ia melanjutkan perkataannya.”Armor milik Mogzo akan membuat suara, tidak peduli seberapa pelan langkah kakinya. Oleh karena itu, Haruhiro, Ranta, dan aku akan mendekat terlebih dahulu. Mogzo, Yume, dan Shihoru mengikuti dan mendekat setelah kami pergi. Kami bertiga akan mencoba untuk mendekat dan membunuhnya dengan satu kali serangan tanpa membangunkannya. Namun, jika dia benar-benar bangun, Yume, kau bidik dia dengan menggunakan busurmu, dan Shihoru, bidik dia dengan sihirmu. Mogzo, datang dan dukung kami secepat yang kau bisa. Jika terjadi perkelahian sengit, maka gunakankan formasi yang sama seperti sebelumnya. Semuanya mengelilingi si Goblin, dan jangan pernah memberikan kesempatan lolos padanya."

Semuanya mengangguk sebagai balasan. Mereka tidak menghasilkan uang sepeser pun dalam tiga hari terakhir, sehingga bahkan Ranta sekalipun sangatlah serius kali ini.

Haruhiro dan Ranta berangkat terlebih dahulu dengan dipimpin oleh Manato. Mereka sampai pada sisa-sisa bangunan dalam waktu singkat, kemudian berbagai hal akan semakin sulit. Reruntuhan bangunan penuh dengan puing-puing material, sehingga setiap kesalahan akan berakhir dengan bencana. Bergerak menuju Goblin yang tertidur ternyata menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang mereka duga sebelumnya. Beberapa kali, langkah kaki mereka membuat kegaduhan.

Akhirnya, mereka berada pada 2 atau 3 langkah dalam jangkauan serang. Mogzo dan yang lainnya masih berjaga-jaga di luar kawasan puing-puing bangunan. Manato, Haruhiro, dan Ranta saling bertukar tatapan. Ranta kemudian menunjuk dirinya sendiri. Haruhiro bertanya-tanya, apakah tidak masalah jika Ranta mendapatkan hak untuk menyerang terlebih dahulu, tapi Manato melambaikan tangan untuk mengisyaratkan agar terus maju.

Ranta melepaskan nafas yang sudah dia tahan sejak tadi ketika mendekati Goblin. Daripada repot-repot mengayunkan pedangnya dengan keras, dia lebih memilih untuk menusukkannya tepat pada kepala Goblin agar monster itu mati seketika. Goblin pun membuka matanya dengan kasar. Begitu dia melihat Haruhiro dan yang lainnya, dia langsung sadar apa yang sedang terjadi.

Dengan teriakan keras, dia mengulurkan tangan untuk mencengkram kepala Ranta. Ranta merunduk sembari berteriak pada Manato, "Awas!" Dan Manato pun langsung memutarkan tongkat pendeknya untuk memukul Goblin pada lengan dan kepala secara berurutan.

"Sialan!" Ranta mendorong pedangnya ke arah Goblin, kemudian menusuknya dengan gerakan memutar.

Haruhiro tidak bergerak sedikitpun bagaikan pria lemah syahwat. Jika dia menyerang sekarang, ia memiliki perasaan bahwa dia hanya akan mengganggu Ranta dan Manato yang sedang berkosentrasi penuh untuk bertarung. Goblin itu meronta-ronta, dan mengumpat dengan menggunakan bahasa yang sama sekali tidak mereka pahami, namun secara bertahap dia berhenti bergerak.

Goblin lumpur itu terdiam tanpa gerak. Apakah karena mereka menangkap yang satu ini dalam keadaan tertidur dan tidak sadar? Tak lama kemudian, dia masih tertidur.

"... Apakah kita membunuhnya?" Ranta bernapas berat sembari ia membungkuk ke depan dan melihat wajah Goblin dari jarak dekat.

Haruhiro membayangkan bahwa si Goblin akan bangun seketika dan menggigit hidung Ranta, tapi itu tidak pernah terjadi. Manato memejamkan mata sebentar dan menggambar heksagram di udara. Sudah berakhir.

Mogzo, Yume, dan Shihoru memasuki area puing-puing bangunan. Ranta menempelkan sepatunya di kepala Goblin dan menariknya pedangnya sembari bergumam, "Kita dapatkan cakarnya, atau sejenisnya ... Harus mendapatkan Vice, harus mendapatkan Vice ...”

Manato dengan semangat melepas kantong Goblin dari tubuhnya, lantas membukanya. Mata Haruhiro melebar.”Perak!"

Apakah Goblin memiliki kegemaran untuk mengumpulkan koin buatan manusia? Dan bukan hanya satu perak koin, tapi ada empat di sana. Tidak seperti koin yang sebelumnya mereka temukan pada Goblin lumpur, kali ini tidak ada lubang pada perak-perak tersebut. Ada juga batu seperti gelas yang bentuknya ramping, dan tulang yang bentuknya seperti jari hewan.

Mata Yume menyipit, dan dia mendesah.”Wow. Ini adalah rekor. Dan kita mendapatkannya hanya dengan membunuh Goblin kedua ...”

"Empat perak." Shihoru berkedip lagi dan lagi, dan dia pun kehabisan kata-kata.

Mogzo hanya ternganga tanpa kata.

Manato mendongak ke langit. Lalu ia menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. ”Tidak, belum. Kita harus terus maju. Kali ini memang lebih mudah, tapi kemudahan tidak datang selamanya. Sekarang bukan waktu untuk bersantai. Kita perlu mencari target berikutnya.”

"Manato," Ranta menepuk punggung Manato.”Jangan terlalu tegang. Kita akhirnya mendapat kemenangan besar pertama! DAN INI SEMUA BERKAT DIRIKU! Kenapa kita tidak merayakannya?”

Ekspresi Manato menjadi tegas untuk sesaat, tapi kemudian, senyum lebar langsung merekah di wajahnya. ”Kau benar. Bukannya aku keberatan merayakan kemenangan ini. Dan kerjamu hari ini sangat bagus, Ranta.”

"Memang! Itu karena aku sungguh menakjubkan! Terutama, ketika senyum kejam muncul di wajahku sembari aku tujuk Goblin itu. Aku terlihat seperti Super Dark Knight!”

"Ah." Haruhiro mengibaskan tangan. ”Kau hanya mengayunkan pedangmu dengan penuh keputusasaan.”

"Bodoh! Aku menghancurkan kepala Goblin itu dengan gampangnya! Apa sih yang kau lihat?! Ohhh, tentu saja! Kau tidak melihat apa-apa karena matamu selalu ngantuk!”

"Selalu saja mengatakan hal yang sama berulang-ulang. Maaf, tapi kali ini aku tidak termakan umpanmu.”

"Tidak! Kumohon, termakanlah oleh umpanku…. Kalau tidak, aku akan sedih ...”

Untuk sementara waktu, semuanya tertawa dan menikmati saat-saat itu. Kemudian, seperti yang Manato sarankan, mereka meneruskan perburuan berikutnya dengan serius. Semuanya berjalan dengan baik di daerah Kota Tua Damroww. Jika diingat kembali apa yang terjadi sebelumnya, maka ini adalah suatu pencapaian yang tak terlupakan.

Menjelang malam, mereka telah membunuh empat Goblin termasuk yang sedang tidur tadi, dan telah terkumpul 8 perak dari 4 kantong yang berhasil mereka rampas. Ada juga batu mirip kaca, batu hitam, batu kemerahan, tulang, taring, semacam benda mirip kunci, gigi kecil, dan beberapa jenis benda logam. Mereka menjual semua barang (kecuali koin perak) di pasar, dan mendapatkan tambahan sebesar 2 perak dan 45 perunggu.

Pendapatan dibagi rata, sehingga setiap orang mendapatkan 1 perak dan 74 perunggu. Tersisa 1 perunggu untuk dijadikan uang kas. Haruhiro menggunakan 15 perunggu untuk makan dan biaya penginapan sehari, berarti dia sekarang memiliki total 3 perak dan 8 perunggu. Jika perburuan besok berjalan lancar, Haruhiro memutuskan bahwa ia akan membeli cadangan pakaian dan pisau kecil.

Namun, hari berikutnya tidak berjalan selancar kemarin. Mereka telah menemukan kelompok lima Goblin tapi, meskipun Ranta ingin menyerangnya, semua anggota Party memutuskan untuk menghindari mereka. Tanpa strategi serangan kejutan, mereka hanya akan melawan mereka 1 vs 1. Dua Goblin saja sudah berbahaya, apalagi lima.

Haruhiro berpikir bahwa itu adalah keputusan yang benar, tapi seakan-akan malam datang lebih cepat pada hari itu, dan mereka tidak lagi menemukan kawanan Goblin. Akhirnya, ketika mereka hendak kembali ke Altana, mereka tak sengaja bertemu dengan seekor Goblin, sehingga terjadilah suatu pertarungan.

Pada akhirnya, pendapatan mereka untuk hari ini hanyalah sekeping perak. Hanya sekeping tunggal ... tapi jika tidak disyukuri, sepertinya hanya akan menambah beban pikiran. Ketika mereka berpikir bahwa mereka akan pulang dengan tangan kosong, ternyata masih ada rezeki 1 perak. Dengan demikian, Haruhiro pun harus ikhlas. Sedikit lagi, uangnya akan cukup untuk membeli berbagai kebutuhan pribadi.

Pada hari ketiga mereka di daerah Kota Tua Damroww, mereka memutuskan untuk menggambar peta lokasi perburuan. Yahh, Manato lah yang pertama kali mengagaskan ide untuk menggambar peta. Dia menggambarnya pada buku catatan dan kuas. Manato bersikeras untuk mencatat setiap gambar daerah dan tempat-tempat di mana Goblin sering muncul. Itu akan menjadi informasi berharga suatu hari nanti.

Ternyata, membuat peta sembari berjalan-jalan di sekitar wilayah kota tua adalah pekerjaan yang cukup menyenangkan.”Ayo kita melihat-lihat di sini ...” atau "kita belum pernah lewat sini...” Mereka secara alami sanggup menghafalkan jalan karena mereka telah menjelajahi banyak tempat. Mereka akan gugup ketika memasuki daerah yang tidak ada pada peta. Sebaliknya, mereka merasa rasa aman jika melewati daerah yang sudah mereka petakan.

Mereka membunuh tiga Goblin hari itu, dan setelah menjual hasil rampasan, laba yang mereka peroleh berjumlah 74 perunggu untuk masing-masing anggota Party. Mereka belum puas dengan uang sejumlah itu. Namun, Yume dan Shihoru masih ingin pergi berbelanja, sehingga Haruhiro menemani mereka ke pasar.

Kebetulan, dia menemukan pedagang yang menjual pakaian dalam. Dia sudah menawarnya sekuat tenaga, namun pada akhirnya dia harus membayar 25 perunggu pakaian dalam yang tampak seperti barang bekas. Meskipun begitu, sekarang ia memiliki pakaian cadangan. Ia juga memerlukan sesuatu untuk membawa barang-barangnya, sehingga Haruhiro memutuskan untuk membeli ransel. Anehnya, ransel bekas berharga murah lebih mudah ditemukan, dan Haruhiro hanya perlu membayar 30 perunggu untuk mendapatkan suatu ransel yang tampaknya cukup kokoh. Dibandingkan dengan pakaian, dia merasa bahwa ransel itu lebih baik.

Ketika mereka kembali ke pondok, semuanya berbicara tentang apa yang dijajakan oleh toko, jenis barang apa yang ingin mereka beli selanjutnya. Ketika semakin banyak bicara, maka semakin banyak pula keinginan yang terbersit di benak mereka, sampai-sampai mereka susah tidur. Namun, Ranta yang sebelumnya banyak omong, tiba-tiba mendengkur. Dan Mogzo pun menyusulnya.

Haruhiro juga sudah memutuskan bahwa inilah waktunya untuk beristirahat. Dia lelah dan merasa agak mengantuk, tapi entah kenapa kesadarannya menolak untuk memejamkan mata.

"Manato?" Dia coba memanggil rekannya, dan seperti yang sudah diduga, Manato juga masih terjaga.

"Ya?" Terdengar balasan dengan cepat.

Meskipun Haruhiro lah yang memanggil terlebih dahulu, bukan berarti dia memiliki topik khusus yang ingin dibahas. Tidak juga, seharusnya ada banyak hal yang bisa menjadi topik pembicaraan. Namun, tak satu pun terlintas pada pikirannya. Tetapi, memanggil tanpa memulai percakapan adalah hal yang aneh, sehingga dia pun harus membicarakan sesuatu.

Setelah beberapa saat kebingungan memilih topik pembicaraan…..

"Terima kasih." Kata itu terucap secara tak sengaja dari mulut Haruhiro, sampai-sampai dia merasa sedikit malu.

"Kenapa tiba-tiba berkata begitu?" Manato menyeringai. ”Akulah orang yang seharusnya berterimakasih pada kalian.”

"Kau ... berterimakasih? Mengapa?"

"Terimakasih untuk semuanya. Dan juga untukmu, karena telah menjadi sahabat sejati. Aku benar-benar bersyukur. Mungkin terdengar aneh jika aku mengatakan hal seperti ini sekarang, tapi aku benar-benar bersyukur."

"Tidak, itu sama sekali tidak terdengar aneh, tapi ..." Haruhiro menggigit bagian dalam pipinya.”Hanya saja, kami selalu saja membuatmu kerepotan setiap hari. Jika tanpamu…. Mungkin kami tidak bisa tidur di tempat seperti ini sekarang."

"Aku pun demikian. Jika bukan karena dirimu dan yang lainnya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Tidak peduli berapa kali aku memikirkannya, tidak mungkin aku bisa bertahan hidup sendirian.”

Haruhiro ragu-ragu tentang apa yang ingin ia katakan selanjutnya, tapi dia bukanlah tipe orang yang pandai memendam perasaannya, dan dia juga tidak sanggup selalu memendam perasaannya. ”Mudah-mudahan kau tidak salah sangka, tapi menurutku, kau bisa mencari teman sebanyak yang kau mau. Kau bisa meminta untuk bergabung dengan Party manapun, dan mereka pasti tak keberatan menerima orang dengan kemampuan seperti dirimu.”

"Party anggota Crimson Moon lainnya? Jujur, aku tidak pernah mempertimbangkannya. Aku tidak terlalu suka merepotkan orang lain, dan aku sendiri tidak yakin bisa melaksanakan perintah dari bosku. Namun, tentu saja aku tak ingat seperti apa diriku sebelum terjebak di tempat ini, jadi aku tidak benar-benar paham.”

Dan dengan terkejut, Haruhiro tiba-tiba teringat. Perasaan itu datang ketika ia mencoba untuk mengingat sesuatu pada kehidupannya sebelumnya. Perasaan itu, seolah-olah suatu memori hilang tanpa jejak tepat ketika dia hendak mengingatnya. Sejauh ini, dia sudah disibukkan oleh banyak hal, sehingga dia lupa akan hal itu.

"Aku juga," kata Haruhiro.”Aku tidak ingat apa-apa."

"Tapi aku punya perasaan ..." Kemudian Manato berhenti, tampaknya dia sedikit ragu-ragu untuk melanjutkan. ”……bahwa aku bukanlah tipe orang yang memiliki banyak teman.”

"Itu ..." yang Haruhiro benar-benar ingin katakan adalah : Tidak, kau salah. Tapi dia terdiam. Bagaimanapun juga, ia tidak tahu orang seperti apakah Manato sebelum datang ke sini. Begitu pun sebaliknya. Manato juga tak pernah mengenalnya.

Baik Haruhiro maupun Manato tidak tahu apapun tentang diri mereka sendiri. Semakin ia mencoba untuk mengingatnya, maka dia akan semakin bingung. Sehingga, ia memutuskan bahwa lebih baik dia tidak memikirkannya sama sekali. Saat ini, tidak ada gunanya memikirkan tentang hal itu, dan dia juga tak tahu harus mulai dari mana. Lagipula, mereka punya masalah yang lebih menyita pikiran, yaitu mendapatkan uang untuk melanjutkan kehidupan.

"Tidak peduli siapapun kau di masa lalu," kata Haruhiro sambil mengupayakan nada bicara yang penuh dengan semangat. ”Dan tak seorang pun ingin mengetahui bagaimana dirimu di masa lalu. Yang penting adalah, kau sekarang adalah rekan sekaligus pemimpin kami. Kami akan berada dalam kesulitan jika kau tidak berada di sekitar kami.”

"Aku juga tidak akan mampu melalui ini semua tanpa kalian."

Haruhiro mengangguk, walaupun Manato tidak bisa melihatnya karena dia berada di bawah. Haruhiro harus mengatakan sesuatu sebagai respon. Apa pun itu. Namun, ketika Haruhiro mencoba memutar otaknya untuk merangkai kata-kata, Manato terkikik dengan lembut.

"Tapi, bukankah itu aneh?" Lanjut Manato.”Semua yang kita lakukan selama ini adalah hal yang aneh, bukan? Berburu dengan pedang dan melantunkan sihir…. Bukankah ini semua mirip dengan suatu permainan?”

"Suatu permainan, huh?" Haruhiro berkedip dan memiringkan kepalanya ke satu sisi.”Permainan. Kok bisa?"

Beberapa saat, Manato terdiam untuk berpikir. ”Aku tidak tahu. Tapi seperti yang telah aku katakan…. Ini begitu mirip permainan. Paling tidak, seperti itulah yang aku pikirkan.”

"Tidak…. kau benar juga….. aku baru sadar. Suatu permainan ... Tapi permainan macam apa?"

Rasa ketidaknyamanan mulai menginggapi pemikiran mereka. Seolah-olah, ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokan, namun tidak bisa dimuntahkan. Namun, sepertinya akan jauh lebih baik jika dia “menelannya” dalam-dalam. Ini bukan waktu dan tempat yang tepat. Besok mereka akan menuju ke Damroww lagi.

Haruhiro menguap. Sepertinya, kali ini dia benar-benar akan tertidur.

0 comments:

Post a Comment