Hai To Gensou No Grimgal [level 1] bab 11

Monday, April 18, 2016

Jangan Pergi

"Ranta! Salah satu menuju ke arahmu!” peringatan datang dari Haruhiro.

"Aku tahu! Kau tidak perlu memberitahu aku!” balasan datang dengan cepat dari Ranta.



Mogzo dan Manato ditempatkan di depan, sementara Yume dan Shihoru bertarung dari jarak jauh. Salah satu dari tiga Goblin yang Mogzo dan Manato lawan telah menyelinap melewati mereka, lantas menyerang ke arah Yume dan Shihoru. Ranta adalah orang yang paling dekat dengan salah satu Goblin yang menerobos. Meskipun ia dan Haruhiro mendukung lini depan dengan berada satu langkah di belakang Mogzo, mereka juga punya tugas lain untuk melindungi dua gadis yang menyerang dari kejauhan. Ranta bergerak untuk mencegat monster itu.

Meskipun terkadang Ranta merusak formasi dengan lari ke sana-kemari dan melakukan berbagai hal semaunya sendiri, kerja sama tim mereka telah meningkat dalam waktu tiga belas hari semenjak mereka pertama kali datang ke Damroww dan mulai berburu Goblin. Dan hari ini, Ranta bisa bekerjasama tanpa protes dengan anggota Party lainnya.

Ranta meneriakkan skill-nya, "[ANGER THRUST]!", dan melancarkan serangan. Atau mungkin….. tidak demikian yang terjadi. Ranta mendorong pedangnya pada Goblin dengan menggunakan skill yang baru dipelajari, tetapi jangkauannya terlalu jauh. Tentu saja, serangannya meleset jauh.

"Aku luput?! Di pasti bukan Goblin biasa!” Ranta berpendapat.

"Tentu saja itu adalah Goblin normal!" Haruhiro membentaknya sembari bertukar tatapan dengan Manato.

Manato dan Mogzo pasti bisa menahan dua lawan sendirian, sehingga Haruhiro bergegas menyelinap tepat di belakang Goblin yang menyerang Ranta dengan menggunakan pedang berkarat miliknya.

"Sialan!" Ranta mengutuk, melihat Haruhiro, sembari membelokkan serangan si Goblin.

Berhenti menatapku! Pikir Haruhiro sembari memutuskan titik mana yang harus ditargetkan.

Tidak hanya Ranta yang belajar teknik bertarung baru. Semua anggota Party yang kembali dari Guild mereka masing-masing, telah belajar skill baru. Namun, mereka semua masih pada tahapan mempelajari teknik tersebut secara teori, dan tak seorang pun berani menerapkannya pada pertarungan sebenarnya. Tapi tanpa keberanian untuk mencoba menggunakan skill itu dalam pertempuran, mereka tidak akan pernah menguasainya.

Karena ia telah membayar sejumlah uang untuk belajar teknik baru, maka Haruhiro bertekad untuk menggunakannya secara aktual.

Mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Entah kenapa, si Goblin terus memusatkan perhatian pada Haruhiro, monster itu pun mengayunkan pedangnya pada Haruhiro secara sembrono untuk menghentikan setiap serangan mendadak yang akan dilancarkan olehnya. Haruhiro kesulitan menemukan celah. Jika Ranta bisa mengalihkan perhatian monster itu ... tapi tampaknya orang seperti dia tak bisa diharapkan. Ranta bukanlah tipe petarung yang bisa melawan musuh secara langsung, dan begitupun dengan Haruhiro.

Mereka berdua takut menghadapi musuh secara langsung, dan lebih memilih untuk menyerang dari belakang, atau setidaknya dari samping. Itulah sebabnya, baik Haruhiro maupun Ranta selalu mengepung si Goblin, dan mencoba untuk menyerang dari belakang. Tentu saja si Goblin tidak ingin ada seseorang yang berada di belakangnya, sehingga ia berputar-putar terus, dan pergerakan selanjutnya tidak bisa diprediksi.

"Seseorang…. lakukan sesuatu!" Yume menarik Kukri dan melompat ke arah Goblin.

Terkejut, Goblin berhenti bergerak beberapa saat, dan Yume mengayunkan Kukri-nya dalam pola silang.

"[CROSS CUT]!"

Goblin menjerit dan mundur dengan cepat. Dia mendapati luka dangkal dari bahu sampai ke dada. Sekarang, dia kembali ke arah Haruhiro.

Sekarang! Bahkan saat ia memikirkan itu, tubuhnya sudah bergerak. Dalam sekejap, ia mendekati Goblin itu dan mendorongkan belatinya pada punggung si monster; [BACKSTAB]. Kulit Goblin cukup lembut, jadi belati Haruhiro terbenam empat inci ke dalam tubuhnya. Haruhiro menariknya kembali dan mundur, lantas si Goblin mulai terhuyung-huyung.

Goblin batuk darah, dan tampaknya dia bersiap-siap untuk melakukan sesuatu. Lalu tiba-tiba dia terjatuh, berkedut, namun masih hidup. Bahkan dalam keadaan seperti itu, dia masih bersikeras untuk melawan.

"Huh?" Haruhiro menatap Goblin yang sudah roboh. Dan Goblin itu pun balas menatap dirinya.”Apakah aku ... menusuknya pada titik yang fatal? Atau salah titik?”

"Aku harus membunuhnya!" Ranta melompat ke arah Goblin dan memangkas leher si monster dengan pedang nya.”YESSS! Aku dapatkan Vice-ku!”

Yume menyempitkan alisnya.”Yume berpikir bahwa Dark Knights benar-benar biadab.”

"Aku bukan biadab! Aku hanya memiliki kekejam yang terhormat! Kami, para Dark Knights memberikan persembahan pada Dewa Skulheill. Kelihatannya kami memang tidak manusiawi dan tidak punya perasaan. Namun kami berdarah ksatria dan tak pernah mencucurkan air mata."

"Oom rel eckt," Shihoru melantunkan sembari menggambar huruf elemental yang terbang di udara dengan tongkatnya.”Vel dasbor!"

Mage menggunakan kekuatan makhluk sihir yang disebut Elemental, dan bayangan Elemental yang baru saja dipanggil oleh Shihoru berpenampilan seperti rumput laut hitam dan keriting. Itu adalah sihir mantra [SHADOW ECHO], dan sihir itu terbang ke depan sembari mengeluarkan suara VOOOSHH yang aneh.

Shihoru bisa memilih untuk belajar Alev, yaitu sihir api, Kanon, yaitu sihir es, atau bahkan Pfatlz, yaitu sihir petir. Tapi dia malah memilih Das, yaitu sihir bayangan. Haruhiro memiliki perasaan bahwa mungkin saja Shihoru sedikit mengungkapkan kepribadian aslinya.

Elemental bayangan menghantam tengkuk Goblin yang masih saja bertarung melawan Manato. Namun, itu tidak hanya mempengaruhi kepalanya, melainkan seluruh tubuh monster itu mulai bergetar.

"Gah! Gah!”Goblin itu menjerit dengan suara aneh.

[SHADOW ECHO] bukanlah sihir yang membakar, membekukan, atau menyengat, melainkan memberikan kerusakan melalui gelombang berfrekuensi tinggi. Manato memang hebat, dia melanjutkan serangan Shihoru dengan memberikan pukulan menggunakan tongkatnya, kemudian menendang Goblin sampai roboh.

"[HATRED’S CUT]!" Ranta dengan kejam menyerang Goblin yang sudah roboh.

Menyerang musuh yang sudah roboh adalah keahlian "khusus" yang dimiliki oleh Ranta. Secara logika, dia bahkan tidak perlu menjadi seorang Dark Knight jika kemampuannya hanya seperti itu. Pedang Ranta memangkas udara dan ... tidak mengenai musuhnya. Sabetannya dibelokkan setelah mengenai sisi kepala Goblin yang bertulang keras. Ranta pun kesal.

"BAJINGAN!! Kamu pikir kamu siapa?! Ambil ini! Dan ini! Dan ini!” Ranta berteriak sembari memukul lagi dan lagi.

Sementara Ranta “menyalahgunakan” Goblin yang sekarat, Mogzo masih bertarung melawan satu Goblin yang tersisa. Mereka harus menyelesaikannya, tapi tampaknya Haruhiro tidak perlu membantu. Goblin menyerang dengan liar, menjerit, dan menebas Mogzo dengan pisaunya yang berkarat. Mogzo meng-intersep serangannya dengan sempurna, dan menggunakan pedang raksasa untuk menangkis pisau berkarat itu. Pergerakan Goblin pun terhenti.

Mogzo berada di atas angin. Dia memiliki kekuatan yang cukup besar, dan dia telah belajar teknik tingkat lanjut. Sembari mendengus, Mogzo menangkis pisau Goblin dengan sabetan pedangnya sendiri, kemudian dia menggunakannya untuk memotong wajah Goblin, [SPIRAL SLASH]. Mogzo tidak memiliki kecepatan, tapi ia cukup gesit. Goblin meringis dan mundur ke belakang.

Haruhiro berteriak untuk memberikan semangat, "Majulah, Mogzo!" Dan Mogzo pun melangkah maju, kemudian dia memangkas secara diagonal dengan segenap kekuatannya, seraya berteriak.”MAKASIH!!"

Teknik Mogzo ini [RAGE CLEAVE] adalah skill paling dasar yang diajarkan untuk para Warrior selama pelatihan pada Guild Warrior. Itu tampak seperti suatu jurus yang bisa mudah dikuasai hanya dengan menonton saja, tapi sangat sulit untuk mengenai musuh dengan menggunakan skill itu. Alasan mengapa Mogzo berteriak "MAKASIH" bila menggunakan [RAGE CLEAVE] adalah, dia ingin mengucapkan "terima kasih karena kau sudah membiarkan aku untuk membunuhmu”.

Namun di balik kata yang terkesan penuh kasih sayang tersebut, tersimpan kekuatan pembunuh yang besar. Pedang raksasa Mogzo memotong Goblin dari bagian atas bahu sampai ke tengah dada. Dia memutar pedangnya dan Goblin itu terangkat ke udara, dalam keadaan masih tertusuk. Kemudian, dengan tenaga kasar, Mogzo melemparkannya jauh-jauh. Goblin pun terbang ketika Mogzo mencabut pedangnya.

Ranta berlari ke arah Goblin itu, dan meneriakkan jeritan kemenangan yang memekakkan telinga. Kemudian, dia mulai “membajak” Goblin dengan menggunakan pedang panjangnya. Yume tidak hanya berpikir bahwa tindakan Ranta adalah brutal, namun juga benar-benar biadab. Dan ketika ia selesai memotong tubuh Goblin, dia menggunakan pisau untuk memotong salah satu telinganya yang runcing.

"Tiga Vice berturut-turut!" Dia tertawa dengan gembira.”Total semuanya adalah 11, dan itu bisa meng-upgrade kekuatan iblisku! Aku bisa merasakannya, dan aku bisa memanggilnya untuk membisikkan sesuatu di telinga musuh, sehingga perhatian mereka teralihkan! Keren!”

"Apa maksudmu, 'Aku bisa merasakannya?" Haruhiro mendesah.”Jadi kau hanya bisa merasakannya? Sepertinya Demon milik Dark Knight tidak berguna pada kenyataan.”

"Hei! Aku mendengar itu, Haruhiro!”Ranta balik menyembur. ”Jangan menghina Zodiak milikku! Aku akan menyuhurnya untuk mengutuk dirimu!”

Rupanya "Zodiak" adalah nama yang Ranya berikan pada Demon miliknya. Atau apakah itu memang nama aslinya? Atau mungkin itu adalah nama hewan peliharaan? Haruhiro tidak tahu, tapi itu tidak masalah. Itu tidak mengubah fakta bahwa sepertinya makhluk itu tak banyak berguna

"Bagaimanapun juga, aku benar. Kau bahkan tidak bisa memanggil makhluk itu ketika siang hari, " kata Haruhiro.

"Bodoh! Setelah aku mengumpulkan 11 Vice, maka level Demon akan naik! Sekarang aku bisa memanggilnya saat matahari terbenam dan terbit!”

"Kita sudah kembali ke Altana ketika matahari terbenam, dan tak seorang pun bangun ketika matahari terbit….. maka tetap saja makhluk itu tak berguna."

"Betul. . Tapi…… " Yume bergabung dengan percakapan itu sembari menggembungkan pipinya. Tatapan matanya berkata bahwa dia sedang jengkel. Namun ekspresi wajahnya sulit untuk dibaca. ”Karena tuannya adalah orang tolol, maka dia lebih baik sepertiitu.”

"Aku bukan tuannya! Demon tidak seperti hewan peliharaan! Ini semacam….. aku dikuasai oleh Demon. Bagaimanapun, dia adalah Demon!”

"Jadi itu berarti," kata Shihoru sambil tertawa lembut dan menghindari tatapan Ranta, "sebelum kau menggunakannya untuk mengutuk Haruhiro…. Kau lah yang terlebih dahulu kena kutukan.”

"Ya, aku kira itu benar. Tunggu dulu …… APA?! Serius?! Zodiak, apakah itu benar? Jawaban aku, Zodiak! Oh, ini masih siang, jadi dia tidak akan mendengarkan kataku…"

"Kerja bagus, semuanya," kata Manato sembari menatap mereka dengan senyuman. ”Apakah ada yang terluka? Sepertinya tidak ada… tapi aku akan menyembuhkan siapapun yang terluka. Jika semuanya baik-baik saja, ayo kita lihat apa isi kantong Goblin kali ini.”

"Aku! Aku… Aku…. Aku! Aku akan melakukannya! Biarkan aku melakukannya!” Ranta langsung menawarkan diri. Di dalam tiga kantong Goblin itu adalah: tujuh perak, dua batu yang tampaknya berharga, tiga taring dan tulang yang tidak yakin bisa dijual ataukah tidak, dan beberapa potong sampah yang tak punya harga. Terlepas dari berapa harga yang akan ditawarkan untuk batu itu, berarti mereka telah mendapatkan sekitar sepuluh perak, atau setidaknya delapan perak.

Mereka telah meninggalkan Altana pada jam tujuh pagi, tiba di Damroww sekitar pukul delapan, dan sekarang sudah lewat tengah hari. Mereka melanjutkan dengan mengubur mayat Goblin di dalam lubang yang dangkal, kemudian istirahat makan siang tak jauh dari tempat itu. Bekal makan siang mereka adalah roti, daging kering, dan sejenisnya. Mereka menempatkannya pada ransel atau tas. Istirahat makan siang adalah saat-saat yang menyenangkan bagi mereka.

"Harus bersyukur." Yume memotong beberapa lembaran daging kering yang telah dia kemas, dan menempatkannya pada tanah. Sembari menutup mata dan menepuk tangannya, Yume pun berdoa. ”Terima kasih, Eldritch. Berikut adalah persembahan dari kami karena engkau selalu memberikan perlindungan.”

"Apakah berdoa dan memberikan persembahan sebelum makan….." Haruhiro bertanya sambil menggigit roti, "…….. adalah sesuatu yang diperlukan oleh Guild Hunter?” Dia membelinya dari toko Tattan Bakery yang terletak di luar Nishimachi. Roti itu keras seperti batu, tapi murah dan terasa cukup nikmat.

"Ya," Yume membuka matanya dan berbalik untuk menatap Haruhiro. ”Dewi Putih Eldritch adalah serigala raksasa, dan hubungan buruk antara dirinya dengan Dewa Hitam Rigel, yang juga merupakan serigala raksasa. Kita bisa berburu dengan aman, ini semua berkat perlindungan Eldritch.”

"Dengan kata lain, para Hunters menyembah dia, ‘kan?" Kata Haruhiro. "Dewi Eldritch. Apakah tidak masalah bagimu, jika kau harus berdoa pada suatu eksistensi yang sangat minim informasi tentangnya?”

"Tidak apa-apa," Yume tertawa.”Eldritch berjiwa besar, menurutku dia tidak akan marah hanya karena hal seperti itu ... Toh juga tidak ada yang membuatnya marah.”

"Aku pikir ..." Shihoru memegang semacam Bagel* atau semacam kue donat di tangannya. ”Dewi Eldritch memahami perasaan Yume. Atau setidaknya, aku percaya begitu ...”
[*Catatan penerjemah : kue Bagel adalah kue seperti donat, tapi tidak berlubang. Bentuknya hampir menyerupai tabung dengan sisi yang tebal.]
Manato mengambil minum dari labu kulit, dan mengangguk untuk menyetujuinya. ”Tentu, perkataan memang penting, tapi yang lebih penting adalah perasaan di balik perkataan tersebut. Ketika kami, para Priest, menggunakan sihir cahaya, mantra tidak bekerja jika kami melafalkan mantra yang salah, tapi itu tidak mirip seperti doa Yume pada Dewi Eldritch.”

"Yume penuh dengan perasaan," kata Yume sembari membuka lengannya lebar-lebar. ”Ketika Yume tidur di malam hari, Eldritch datang pada di mimpinya. Yume bertanya apakah ia bisa menunggangi Eldritch, dan Eldritch mengatakan bisa! Yume naik ke punggungnya, dan Eldritch berlari begitu cepat! Itu sungguh luar biasa!"

"Jadi," kata Ranta sambil mengerutkan kening dan mengunyah lembaran daging dengan suara berisik, "di mana bagian lucunya? Aku mendengar cerita kalian dari tadi untuk menemukan bagiannya yang lucu, jadi di mana bagian lucu itu? Jika kamu belum menyiapkan leluconnya dengan baik, maka aku bersumpah akan memukulmu!”

"Lelucon?" Yume berkedip dan memiringkan kepalanya.”Tidak ada bagiannya yang lucu.”

"Apa !?" Ranta mengacungkan jari telunjuknya dengan lebay.”Bodoh! Apa bagusnya bercerita panjang-lebar tanpa lelucon?! Apa yang akan kau lakukan jika aku tenggelam dalam kekecewaan?”

"Memangnya kenapa?" Kata Shihoru dengan suara kecil.”Jika kau tenggelam…. Ya mati saja.”

"Hei!" Ranta menunjukkan jarinya pada Shihoru.”Hei! Hei! aku mendengar itu! Aku mendengar apa yang kau katakan, Shihoru! Kau ingin aku mati, kan!”

"Aku hanya mengatakan. Memangnya kenapa kalau kau tenggelam?”

"Jika kau ingin aku mati, katakana saja dengan sopan! Kau sungguh buruk! Kau adalah manusia terburuk yang pernah aku temui! Paling buruk dari yang terburuk di dalam sejarah!”

"Ndak usah dipikirin, Shihoru," kata Yume sembari memeluk Shihoru dan menepuk-nepuk kepalanya dengan lembut.”Kau tidak perlu mendengarkan omongan si makhluk rendahan ini. Shihoru tidak melakukan kesalahan apa pun. Makhluk rendahan ini adalah orang jahat. Dia begitu rendah, dan bahkan tidak bisa disebut manusia, ampun deh.”

"Aku masih manusia!"

"Seorang manusia berambut berantakan?" Kata Haruhiro seraya membela para gadis, "Ya, rambut berantakan ...", kemudian Ranta memelototi Haruhiro setelah dia sadar bahwa sedang disindir.

"Rambut berantakan tidak ada hubungannya dengan ini semua!" Kata Ranta sembari menarik-narik rambutnya. ”Bahkan, orang berambut berantakan adalah orang yang baik! Orang-orang yang tidak berambut berantakan tidak bisa disebut manusia!”

"Kalau begitu ..." Mogzo menelan roti seukuran kepalan tangan.”Tidak apa-apa jika aku bukan manusia."

"Yume juga," kata Yume.

"... Aku juga," tambah Shihoru.

"Sama….," Haruhiro setuju.

"Tunggu," kata Manato dengan ekspresi hampir serius.”Mari kita berpikir tentang hal ini secara rasional. Adalah rambut berantakan benar-benar masalah? Aku tidak berpikir itu adalah masalah. Sama sekali tidak ada yang salah dengan rambut berantakan dan juga si pemilik rambut tersebut. Bahkan, rambut berantakan mungkin adalah korban di sini ...”

"Huh?" Ranta menarik rambutnya.”Korban? Rambutku? Apakah itu berarti bahwa aku adalah si tersangka ?! Dan apakah itu berarti rambut berantakan akan menjadi hal yang buruk!?”

"Ranta, aku hanya bercanda."

"Terkutuk kau Manato! Kau selalu menyeringai ketika mengatakan segala sesuatu, sehingga aku tidak bisa menebak apakah kau sedang serius ataukah tidak! Kau adalah seorang penghianat bertopeng tebal!”

"D-Dia tidak begitu kok!" Shihoru tiba-tiba berdiri dengan wajahnya yang memerah. Dia tampak begitu marah sampai-sampai terlihat uap yang melayang dari kepalanya. ”Manato bukan penghianat! Tarik kembali ucapanmu!”

Ranta tersentak.”H-hei, meskipun begitu, aku ada benarnya, kan? Aku kan juga punya hak untuk mengejek orang lain."

"Tarik kembali ucapanmu!" Tuntut Shihoru.

"Baik! Aku paham. Aku akan menarik kembali ucapanku. Manato bukanlah penghianat. Dan dia tak pernah pakai topeng tebal. Dia adalah orang yang berjiwa putih. Begitupun dengan badannya. Badannya sangat putih. Aku melihat badannya setiap kali mandi bersamanya. Putih sekali. Sangaaaat putih. Bahkan terlalu putih untuk seukuran pria. Para wanita sekalipun akan iri ketika melihatnya”

"Putih ..." Shihoru bergoyang bolak-balik.”Badan Manato…. putih ...”

"Lebih putih daripada seorang gadis, ya," Manato mengangkat jubah Priest-nya dan juga kemeja di balik jubah tersebut.”Menurutku tidak begitu. Haruhiro, apakah badanku memang seputih itu?”

"Er, yahhh ..." Haruhiro melihat Shihoru dan Manato secara bergantian, berkali-kali.

Memang perutnya putih, tapi kulit Shihoru lebih indah. Tapi bukan itu masalahnya. Haruhiro memang sudah mencurigai hal ini. Namun sekarang dia semakin yakin bahwa Shihoru menyukai Manato. Apakah Manato tidak menyadarinya? Jika demikian, Haruhiro merasa kasihan padanya. Namun, ia juga memiliki perasaan bahwa sebenarnya Manato menyadari akan hal ini.

"Aku kira tubuhmu cukup putih, ahhh sekarang aku baru sadar. Ya, sangat putih. Dan kulitmu juga sangat halus, " kata Haruhiro.

"Kulit…. halus ..." Sepertinya Shihoru bisa pingsan setiap saat.”Kulit ... halus ..."

"Shihoru ... apakah kau baik-baik saja?" Yume berpindah tempat untuk mendukung tubuh Shihoru yang goyah.”Kau tidak boleh berfantasi terlalu dalam. Lebih baik kau berfantasi sesekali saja. Shihoru? Shihoru?”

Shihoru menghela napas berat, kemdian bersandar pada Yume, dengan gerakan linglung.

Ups, pikir Haruhiro. Mungkin aku berlebihan ... Tapi pada saat itu, dia menyadari betapa menarik dan manis gadis yang bernama Shihoru itu.

Ranta mengejek dengan jijik dan mengabaikan mereka. Dia mulai makan bekalnya, sembari memancarkan aura muak. Apakah mungkin Ranta cemburu karena dia juga menyukai Shihoru? Dan Shihoru tampaknya tertarik pada Manato, jadi Ranta marah karena hal itu?

Jika memang demikian, Ranta harus memikirkan kembali banyak hal. Selama ini dia tidak melakukan suatu hal pun yang bisa membuat para gadis tertarik padanya. Bahkan, segala sesuatu yang dia lakukan hanya membuat gadis-gadis semakin membenci dirinya.

"Kita benar-benar sudah menjadi tim yang baik," bisik Manato.

"Oh?" Jawab Haruhiro.

"Kita bisa membunuh tiga Goblin sekaligus tanpa masalah, dan sekarang tak seorang pun terluka. itu berarti kita mengalahkan mereka dengan mudah. Yume semakin piawai dalam menggunakan Kukri dari busur. Sebenarnya, dia memang sudah baik dalam menggunakan kedua jenis senjata tersebut. Jika kita berencana dengan hati-hati, kita mungkin bisa membunuh empat Goblin sekaligus.”

"Aku paham ..." Haruhiro memikirkan hal itu sejenak.

Mogzo dan Manato bisa membunuh satu Goblin masing-masing. Sementara dia sendiri, Ranta, dan Yume akan menangani dua Goblin lainnya. Shihoru bisa segera melumpuhkan seekor Goblin dengan skill [SHADOW ECHO]. Jika yang lainnya bisa membunuh lawan-lawannya dengan cepat, maka Goblin yang sudah dilumpuhkan oleh sihir Shihoru pasti bisa dihabisi dengan mudah.

"Ya, kita mungkin dapat menangani empat Goblin sekaligus," Haruhiro setuju. "Mogzo sangat diperlukan oleh kita. Dia begitu besar, sehingga eksistensinya saja sudah mengintimidasi lawan. Dia juga bisa menggunakan pedang raksasanya dengan akurasi yang baik, sehingga ketika ia mengayunkan itu, pukulan telak akan mendarat pada lawan.”

"Aku pikir juga begitu," kata Haruhiro.”Permainan pedang Mogzo cukup mahir."

Mogzo menelan kepalan roti lainnya.”B-benarkah? Aku tidak mengerti, tapi sepertinya aku suka melakukan pekerjaan yang membutuhkan presisi dan akurasi.”

"Itu tidak sesuai denganmu!" Ranta meledak marah tanpa alasan yang jelas, sehingga membuat Mogzo gentar. ”Atau setidaknya itulah yang aku pikirkan."

Haruhiro melotot ringan pada Ranta.”Mogzo cukup bagus. Setidaknya, dia tidak seburuk pria berambut berantakan sembrono yang kata-katanya selalu menyakiti orang lain."

"Oh?" Ranta balas.”Apakah kau sedang membicarakan aku? Kamu tahu bahwa nama panggilanku adalah “Mesin Tornado Akurat”, kan?”

Yume, yang masih menepuk-nepuk kepala Shihoru untuk menenangkannya, mengintip Ranta dengan tatapan dingin.”Yakin yakin bahwa tak pernah sekalipun orang lain menyebut Ranya dengan julukan seperti itu."

"Ranta sangatkah menakjubkan " ekspresi serius Manato menunjukkan bahwa kali ini dia tidak bercanda.”Dia selalu menyerang, menyerang, dan menyerang dengan sekuat tenaga. Dia tidak pernah takut akan kegagalan, jadi dia mungkin akan menguasai skill lebih cepat daripada siapa pun. Semuanya, termasuk aku sendiri, kita cenderung menghindari risiko. Jika bukan karena Ranta, kita tidak akan pernah memulai suatu serangan pun.”

"Apakah begitu?" Ekspresi Ranta menampakkan keraguan.”Kalau begitu, julukanku sekarang adalah : Mesin Tornado Penyerang?”

"Terus Mesin Tornado Akurat – nya dikemanakan?" Haruhiro mengatakan itu untuk mengoreksinya.

"Dan Shihoru ..." Manato berhenti. Sepertinya Manato harus berhati-hati ketika hendak menilai Shihoru, karena perasaan gadis itu sangat rapuh. ”Shihoru memiliki pemahaman yang baik tentang jangkauan yang lebih besar. Efek mantra Das adalah membingungkan atau menyengat musuh, dan juga mendukung tim dalam suatu pertempuran. Dia memilih untuk belajar sihir bayangan, agar dia dapat membantu kita dalam keadaan darurat. Benar kan, Shihoru?”

Shihoru tampak terpesona sejenak, kemudian dia terdiam tapi mengangguk. Haruhiro pun berpikir bahwa sifat Shihoru memang seperti itu. Gadis itu lebih suka memilih mantra Das yang lebih khusus, daripada mantra umum seperti api, es, atau halilintar yang mudah dipahami. Mungkin itu tidak begitu cocok dengan dirinya, namun Shihoru tidak pernah memilih sesuatu hanya karena dia menyukainya. Dia memilih sesuatu berdasarkan apa yang paling dibutuhkan oleh semua anggota Party.

Aku idiot. Pikir Haruhiro. Aku benar-benar tidak tahu sama sekali.

Selanjutnya, Manato mengalihkan pandangannya kepada Yume.”Yume sangat berani. Mungkin dia lah yang paling pemberani di antara kita semua. Sebagai penyembuh, aku terkadang berharap bahwa dia lebih berhati-hati. Tetapi jika ada bahaya, Yume tidak akan pikir panjang untuk membantu.”

"Begitukah?" Yume menunjuk pada dirinya sendiri. Ekspresinya melunak. ”Yume memang tidak begitu takut ketika bertempur sih, namun selama ini tak seorang pun menyebut Yume sebagai pemberani. Mungkin kau benar. Maaf karena Yume tidak pandai memainkan busur, walaupun Yume adalah seorang Hunter.”

"Setiap orang memiliki kelemahannya masing-masing, dan hal yang tidak bisa dilakukannya dengan baik," kata Manato pada dirinya sendiri. ”Mungkin kelemahan itu akan menjadi titik fatal bagi kita, tapi kita adalah tim. Kita saling menutupi kelemahan satu sama lain.”

"Benar," Yume mengangguk beberapa kali. ”Sangat benar. Mulai sekarang, yang terpentil adalah tidak merugikan tim, dan Yume akan melakukan yang terbaik untuk itu.”

Ranta mengejek.”Terpentil? Maksudmu terpenting? Cobalah mengucapkan segala sesuatu dengan benar. Terpentil tidak punya makna, tapi kata itu pasti berhubungan dengan pentil.”

Yume langsung menutupi dada dengan tangannya. ”Yume bertanya-tanya, bagaimana rasanya memiliki dada yang pas. Itu pasti berbeda dengan milik Yume yang sekarang ini.”

Lebih baik segera menghentikan percakapan ini, sehingga Haruhiro pun menyela, "Mungkin punyamu adalah tipe KW II."

Yume memandang Haruhiro, dengan ekspresi yang benar-benar serius. "Haru, apakah kau benar-benar berpikir begitu?"

"Err ... mungkin saja. Siapa tahu?"

"Apa yang kau maksud dengan dada KW II? Apakah itu terlihat imut?”

"D-D.. ..." Mogzo mulai berkata. Perhatian semua orang tiba-tiba tertuju padanya. Keringat tiba-tiba mulai bercucuran pada dahinya, dan ia mengusapnya dengan satu tangan.”U-uh ... Sudahlah. Sungguh, lupakan."

"Sekarang aku semakin penasaran," kata Shihoru sembari terus menatap Mogzo.

Mogzo mengalihkan pandangannya ke tanah dan setelah beberapa saat, akhirnya dia berkata, "M-maaf."

Dengan permintaan maafnya, maka tidak ada lagi yang menatapnya ... sebenarnya apa sih yang ingin dia katakan? Shihoru bukan satu-satunya orang yang penasaran.

Obrolan berlangsung selama beberapa saat sampai mereka selesai makan siang. Kemudian pencarian Goblin di sore hari pun dimulai. Namun, Haruhiro menyadari sesuatu yang aneh. Manato sudah banyak memuji orang lain, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang Haruhiro. Mungkin saja Manato kebetulan lupa padanya. Atau mungkin memang dia tidak layak mendapatkan pujian.

Apakah Manato merendahkan Haruhiro? Meskipun mereka sering berbicara, apakah Manato hanya memandang dirinya sebagai seseorang yang ingin menghidupkan suasana? Itu adalah pemikiran yang menyedihkan. Tapi bukan berarti Haruhiro sanggup mendekati Manato sekarang juga, lantas bertanya secara blak-blakan: "Hey, bagaimana denganku?" Mengharapkan pujian dari orang lain adalah suatu hal yang menyedihkan.

Lupakan saja, katanya pada dirinya sendiri.

Mungkin Manato hanya lupa, atau mungkin ketika Manato hendak memujinya, topik pembicaraan telah berubah tanpa sengaja, sehingga dia lebih memilih untuk melanjutkan pembicaraan. Pasti penyebabnya adalah salah satu dari kedua hal tersebut, dan begitulah asumsi Haruhiro. Dengan berpikiran positif seperti itu, hati kecil Haruhiro merasa sedikti (sangat sedikit) lebih baik.

Konsentrasi. Dia harus berkonsentrasi pada tugas yang tengah dijalaninya.

Haruhiro mengangkat tangan, sebagai sinyal bagi tim untuk berhenti sejenak. "Ada sesuatu di sana ..."

Pengintai adalah yang terdepan, sehingga semua anggota Party dengan cepat bersembunyi. Dan seperti biasa, Haruhiro harus maju ke depan sendirian. Terkadang, Ranta masih bersedia menemani Haruhiro untuk maju ke depan, tapi sejujurnya, lebih baik jika dia tidak mengandalkan pria itu.

Tentu saja, ia sebisa mungkin tidak membuat suara ketika bergerak. Tapi begitu ia punya cukup uang, ia ingin belajar skill Thief [STEALTH WALK]. Pasti ada semacam trik untuk bisa bergerak secara diam-diam, dan dia ingin mempelajari itu. Dia ingin Master Barbara mengajarinya.

Ada Goblin yang berada pada reruntuhan bangunan dua lantai terbuat dari batu. Sebagian balkon lantai dua sudah roboh, dan sebagian dinding di lantai pertama juga telah runtuh. Namun pada sisa-sisa balkon itu terdapat Goblin ber-armor dengan pedang yang terikat pada punggungnya. Goblin lainnya sedang duduk di lantai pertama. Badannya cukup besar untuk seukuran Goblin.

Ukuran tubuh Goblin normal adalah setinggi anak manusia, adapun Goblin yang agak besar berukuran 4 kaki*. Setiap Goblin yang mencapai tinggi lebih dari 4,5 kaki dianggap sebagai raksasa. Meskipun begitu, Goblin yang sedang duduk di lantai pertama itu tampak berbesa. Sulit untuk mengetahui dari jarak ini, tetapi tampaknya dia lebih besar daripada Goblin yang berada pada sisa-sisa lantai dua.
[*Catatan penerjemah : 1 kaki = 30,48 cm, maka 4 kaki = 122 cm.]
Ini adalah pertama kalinya Haruhiro melihat Goblin seperti itu, dan dia juga tidak melihat dengan jelas jenis senjata yang dibawa oleh mereka. Yang jelas, mereka mengenakan armor pada tubuhnya. Haruhiro terus mengintai daerah di sekitar bangunan, tapi tidak ada Goblin lain di sekelilingnya. Jadi, Haruhiro berkesimpulan bahwa lawan mereka kali ini hanyalah Goblin berarmor dan Goblin raksasa. Dia pun kembali ke tempat yang lainnya berada.

"Kabar buruk," lapornya.”Hanya ada dua, tapi salah satunya sangat besar. Tingginya hampir sama seperti kita.”

Mata Manato sedikit melebar. ”Dia adalah Hobgoblin. Yaitu, suatu spesies Goblin lain, tetapi lebih besar dan lebih kuat daripada Goblin pada umumnya. Mereka cukup buas tetapi tidak begitu cerdas. Terkadang, Goblin lain menggunakannya sebagai pelayan.”

Ranta menjilat bibirnya.”Jika dia memiliki pelayan, maka dia pasti cukup kaya. Artinya, dia pasti membawa sejumlah barang berharga.”

Haruhiro menggaruk dagunya dengan ujung jari. ”Mungkin saja benar. Dia mengenakan armor, dan Hobgoblin itu juga mengenakan armor serta helm. Tampaknya helm itu terlalu besar jika kita kenakan di kepala.”

Mogzo mendesah keras. Bagi Warrior, yaitu profesi yang mengharuskan dia mengadapi musuh secara langsung, alat pelindung adalah peralatan terpenting. Namun, harga armor sangatlah mahal. Mereka tidak mampu memberli armor jenis baru, sehingga satu-satunya pilihan adalah mendapatkan armor yang ukurannya pas dengan badannya, dan sangat langka. Atau pergi ke Blacksmith untuk menyesuaikan ukuran armor bekas. Oleh karena itu, baik mereka maupun Mogzo sampai saat ini hanyalah mengenakan alat pelindung bekas yang disediakan oleh Guild mereka masing-masing.

"Dua Goblin." Manato menurunkan pandangannya ke bawah sambil berpikir.

Mata Yume mengarah pada langit sembari berkata, "Jika hanya dua, Yume pikir kita bisa menghabisi mereka dengan mudah.”

"Jika aku bisa menyegel salah satunya dengan sihirku…." kata Shihoru sembari membenarkan cengkraman pada tongkat, "…..pasti tidak akan sulit setelahnya."

"Yume juga akan mencoba untuk menyerang dengan busur. Walaupun Yume sering luput, panah Yume pasti akan menarik perhatian si Goblin .”

Manato melirik setiap anggota Party secara bergiliran. Mungkin ini karena Manato telah memuji mereka, tapi yang jelas, semangat mereka sedang membara dan semua anggota Party ingin ambil bagian pada perburuan kali ini. Ketegangan di udara lebih tebal daripada biasanya. Mungkin hanya Haruhiro yang tidak terlalu semangat karena dia tidak dipuji oleh Manato, namun dia tidak ingin merusak suasana.

"Apakah kita akan menghabisi mereka?" Tanyanya, dan Manato hanya mengangguk.

"Ayo lakukan."

Suatu rencana pertempuran dibuat dengan cepat. Haruhiro, Yume, dan Shihoru akan menyerang duluan dari kejauhan. Setelah musuh menyadari bahwa mereka diserang, Mogzo dan Manato akan mengambil posisi di lini depan. Sementara Mogzo menangani Hobgoblin itu, Manato akan meladeni Goblin ber-armor. Haruhiro, Ranta, dan Yume akan menekankan serangan dari sisi, sementara Shihoru mendukung mereka dengan sihir jarak jauh.

Seluruh anggota tim membentuk lingkaran sembari saling berhadapan, dan menumpuk tangan mereka di tengah.

"Fight!" Manato meneriakkannya dengan suara rendah, dan anggota Party lainnya menanggapi secara serentak "Segalanya atau tidak sama sekali!" dengan suara pelan.

Mereka telah memulai ritual pra-pertarungan-kecil beberapa waktu lalu, tapi dalam hati Haruhiro, dia selalu merasa bahwa itu adalah ritual yang aneh. ”Mengapa harus berkata : 'Fight!’ dan ‘Segalanya atau tidak sama sekali'?” Pikirnya dengan keras.

Shihoru memiringkan kepalanya ke satu sisi.”Aku tidak tahu ... tapi entah kenapa, aku tidak asing dengan seruan macam itu.”

"Yume punya yang perasaan yang sama," kata Yume. ”Tapi Yume tidak tahu kenapa. Aneh ya."

Haruhiro memimpin Yume dan Shihoru untuk menuju bangunan bertingkat dua. Manato, Mogzo, dan Ranta mengikuti pada jarak sekitar dua puluh kaki dibelakang. Panah Yume memiliki jangkauan yang lebih panjang, tetapi sihir Shihoru hanya berjangkauan 30 kaki. Apakah mereka bisa mendekati Goblin dalam radius 30 kaki tanpa terdeteksi?

Itu tidak akan mudah, atau bahkan mustahil, karena bangunan itu dipagari oleh puing-puing dinding yang agaknya masih cukup kokoh. Ada ruang terbuka berjarak sekitar 50 kaki antara dinding dan bangunan itu sendiri. Ketika mereka menyeberangi dinding, Goblin pasti akan memperhatikan mereka.

Haruhiro mendekat Shihoru. Aroma manis yang samar mengisi hidungnya. Bibir Haruhiro yang berada dekat dengan telinga Shihoru pun membisikkan sesuatu, "Shihoru, kau memakai parfum?"

"…Hah? Apa yang kau bicarakan?” Kata Shihoru.

"Err, sudahlah. Maaf. Ini agak jauh, tapi dapatkan sihirmu mengenai Goblin dari sini?”

"Aku tidak cukup yakin ... tapi aku akan mencoba."

Shihoru menekankan tangan ke dadanya, dan berusaha menarik napas dengan tenang. Yume mencabut satu anak panah dari tempatnya, dan melengkungkan busur dalam posisi siap. Tak satu pun dari Goblin tersebut melihat kea rah mereka. Yume dan Shihoru secara bersamaan maju setengah langkah ke depan untuk meninggalkan dinding penghalang, dan Shihoru menggambar suatu huruf elemental terbang dengan menggunakan tongkatnya.

"Oom rel eckt vel dasbor!"

Suatu Elemental bayangan yang bentuknya seperti bola keriting hitam meledak dari ujung tongkatnya, dengan suara VOOOSSH yang keras! Pada saat yang sama, Yume melepaskan anak panahnya. Panah itu terbang di atas kepala Goblin ber-armor, membuat dia terkejut, kemudian sihir Elemental itu mengenai Hobgoblin pada lengan bagian kiri. Hobgoblin mendengus, sembari seluruh tubuhnya mulai gemetar.

Goblin ber-armor berbalik, kemudian melihat ke arah mereka.

"Mereka telah melihat kita!" Teriak Haruhiro.

"Ayo kita pergi!" Manato memberikan perintah.

Hobgoblin mengambil suatu pentingan berduri besar yang tergeletak di dekat kakinya, dan mulai bangkit dengan gerakan sempoyongan. Mantra [SHADOW ECHO] telah bekerja dengan baik. Goblin ber-armor itu juga memegang sesuatu. Benda apakah itu? Semacam senjata? Benda itu berbentuk lurus, dan dilengkapi oleh semcam miniatur busur pada ujungnya. Dan Goblin ber-armor membidikkan benda itu secara langsung pada Haruhiro dan yang lainnya.

Haruhiro dengan cepat menyambar bahu Yume dan Shihoru, kemudian membuka mulutnya untuk memperingatkan mereka agar kembali berlindung pada dinding. Tapi sebelum kata-kata itu keluar, panah meluncur ke arah mereka. Yume dan Shihoru jatuh ke belakang karena ditarik oleh Haruhiro. Dia mendengus dan mundur dengan cepat.

Kemudian, terasa suatu nyeri. Lengan kanannya. Suatu anak panah. Entah kapan itu terjadi, namun suatu anak panah sudah tertancap pada lengan kanannya. Rasanya sakit. Sakit, sakit, SAKIIIIIT SEKALI. Dia membungkuk, berjongkok, dan mengerang. Tak peduli bergerak ataupun terdiam, rasa sakit itu terus menyengat dengan intens. Rasa sakit itu hampir tidak bisa membuatnya bernapas.

Shihoru terkaget saat melihatnya.

"Haru!" Yume menempatkan tangan pada punggungnya dengan lembut.

Haruhiro mengerang kesakitan. Jangan sentuh aku. Jangan sentuh aku. Karena rasa sakit ini begitu buruk. Apakah dia akan mati? Dia akan mati, kan? Kematian. Tidak mungkin. Dia tidak ingin mati. Tapi rasa sakit ini….. SAKIT. Bantu aku ... siapapun ... ini sungguh buruk. Dia tidak akan tahan.

"Haruhiro!"

Itu adalah suara Manato. Manato datang padanya. Dan tanpa peringatan apapun, ia menarik panah keluar dari lengan Haruhiro. Ketika panah tercabut, Haruhiro merasakan segumpal daging ikut tercongkel. Darah mengalir dari luka yang cukup lebar dan dalam. Manato, aku akan mati. Kau akan membunuhku agar aku tidak membebani tim ini, lakukan saja itu...

Tapi Manato tidak memperhatikan karena ia segera membentuk heksagram dengan tangannya dan mulai melantunkan mantra, "Oh, cahaya, di bawah perlindungan Dewa Luminous ... [CURE].”

Cahaya yang tercurahkan dari tangan Manato mulai membalut luka Haruhiro. Meskipun dia sedang disembuhkan, rasa sakit sama sekali belum memudar. Haruhiro tersentak dan tersentak dan tersentak lagi. Rasa sakit itu begitu buruk, sampai-sampai dia kesulitan bernapas.

Akhirnya, rasa sakit mulai mereda. Dia akhirnya bisa bernapas secara normal, namun dia masih ragu-ragu menyentuh tangan kanannya. Lengannya terendam dalam darah, namun sudah tidak sakit lagi seperti tadi.

"Manato!" Itu adalah panggilan dari Ranta. ”Cepat! Aku tidak bisa terus menahannya!”

"Apakah kau akan baik-baik saja?!" Manato berteriak pada Haruhiro, dan Haruhiro mulai mengangguk. Tapi Manato sudah bergerak menjauh ketika dia melakukan itu.

Oh, benar. Sementara Manato sedang menyembuhkan Haruhiro, yang lainnya masih bertarung. Haruhiro melirik bangunan dan melihat Mogzo sedang bertarung melawan Hobgoblin, sementara Ranta dan Yume berjibaku melawan Goblin ber-armor. Apakah Manato berniat pergi untuk mendukung Ranta dan Yume? Shihoru memukul Hobgoblin dengan menggunakan mantra [MAGIC MISSILE], tapi sihir itu hampir tidak mempengaruhinya.

Haruhiro kembali panik. Jika Manato bergabung dengan Ranta dan Yume, mereka mungkin bisa mengatasi si Goblin ber-armor. Tapi mereka juga harus melakukan sesuatu pada Hobgoblin.

"Bertahanlah, Mogzo!" Teriak Haruhiro dengan semangat, sementara dia bersiap menuju bagian belakang Hobgoblin itu.

Hobgoblin pasti hanya terfokus pada Mogzo, karena dia sama sekali tidak memperhatikan kedatangan Haruhiro. Jika itu terjadi, maka seharusnya Haruhiro bisa dengan mudah melayangkan [BACKSTAB] pada musuhnya. Tapi entah mengapa, ia kesulitan mendekati monster itu, sehingga skill-nya tidak bisa diaktifkan. Hobgoblin itu sedikit lebih tinggi daripada Haruhiro, tapi dia tidak setinggi Mogzo. Lagipula perawakan Mogzo jauh lebih lebar.

Pentung berduri itu terbuat dari kayu, tapi itu cukup berat dan tebal. Jika terkena hantaman benda itu, bahkan armor baja milik Mogzo pun akan penyok. Terlebih lagi, armor baja yang Hobgoblin kenakan semakin menambah masalah. Tidak hanya bagian badan yang dilindungi oleh armor, melainkan juga kaki dan kepala. Dengan kata lain, hampir tidak ada tempat bagi Haruhiro untuk menancapkan belatinya. Seluruh tubuh si Goblin ditutupi oleh armor.

“MAKASIH!!" Mogzo meneriakkan seruan Warrior sembari menggunakan skill [RAGE CLEAVE].

Haruhiro hampir saja berteriak untuk menyemangati Mogzo, namun kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya. Pedang raksasa Mogzo membentur bahu kiri Goblin, tapi pukulan itu tidak membuatnya gentar. Bahkan lawannya tidak melancarkan serangan balik yang cepat. Lantas si Goblin mengayunkan pentungnya, dan Mogzo hampir tidak sanggup membelokkan serangan itu. Tidak, sebenarnya Mogzo tidak membelokkan serangan itu. Pukulan itulah yang menyebabkan dia tersandung mundur. Kuda-kudanya kacau. Ini cukup buruk. Mogzo akan segera roboh.

Haruhiro menabrakkan dirinya sendiri pada punggung Hobgoblin. Dia berusaha menjegal lawannya, sembari menyodorkan belatinya secara bersamaan. Pisau itu menghasilkan suara bising yang memekakkan telinga ketika menggores logam. Tidak ada gunanya. Senjatanya tidak bisa menembus armor. Namun apapun itu, Haruhiro untuk sementara waktu berhasil mengalihkan perhatian si Hobgoblin. Dan sekarang Hobgoblin tersebut mengayunkan pentungnya ke arah Haruhiro. Dia melompat, dan nyaris saja terkena hantaman benda tumpul itu.

Namun, ini buruk. Dia takut. Dia merasa seperti semua organ internalnya rontok. Dia merasa seolah-olah setengah nyawanya sudah dicabut oleh malaikat kematian. Dia mundur tanpa sadar.

"A-Aku tidak bisa melakukan ini ..." bisiknya pada diri sendiri.

"Oom rel eckt vel dasbor!" Shihoru kembali melantunkan mantra. Elemental bayangan menghantam sisi Hobgoblin, dan dia terguncang dengan hebatnya.

Mogzo mengayunkan pedang raksasanya pada kepala Hobgoblin yang gemetaran dan tidak bergerak. Prcikan api terbang ketika pedang berbenturan dengan helm, dan membuatnya melengkung ke dalam. Si monster pun terhuyung-huyung.

"Sekarang!" Teriak Haruhiro sembari bergegas melaju ke arah lawannya dengan jegalan.

Hobgoblin memang menakutkan, tetapi jika mereka bisa merobohkannya ke tanah ... Namun, sebelum Haruhiro bisa bangkit, Manato pun meneriakkan namanya. ”Haruhiro, sebelah sini! Ranta sedang ...!”

"Apa?!" Haruhiro melihat bahwa Ranta telah roboh, dan darah merembes dari lehernya. ”Dia mendapat sayatan di leher!?"

Sementara Manato menyembuhkan luka Ranta, Yume terpaksa menghadapi Goblin ber-armor 1 vs 1. Goblin itu mengayunkan pedangnya pada Yume, dan terus menyudutkannya. Ini buruk. Haruhiro terpaksa menghadapi Goblin itu, dan menyela di antara si monster dan Yume.

"Oy, Gob…..! Sebelah sini!"

Haruhiro berusaha mengalihkan perhatiannya, namun fokus Goblin ber-armor tidak sepenuhnya tercurahkan padanya. Kini, dia dan Yume harus menghadapi Goblin ber-armor. Tidak mungkin, sebenarnya kondisi Haruhiro belum pulih sepenuhnya, dan itu berarti tidak mungkin baginya menghadapi monster itu walaupun mendapatkan dukungan dari Yume. Goblin ber-armor mengayunkan pedang yang panjangnya hampir sama seperti punya Ranta. Dia menghindari serangannya. Menahan, menangkis, dan menghindar… hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Goblin ini berbeda dari Goblin lain yang selama ini dia hadapi. Dia cepat, lincah, dan Haruhiro punya perasaan bahwa makhluk ini sudah berlatih menggunakan senjatanya dengan baik, karena dia memainkan pedangnya dengan cukup tangkas. Haruhiro hanya bertahan dengan mengandalkan belati, dan jika dia melakukan satu saja kesalahan….. maka, dia sendiri pun tak tahu apa yang akan terjadi.

Apakah Mogzo baik-baik saja sendirian? Haruhiro khawatir, tapi dia tidak diberi kesempatan sedetik pun untuk mengalihkan tatapannya dari si Goblin ber-armor.

"[SWEEPING SLASH]!" Yume menyerang Goblin ber-armor dari belakang.

Itu adalah skill serangan dengan menggunakan Kukri, tapi Goblin telah membaca pergerakannya. Monster itu memutar tubuhnya untuk menangkis serangan Yume, kemudian membalas dengan tangkisan yang menyebabkan Kukri milik Yume lepas dari genggamannya. Goblin ber-armor bersiap untuk menghabisi Yume dengan sabetan terakhir.

"Aku tidak akan membiarkanmu!" Haruhiro melemparkan tubuhnya sendiri untuk menerkamnya, namun si Goblin juga sudah menduga serangan itu.

Sabetan pedangnya pun berubah ke arah Haruhiro. Tidak mungkin! Haruhiro berpikir demikian. Dia masih sempat mengayunkan belatinya untuk menangkis sabetan pedang itu, tapi ia tidak bisa sepenuhnya menghentikan laju pedang itu. Pedang Goblin menggesek dan meluncur pada tepi belati milik Haruhiro, dan terdengar suara desingan keras. Bahkan Cross-Gurad sekalipun tidak bisa menghentikan itu.

Pedang Goblin sedikit terbenam pada lengan kanannya, sehingga lagi-lagi membuatnya berteriak karena sengatan rasa sakit. Belati Haruhiro lepas dari tangannya. Goblin bergerak, dan memberikan serangan terakhir. Aku akan terpotong, pikir Haruhiro.

"[ANGER THRUST]!" Itu adalah serangan dari Ranta. Serangan pamungkas Goblin ber-armor meleset tipis dari targetnya.

Ranta telah melompat dari samping, dan menyodorkan ujung pedangnya pada Goblin. Monster itu merunduk, dan berhasil menghindari serangan Ranta. Hanya jeda beberapa saat, monster itu pun melancarkan serangan balasan. Ranta mundur ke belakang dan ke samping.

"Sial! Behentilah bergerak, dasar bajingan kaya!” Ranta mengumpat.

Wajah Ranta pucat dan ia berkeringat deras. Luka telah sembuh, tapi darah yang sudah mengucur tidak bisa dikembalikan. Meskipun begitu, dia berhasil menyelamatkan Haruhiro. Dua kali Haruhiro hampir kehilangan nyawanya hari ini. Lengannya terluka parah. Pedang Goblin telah memotong dengan luka yang dalam. Rasa sakit menyebabkan dia tidak sanggup memindahkan lengan kanannya, sehingga ia memaksakan diri untuk mengambil belati dengan tangan kirinya.

"Haruhiro!" Manato datang dan segera menyiapkan mantra sihir cahaya.”O cahaya, di bawah perlindungan Dewa Luminous ... [CURE].”

Haruhiro mengertakkan gigi melawan rasa sakit. Ketika lukanya sembuh, dia langsung mengamati daerah sekitar. Mogzo, entah bagaimana caranya, berhasil bertahan dari semua serangan Hobgoblin dengan susah payah. Kakinya mulai goyah. Shihoru berjongkok, sepertinya dia kelelahan karena terlalu banyak menggunakan sihir. Mereka tidak mungkin lagi mengharapkan bantuan darinya.

Haruhiro memiliki perasaan bahwa meskipun Ranta adalah orang yang ceroboh, dia mungkin bisa menahan Goblin ber-armor lebih lama. Ternyata lengan Yume juga terpotong, dan darah mengucur deras dari lukanya.

"Selesai," kata Manato. Haruhiro menyentuh lengannya untuk memeriksa bahwa lukanya sudah sembuh. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Yume.

"Yume! Ke sini! Manato akan menyembuhkanmu!” Teriak Haruhiro.

"Yume ndak papa!" terdengar jawaban darinya.”Yume masih bisa lanjut!"

"Haruhiro, gantikan posisinya! Yume, ke sini lah!” Manato memaksa.

Namun, ketika hendak bertukar posisi, pikiran Haruhiro dipenuhi ketidakpastian. Dia menyadari bahwa napas Manato sedikit terengah-engah. Apakah ia telah menggunakan sihirnya terlalu banyak? Kelas Haruhiro adalah Thief, jadi dia tidak tahu tentang aturan sihir. Dia kebingungan harus mengikuti siapa. Apakah dia harus menuruti kata hatinya sendiri, ataukah perintah Manato. Tentu saja dia lebih percaya pada Manato daripada dirinya sendiri. Tidak masalah. Semuanya pasti baik-baik saja. Seharusnya tidak ada keraguan di dalam hatinya.

Haruhiro bertukar posisi dengan Yume. Dia ingin memberikan tekanan pada Goblin ber-armor, tapi keragu-raguan membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Jika ia menyerang, ia takut akan menerima serangan balasan. Apakah Ranta berpikir sama dengannya? Goblin itu terlalu terampil. Tidak ada lubang pada pertahanannya yang bisa ditembus.

Goblin juga mengenakan helm di kepalanya. Itu adalah Goblin yang tidak hanya dilengkapi armor, melainkan juga helm. Tidak mungkin. Walaupun Haruhiro bisa mendaratkan pukulan dengan belatinya, itu hanya akan dipentalkan oleh armor tersebut. Hal yang sama akan terjadi pada pedang Ranta. Bagaimana dengan pedang raksasa milik Mogzo? Tapi Mogzo masih direpotkan oleh serangan Hobgoblin; jadi ia tidak bisa menangani 2 lawan sekaligus.

Skak mat, Haruhiro tiba-tiba berpikir demikian. Mereka telah terpojok. Mereka tidak bisa memenangkan pertarungan kali ini. Tidak mungkin mereka bisa menang kali ini. Tapi dia sudah tahu akan hal itu. Dia sudah menyadari bahwa dirinya kalah telak, bahkan sebelum pertempuran ini berlangsung. Apa yang akan terjadi jika mereka kalah? Apa yang akan terjadi jika mereka dikalahkan? Apakah mereka akan mati? Akankah mereka semua mati?

Haruhiro melirik Manato, yang hampir menyelesaikan penyembuhan luka Yume. Setelah selesai, mereka berdua mendekat pada sisi Haruhiro.

"Haruhiro, bantu Mogzo!" kata Manato, dan Haruhiro mengangguk secara refleks.

Dia tidak yakin apakah meninggalkan mereka berdua adalah ide bagus, tapi Mogzo benar-benar perlu bantuan. Haruhiro bergerak untuk mengambil posisi pada pertarungan melawan Hobgoblin.

Kemudian terjadilah sesuatu. Hobgoblin meneriakkan pekikan yang mengerikan, sembari mengayunkan pentung berduri pada Mogzo. Dia menggerakkan pedang raksasanya untuk memblokir, tapi ia tidak bisa menghentikan serangan Hobgoblin sepenuhnya. Hobgoblin menyerang lagi, lagi, dan terus menghujani serangan pada Mogzo. Pentung itu hanya terbuat dari kayu, tetapi senjata itu sama sekali tidak pecah. Mogzo, yang tampaknya mulai kelelahan, meraih pedangnya dengan kedua tangan. Dia mencengkram gagang dan ujung pedang untuk memblokir hantaman Hobgoblin. Serangan itu sungguh luar biasa, dan dia terpaksa berlutut untuk mempertahankan tubuhnya agar tidak roboh. Darah mengalir pada kepalanya karena salah satu duri menembus sisi kepalanya.

Hobgoblin menendang Mogzo sampai jatuh ke tanah, dan dia pun memberikan pukulan terakhir. Jika Haruhiro membiarkan hal itu terjadi, maka ... ini sangatlah buruk. Sangatlah buruk. Haruhiro mengabaikan keraguannya untuk bertahan, dan langsung menyerang punggung Hobgoblin. Dia mentargetkan lengan monster itu, tapi tampaknya itu tidak mungkin.

Haruhiro berhasil menunggangi monster itu, namun Hobgoblin meronta-ronta untuk menjatuhkan dirinya. Monster itu mengeluarkan lolongan panjang penuh kemarahan.

"Teruskan, Haruhiro! Terus mengganggunya!” Manato berteriak sambil menyembuhkan Mogzo.

Tidak mungkin. Tidak mungkin bagi Haruhiro untuk terus bertahan lebih lama lagi. Hobgoblin menyikut rusuknya dengan begitu keras, sehingga Haruhiro hampir kehilangan kesadaran. Ini buruk. Jika dia pingsan, maka semuanya akan berakhir. Jika dia terlempar, maka dia akan mati. Dia pasti akan mati.

Inilah saat ketika sesuatu yang benar-benar menakutkan terjadi. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi, tapi ia yakin bahwa tubuhnya terlempar dan punggungnya menghantam tanah. Hobgoblin menendangnya sebelum dia bisa bangun, sehingga membuatnya semakin tersemat pada tanah. Dia tidak bisa bernapas.

"B-Ban ...." Dia serak. Bantu aku ... Dia tidak tahu siapakah yang datang untuk membantu. Namun seseorang benar-benar mendekat ke arahnya.

Itu adalah Manato. Dia mendaratkan skill [SMASH] di kepala Hobgoblin dengan menggunakan tongkat pendeknya. Hobgoblin memiliki helm untuk melindungi kepalanya dari hantaman, namun, sepertinya teknik Manato sudah cukup untuk memberinya gegar otak ringan.

"Cepat!" Teriak Manato. ”Haruhiro, bangun! Lari! Semuanya, lari!"

Ya, pikir Haruhiro sambil melompat untuk berdiri. Lari, benar juga. Mereka tidak punya pilihan selain melarikan diri. Dia berbalik untuk pergi, kemudian tiba-tiba berhenti. "Bagaimana denganmu?!"

Manato berusaha untuk mundur bahkan ketika ia terus menyerang Hobgoblin.”Tentu saja aku akan menyusul! Cepatlah, dan lari terlebih dahulu!”

Mogzo, yang luka kepalanya baru saja sembuh, memusatkan pandangannya pada Goblin ber-armor, lantas dia berteriak, “MAKASIH!" Dia menyerangnya dengan skill [RAGE CLEAVE]. Dia meleset, tapi itu berhasil membuat Goblin ber-armor ragu-ragu untuk menyerang.

Ranta dan Yume berbalik untuk melarikan diri, dan Shihoru juga sudah melarikan diri. Goblin ber-armor menjerit dan menyabet punggung Mogzo dengan pedangnya, tetapi berkat armor-nya, Mogzo tidak menderita luka apapun. Haruhiro berada tepat di belakang mereka, dan dia berbalik untuk melihat Manato seraya terus berlari.

"Manato, semuanya sudah lari!" Teriaknya.”Cepatlah menyusul!"

"Aku tahu!" Jawab Manato, sembari dia melompat ke belakang dan memberikan Hobgoblin dua serangan beruntun pada dada.

Hobgoblin tersendat dan Manato dengan cepat berbalik, lantas berlari. Goblin ber-armor menyarungkan pedang yang sejak tadi dia gunakan, kemudian menarik keluar senjatanya yang lain. Mereka belum keluar dari bahaya. Haruhiro berkosentrasi untuk terus lari ke depan. Saat itu, Goblin ber-armor melontarkan sesuatu pada mereka. Benda itu berputar-putar di udara, sebelum akhirnya mengenai Manato tepat di punggung.

Suatu desahan terdengar dari mulut Manato, dan sepertinya dia kesulitan lari.

"Manato!" Teriak Haruhiro.

Manato langsung menjawab walaupun dia kesusahan mengembalikan keseimbangannya. ”Aku baik-baik saja!"

Kakinya terlihat masih kokoh, mungkin itu hanyalah cidera ringan. Hobgoblin dan Goblin ber-armor terus mengejar di belakang. Mereka harus terus berlari. Terus berlari. Untung saja mereka sudah membuat peta. Sekarang sangatlah terasa bahwa pengetahuan tentang tata letak kota Damroww sungguh berguna. Mereka tidak tersesat ketika mereka terus melarikan diri. Mereka juga mampu menghindari daerah-daerah yang sering dilewati oleh Goblin lainnya.

Haruhiro dan yang lainnya terus berlari. Mereka berlari bahkan dengan pernapasan yang terengah-engah, dan kelelahan terus membebani langkah mereka. Seakan-akan nyawa mereka tidak bertahan lebih lama. Mereka terus berlari sampai tidak lagi melihat para pengejar. Dan yang pertama-tama berhenti berlari adalah Manato.

Tidak, sebenarnya dia tidak menghentikan larinya. Lebih tepatnya, dia roboh ke tanah.

"M-Maman………" Haruhiro mencoba memanggil nama Manato, tapi tidak sepatah katapun keluar dari tenggorokannya.

Punggungnya. Punggung Manato. Sesuatu mencuat dari punggungnya. Suatu benda yang memiliki mata pisau. Itu adalah pisau yang melengkung. Itu tampak seperti pisau lempar. Tak satupun dari anggota Party itu bisa mengucapkan kata-kata. Semuanya menatapnya, tapi tak sepatah katapun terucap dari mulut mereka. Senyap. Apa yang bisa mereka katakan?

Manato terengah-engah, sembari berusaha untuk berdiri. Namun dia tidak bisa. Yang bisa dia lakukan hanyalah berguling. ”Aku kira ... tidak masalah…. jika …. kalian …. pergi ... duluan ...”

"Manato!" Haruhiro berlutut di sisi Manato. Apakah tidak apa-apa jika dia menyentuhnya? Apakah tidak masalah? Dia tidak tahu. ”Manato ...lukamu ... sihir penyembuhan! Gunakan sihir penyembuhan untuk menyembuhkan lukanmu sendiri ...”

"B-benar." Tangan kanannya bergerak untuk menyentuh dahinya, tapi langsung jatuh lemas kembali ke tanah, seolah-olah setiap energinya sudah mengering. ”Sihirku ... aku tidak bisa ... menggunakannya ..."

"Jangan bicara!" Teriak Ranta.”Tenang saja, jangan mencoba untuk berbicara! Apa yang akan kita lakukan?” Ia memohon pada yang lainnya.

Shihoru terhuyung ke sisi Manato, kemudian berlutut pada tanah di dekat Haruhiro. Dia mengulurkan tangannya, dan ketika jari-jemarinya yang gemetaran menyentuh pisau yang tertancap di punggung Manato, gadis itu langsung menarik tangannya kembali. Ekspresi yang tak bisa diungkapkan tampak pada wajahnya.

Wajah Manato juga demikian. Tidak hanya putih, namun sangat pucat. Tubuh Mogzo berhenti bergerak dan kaku seperti batu, dia seperti patung besar.

"A-apa ..." Yume mengaduk-aduk rambutnya sehingga semakin kusut. ”Apa yang harus kita lakukan?"

"Apa ... apa maksudnya ..." Haruhiro merasa seperti dadanya tercabik-cabik.

Apa yang harus mereka lakukan? Berpikir! Apa yang bisa mereka lakukan? Pasti ada suatu cara! Mereka tidak bisa hanya duduk berpangku tangan di sana! Manato, tolong katakan pada kami ... Mohon ... Beritahu kami apa yang harus kami lakukan ... Manato .... Tapi pernapasan Manato semakin rendah dan lemah.

"K-kau akan baik-baik saja," kata Haruhiro.”Kamu akan baik-baik saja, jadi bertahan di sini ... Bertahanlah, oke?”

Manato memandang Haruhiro.”... Haru ... hiro ..."

"Ada apa? Manato, ada apa?”

"Aku ... aku ... maaf ..."

"Apa? Mengapa? Untuk apa?"

"Aku ... tidak bisa ... semuanya ... Haru ... hiro ... tolong ..."

"Tolong? Tolong apa? Kau ingin aku melakukan apa? Tidak…. tidak, jangan mengatakan hal-hal seperti itu, Manato ...”

"Aku ... tidak bisa melihat ... Apakah ... semuanya ... ada di sini?"

"Ya! Kami semua di sini! Manato, semuanya ada di sini, jadi jangan pergi!"

Manato tampaknya menghembuskan napas dalam-dalam, seolah sedang mendesah.

"Tidak! Jangan pergi! Manato! Kau tidak boleh pergi! Jangan pergi, Manato! Kumohon ... jangan pergi ...”

Dia menghirup, kemudian menghembuskan napas lagi. Dan pada saat itu, matanya tampak berkilau seakan-akan berubah menjadi kaca.

Shihoru menempatkan tangan di dadanya.”Jantungnya berhenti ..."

"Napas bantuan! Beri dia napas bantuan!” Ranta berteriak pada Haruhiro yang dianggapnya memiliki wawasan lebih baik daripada dirinya.

Mereka mulai napas bantuan, seolah-olah itu akan menyelesaikan segalanya. Semuanya berbicara secara bersamaan tentang apa yang harus dilakukan. Mereka menarik pisau dan menelentangkan pria itu, kemudian memberinya napas bantuan dari mulut-ke-mulut.

Menit berlalu, puluhan menit berlalu, bahkan mungkin lebih dari satu jam berlalu ketika mereka mencoba untuk menyelamatkan nyawanya.

"T-Tidakkah s-seharusnya…. kita berhenti saja?" Mogzo tampak seperti akan menangis. ”Kasihan Manato ... Kita tidak perlu melakukan itu lagi padanya …"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?!" Haruhiro membentak dengan amarah, sebelum akhirnya ketenangannya kembali. Ia melanjutkan bicara dengan nada lembut.

"…Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa meninggalkan dia sendirian di sini. Kita tidak bisa meninggalkan Manato begitu saja di sini.”

"Sihir." Shihoru mendongak. Matanya bengkak dan merah. ”Mungkin ada cara untuk menyelamatkannya dengan sihir. Sihir cahaya bisa menyembuhkannya.”
Grimgar Vol 1 x.jpg
"Itu benar," kata Yume sembari mengangguk dengan penuh semangat.”Shihoru benar. Sihir pasti bekerja padanya. Pasti bekerja. Kita bisa membawanya pada Guild Priest, dan kuil mereka.”

"Kuil Dewa Luminous?" Ranta menyeka air mata dari pipi dengan menggunakan punggung tangannya.”Aku harus pergi ke sana? Kau menyuruh hamba Dewa Kegelapan Skulheill untuk pergi ke wilayah musuh?”

Mogzo mengangkat Manato dalam pelukannya.”Aku akan membawanya."

"Ayo kita pergi," kata Haruhiro seraya memberikan anggukan.

Ranta dan juga Haruhiro menawarkan pada Mogzo untuk menggendong Manato secara bergiliran, tapi Mogzo menolak. Dia ingin menggendong Manato sendirian dari ujung utara Altana, sampai menuju Kuil Dewa Luminous. Saat mereka menginjakkan kaki di dalam kuil, mereka dihentikan oleh sekelompok pria yang berpakaian identik seperti Manato.

Salah satu dari mereka tampaknya mengenali Manato. Sepertinya namanya adalah Master Honnen. Master sendiri yang datang untuk menemui mereka. Tubuhnya cukup tegap dan perkasa, dan dia lebih mirip Warrior ketimbang Priest.

Hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah, "Apa yang telah terjadi?"

Suaranya cukup khas, itu mengingatkan Haruhiro bahwa Manato pernah menceritakan tentang Master-nya yang begitu tegas, dan suaranya memekakkan telinga. Memori-memori yang pernah dia alami bersama Manato keluar begitu saja pada pikirannya, dan dia tidak tahan lagi. Dia berlutut di hadapan Master Honnen.

"Silahkan! Tolong bantu Manato! Aku akan melakukan apa pun….. apa pun yang kau inginkan! Kumohon selamatkan dirinya!” Haruhiro memohon.

"Anak Bodoh!" Suara Master Honnen menggelegar. ”Bahkan Dewa Cahaya Luminous yang bersinar terang tidak bisa menghidupkan orang mati! Manato, kau tolol! Padahal kau adalah anak mudah yang memiliki bakat langka dan menjanjikan. Kami mendidikmu dengan harapan yang tinggi, dan mengajarkan padamu sihir penyembuhan terbaik, namun kau telah menyia-nyiakan nyawamu sendiri!”

"KAU BAJINGAN!" Ranta dengan lancang maju untuk mencengkram kerah Master Honnen.

Yume menghentikannya sembari menyela, "Tidak, tidak!"

Ranta urung melawan dia, mungkin karena ia melihat aliran air mata deras pada pipi Master Honnen. Shihoru hanya bisa jatuh terpaku pada lantai kuil yang dingin; Mogzo masih berdiri sembari membeku. Meskipun begitu, ia masih merangkul Manato dalam pelukannya.

"Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuknya adalah….." walaupun air matanya masih bercucuran, Master Honnen berbicara dengan suara sekeras batu, "….. menguburnya dengan layak. Di perbatasan ini, orang-orang mati yang tidak dikubur dengan benar akan menerima kutukan Deathless King dan menjadi salah satu hambanya. Biasanya, transformasi menjadi zombie akan memerlukan waktu selama 5 hari. Namun, beberapa orang hanya memerlukan waktu 3 hari untuk bernasib sama.”

Entah kenapa, Haruhiro tiba-tiba ingin tertawa, meskipun ia tahu bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk tertawa.”Jadi, kau ingin mengkremasi dia?” tanya Haruhiro.

"Ya. Kau harus meletakkannya pada Krematorium di mana kita bisa membakar tubuhnya. Tempatnya terletak di luar Altana. Untuk mencegah kutukan, setelah tubuhnya dimurnikan oleh api, abunya akan dimakamkan di bagian atas bukit."

"Satu hal lagi," kata Haruhiro, "jika aku boleh bertanya."

"Tanya apa?"

"Apakah itu memerlukan uang?"

"Aku akan membayarnya jika kau tidak punya uang."

"Tidak" Haruhiro mendesah. Itu adalah desahan yang sangat dalam beserta amukan amarah. Dia tak tahu harus marah pada siapa. Apakah dia harus marah pada dirinya sendiri yang tidak berguna dan bodoh? "Kami akan membayarnya. Bukannya kami tidak punya uang. Walaupun kami tidak punya cukup uang, entah bagaimana caranya, kami akan memikirkan jalan keluarnya. Manato lebih dari sekedar teman bagiku; kami adalah rekan satu tim, dan dia juga merupakan pendamping yang berharga. Kami banyak berhutang padanya.”


0 comments:

Post a Comment