Hai to Gensou no Grimgal [level 1] bab 12

Wednesday, April 27, 2016

Sekarang, ke Mana Harus Berbelok?

Tempat di mana mereka menggali kuburan dan menguburkan sisa-sisa jasad Manato dalam balutan kain putih adalah pada bagian tengah bukit. Suatu batu nisan telah mereka tempatkan di atas kuburan sederhana itu. Nama Manato tertulis pada batu nisan tersebut, bersama dengan simbol bulan sabit berwarna merah. Walaupun mereka hanyalah anggota pelatihan, mereka masihlah anggota pasukan cadangan. Sehingga, makam Manato ditandai sesuai simbol organisasi.

Kuburan lainnya juga bersimbolkan bulan sabit merah, beberapa di antaranya cukup tua, sehingga catnya memudar. Cukup banyak jenazah pasukan Crimson Moon yang menjadikan bukit ini sebagai tempat peristirahatan terakhir. Di bagian paling atas bukit terdapat suatu menara yang membumbung tinggi ke angkasa. Itu adalah pemandangan yang membuat mata sakit.

Menara itu adalah tempat di mana Haruhiro dan yang lainnya pertama kali dibangkitkan. Sudah berapa lama sejak ssat itu berlalu? Mungkin kurang dari sebulan, tapi terasa lebih lama. Apakah mereka benar-benar telah dilahirkan dari menara tersebut? Jika dilihat dari penampilannya, bangunan itu tidak memiliki pintu ataupun jalan masuk. Lantas, dari mana mereka keluar? Haruhiro tidak tahu, dan juga tidak peduli.

Biaya kremasi adalah 50 perunggu, dan pemakaman di bukit juga dihargai 50 perunggu. Total semua biayanya adalah 1 perak. Kematian manusia dihargai sebesar 1 perak. Tidak lebih dari 1 perak. Haruhiro telah membayarnya dengan menggunakan uangnya sendiri, tapi apakah itu tidak masalah? Manato memiliki 7 perak dan 21 perunggu pada tabungannya. Bajunya dibakar bersama tubuhnya, tetapi masih ada tongkatnya pendek, ransel, dan barang pribadi lainnya. Apa yang akan mereka lakukan dengan barang-barang milik Manato tersebut? Hati Haruhiro semakin sakit ketika memikirkan hal itu.

Manato telah pergi. Dia benar-benar telah pergi. Bahkan belum sehari penuh mereka ditinggalkan oleh Manato. Mereka membawanya ke krematorium kemarin malam, dan seorang pekerja memberitahu mereka untuk kembali lagi pada tengah malam. Setelah sisa-sia jasad Manato dikembalikan kepada mereka, mereka tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya, sehingga mereka mengembalikannya pada para Priest di Kuil Luminous. Master Honnen menawarkan untuk menyimpan sisa-sisa jasad itu selama semalam di kuil, namun Haruhiro tak setuju membiarkan temannya berada di sana.

Namun pada akhirnya, mereka harus sepakat bahwa sisa-sisa jasad Manato ditempatkan di sudut pelataran kuil. Haruhiro dan yang lainnya duduk dengan membentuk lingkaran untuk menemani sisa-sisa jasad Manato sampai subuh tiba. Tidak ada yang tidur. Mungkin mereka setengah tertidur, namun tak seorang pun bisa tertidur dengan nyaman. Mereka terlihat linglung ketika pagi menyongsong, dan apakah itu dikarenakan kurangnya tidur? Walaupun mereka duduk di depan sisa jasad Manato, tak satu pun dari fakta ini tampak nyata bagi mereka.

Shihoru sudah lelah menangis, sampai-sampai dia harus menyangga dirinya sendiri agar tidak roboh. Bahkan duduk saja terasa sangat berat baginya. Yume sedang menatap langit yang cuacanya sedang cerah hari ini, mungkin dia mengamati burung yang terbang melewatinya. Sosok besar Mogzo seakan-akan tampak menyusut, dan tatapan kosong terus terpancar dari matanya. Lalu Ranta.

Mengapa ia terdiam membisu sepanjang waktu? Jika bukan dia yang membuat keributan, maka siapa lagi? Baiklah kalau begitu. Haruhiro berniat untuk memecah keheningan.

"Ini aneh," ia mulai berbicara sembari memetik rumput.”Ini sungguh tidak masuk akal. Aku bukan satu-satunya yang berpikir begitu, kan?”

Ranta melihat ke arahnya, tetapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya yang biasanya bawel. Ekspresinya mengatakan bahwa saat ini otaknya tidak bisa memikirkan apapun.

"Manato pernah sekali berkata," Haruhiro melanjutkan sembari memotong rumput. ”Sepertinya kita sedang menjalani suatu permainan. Aku pun juga berpikir sama waktu itu, tapi jenis permainan apakah ini? Aku tidak tahu. Ini bukan permainan. Ini sama sekali bukan permainan ... aku tidak memahaminya. Sialan ... sialan.”

Pada akhirnya, Haruhiro tidak tahu apa yang sebenarnya ingin ia katakan.

Sekarang jam berapa? Tengah hari sudah lewat, bahkan mungkin sebentar lagi matahari akan terbenam . Pada Altana, lonceng berbunyi setiap dua jam untuk menunjukkan waktu. Loncengnya berdentang sekali pada pukul enam pagi, dua kali pada pukul delapan, tiga kali pada pukul sepuluh, dan seterusnya. Lalu, sudah berapa kali lonceng berbunyi hari ini? Dia tidak bisa ingat.

Ranta bangkit dengan perlahan-lahan ”Aku keluar."

"... Ke mana?" Tanya Yume.

Ranta tertawa pendek, dan ekspresinya menunjukkan bahwa dia tak peduli dengan apa yang dikatakan Yume. ”Apakah itu penting? Tidak ada gunanya duduk di sini selamanya. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.”

"Idiot!" Bentak Yume.

Ranta tidak membalas penghinaan itu. Ini tidak seperti dirinya yang biasa. Dia pergi, dan Haruhiro mengejarnya, Mogzo pun mengikutinya, tetapi Haruhiro berhenti untuk melihat ke belakang. Di sana, dia melihat Yume yang sedang memeluk bahu Shihoru. Namun Haruhiro berada terlalu jauh, sehingga dia tidak yakin apakah gadis itu sedang mengangguk ataupun menggelengkan kepalanya. Di punya perasaan bahwa kedua gadis itu akan berada di sini lebih lama. Apakah Shihoru akan baik-baik saja? Mungkin dia lah yang paling terpukul, bahkan lebih tertpukul daripada Haruhiro. Bagaimanapun juga, Shihoru pasti menyukai Manato.

Ranta sepertinya bermaksud untuk kembali ke Altana, dan Haruhiro ingin menanyakan ke mana ia akan pergi. Tapi Haruhiro berubah pikiran. Dia tidak peduli. Bel berbunyi tujuh kali sebelum mereka mencapai Jalan Kaen di bagian utara kota. Waktunya sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan seperti biasa, jalanan dipenuhi oleh aktivitas orang-orang.

Ranta hendak memasuki suatu bangunan besar. Papan nama di depan bertuliskan Kedai Sherry. Haruhiro mengenali kedai tersebut sebagai tempat di mana anggota Crimson Moon biasa berkumpul. Walaupun dia pernah melewati tempat ini sebelumnya, dia tak pernah masuk ke dalam. Manato biasa berkunjung pada Kedai Sherry untuk mendapatkan informasi, namun tak seorang pun anggota Party pernah ikut bersamanya ke kedai ini. Semuanya tak pernah tahu apa yang Manato usahakan untuk kepentingan tim.

Aku pun begitu, pikir Haruhiro. Aku hanya terus bersamanya dan melakukan apapun yang dia katakan.

Kedai Sherry adalah tempat yang besar dan luas. Ruangan kedai itu dicahayai oleh lampu remang-remang yang menggantung pada langit-langit. Tempat itu memiliki dua lantai, meskipun setengah dari keduanya hanyalah tangga. Pada jam segini, tempat itu belum ramai. Namun, walaupun setengah pengunjung belum datang, jumlah pengunjung di sana sudah mencapai 100 orang. Ruangan itu penuh dengan suara celotehan, tawa keras, dan sesekali terdengar teriakan kemarahan. Semuanya bercampur dengan suara gadis-gadis yang dengan semangat melayani pelanggannya.

Ranta menemukan suatu meja kosong di sudut lantai pertama, dan dia pun mengambil tempat duduk. Haruhiro dan Mogzo mengikutinya. Ketika gadis pelayan datang, Ranta segera mengangkat tiga jari dan berkata, "Tiga bir."

Dia tidak bertanya apakah Haruhiro dan Mogzo bersedia minum bersama dengannya.

"Aku tidak ingin minum," Haruhiro protes.

"Kalo gitu, pengen apa? Susu?” Ranta menyilangkan lengan di atas dadanya, dan mengetuk kakinya pada lantai. ”Bego. Ini adalah kedai minum. Ini adalah BAR… BAR!! Kau tahu apa artinya BAR!! Itu artinya, kau harus minum alkohol di sini.”

"T-tapi ..." Mogzo membungkuk, seakan-akan tubuh besarnya semakin menyusut. ”Minum pada saat seperti ini?"

"Bodoh! Memang pada saat seperti inilah kau seharusnya minum," Ranta mendengus, sembari menggosok matanya.”Manato. Bajingan itu sering datang ke sini untuk minum-minum, ‘kan? Tapi dia ... Kau tahu, dia ... Bukannya kita datang ke sini untuk mewakilinya minum, sih….. tapi ...”

"Benar," kata Haruhiro sembari meletakkan sikunya di atas meja. Kepala Haruhiro menggantung dengan rendah.”Kau benar."

Gadis pelayan kembali dengan membawa bir, dan setelah membayar dia, mereka bertiga bersulang besama-sama kemudian meneguk birnya. Mungkin karena mereka haus, tetapi minuman pahit itu terasa sangat segar. Apakah Manato memesan bir yang sama seperti mereka pesan saat berkunjung ke kedai ini? Apakah ia menyukai rasanya?

Dia memang sedang meneguk alkohol, tapi sensasi panas yang berbeda membakar wajahnya, dan pikirannya menjadi kosong. Wajah Ranta dan Mogzo juga memerah. Ranta tiba-tiba membanting gelasnya di atas meja.

"Ini adalah yang terburuk. Ini sungguh yang terburuk. Aku berhenti. Aku tidak ingin melakukan ini lagi. Aku tidak bercanda. Aku pun tak pernah bersedia melakukan ini sejak awal, tapi aku tak punya pilihan selain pergi bersama kalian. Kalian berdua merasakan hal yang sama, ‘kan? Apa sih Warrior itu? Apa sih Thief itu? Apa sih Dark Knight itu? Apa sih ... Priest itu? Aku sudah muak. Aku berhenti. Aku berhenti dari semuanya. Mulai hari ini, aku berhenti selamanya.”

"Berhenti?" Haruhiro menggertakkan giginya. ”Lantas apa yang akan kau lakukan jika kau berhenti?”

"Aku tidak akan melakukan apapun," jawab Ranta. ”Tidak ada yang salah dengan itu. Apakah aku harus melakukan sesuatu? Tidak ada aturan yang mengharuskan aku melakukan sesuatu. Bahkan jika ada aturan seperti itu, aku tidak peduli.”

"Kita semua tidak memiliki pilihan. Itulah kenapa kita menjadi pasukan perbatasan.”

"Aku tidak tahu itu!"

"Jika kau tidak tahu, maka apa yang kau pikirkan ?!"

"Persetan!!"

"K-Kumohon," Mogzo menempatkan dirinya di antara Haruhiro dan Ranta. "Kalian berdua. Jangan berkelahi.”

"Diam!!!" Ranta mendorong Mogzo dengan kasar. ”Walaupun kita terus maju, lantas mau apa lagi??!!! Mulai dari sekarang, apa yang bisa kita lakukan??!! Manato sudah tiada!!!”

"Aku tahu itu!!! Kau jangan mengajari hal yang sudah aku tahu!!!” Haruhiro membentaknya.

"Kalau begitu, jawab aku!!! Ketika kau terluka dalam pertarungan, Manato lah yang akan datang dan menyelamatkan pantatmu!!! Apa yang bisa kau lakukan jika dia tidak lagi bersama kita??!! JAWAB AKU!!!!"

"AKU…………."

"Bahkan, Manato kehabisan sihir sehingga dia tidak bisa menyembuhkan lukanya sendiri…. Ini semua karena dia menyembuhkan dirimu yang berkali-kali terluka!!!!”

"... Ranta, kau ... Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku yang salah???"

"Lantas apakah aku yang salah?!??! Katakan!!! Apakah ini semua salahku!!??”

"Tidak ..." gumam Haruhiro.”Kau tidak salah."

"Ini semua karena kau payah dalam bertarung!!! Kau selalu terluka, dan itu merugikan tim!!! Ini semua salahmu!!!”

"BERHENTI!!!" Suatu raungan amarah terdengar. Itu adalah suara Mogzo. Untuk sesaat, seluruh pengunjung di kedai membisu seribu bahasa. Alis Mogzo menegang ketika dia marah. Haruhiro pun terkejut. Dia tidak percaya bahwa Mogzo bisa meledak semarah ini. ”Ini bukan waktunya untuk berkelahi satu sama lain!!! Tenanglah kalian berdua!!!”

Haruhiro menggeser kursinya.”…Maaf."

"Kau juga," Ranta mengangkat bahu.”Kau jangan terlalu marah. Kau juga harus tenang.”

Ketika Mogzo memelototinya, Ranta pun meringkuk. ”Maaf! Aku akan lebih berhati-hati mulai dari sekarang! Sungguh, aku serius! Kau tidak perlu semarah itu ...”

"Sebenarnya," Mogzo meneguk bir dan mengendurkan bahunya. ”Masalahnya adalah, apa yang akan kita lakukan mulai dari sekarang."

Haruhiro mengusap bagian belakang lehernya.”Aku tahu, tapi aku kurang tertarik membicarakan itu sekarang. Bukan berarti, aku bisa berpikir jernih sekarang.”

"Aku akan mengatakan satu hal," Ranta memukul meja dengan gelasnya. "Bukannya aku pesimis atau apa, tapi aku pikir bahwa mustahil bagi kita melanjutkan ini semua tanpa bantuannya. Kau akan memahami apa maksduku jika kau hitung berapa kali dia menyelamatkan kita."

"Jadi," Haruhiro melirik ke samping di Ranta.”Kita tidak melakukan apapun? Bukankah itu sama mustahilnya? Bagaimana dengan pendapatan sehari-hari? Kita perlu makan dan penginapan setiap hari. Apakah kita akan mencari pekerjaan lain?”

Ranta mengerutkan kening, sembari mengistirahatkan dagu pada telapak tangannya.”Itu adalah salah satu pilihan yang bisa kita pertimbangkan."

"Aku sih tidak masalah. Tapi kau adalah seorang Dark Knight. Guild-mu tidak akan membiarkanmu meninggalkan mereka begitu saja untuk mencari pekerjaan lain," Haruhiro mengutarakan pendapatnya.

Ranta pun tergagap.

"Apakah kau lupa posisimu sendiri?"

"Aku tidak lupa! Tapi ... tapi sekali menjadi Dark Knight, selamanya akan menjadi Dark Knight? SIAL!!! Mengapa aku memilih untuk menjadi Dark Knight !?”

Mogzo menghela napas berat dan panjang.”Pekerjaan lain ..."

"Hei!" Suara yang menyambut mereka adalah suara yang Haruhiro pernah kenali sebelumnya. Ketika ia menoleh, ia melihat seseorang yang tak asing. Orang ini melambaikan tangan sembari mendekati mereka.”Hey, hey, hey! Kalian di sini rupanya! Aku tidak ingat namamu, tapi lama sekali kita tidak bertemu, ya! Bagaimana kabar kalian? Masih semangat?”

"Kikkawa ..." Haruhiro berkedip beberapa kali.

Tak salah lagi, Haruhiro ingat betul wajah yang tak pernah susah itu. Dia adalah si Kikkawa yang tak pernah susah. Tapi ia berbeda sekarang, atau setidaknya penampilannya berubah. Dia mengenakan armor yang diperkuat dengan pelapis logam, dan dia memiliki pedang yang ujungnya tampak mewah. Jika dilihat dari armor-nya, kemungkinan dia adalah seorang Warrior.

"Yo yo!" Seringai Kikkawa merobek wajahnya. Dia pun mengangkat tangannya untuk melakukan toss pada Haruhiro dan yang lainnya. Haruhiro menanggapi toss-nya.

Tanpa bertanya, Kikkawa mengambil kursi dan duduk di antara Haruhiro dan Mogzo. ”Bir, bir! Apakah bir kalian enak? Bir!” Ia memanggil gadis pelayan dan memesan bir. ”Jadi…. Jadi…. Jadi…. Jadi! Apa kabar? Bagaimana hari-hari kalian? Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah kalian menghasilkan banyak uang? Apa itu tempat yang disebut ... Damroww! Kalian bekerja di daerah itu, kan? Aku sudah mendengarnya! Aku sungguh telah mendengarnya! Beberapa saat lalu, aku bertemu Manato sini, jadi aku tahu semua darinya! Katakan padaku! Katakan padaku! Apakah perburuan kalian lancar?”

Seperti biasa, Kikkawa selalu optimis, dan itu cukup menyebalkan. Karena sedikit kewalahan, Haruhiro menjawab dengan jujur, "... Semuanya tidak berjalan dengan baik." Mungkin itu terlalu jujur. ”Sebenarnya, Manato ... Manato ….. Manato ...”

"Apa?!" Kikkawa mendorong mundur tubuhnya. ”Apa apa apa?! Tidak! Tidak mungkin! Tidak mungkiiiiiiiiin! DIA AKAN MENIKAAAAHHH!?"

"Tidak mungkin!" Kata Haruhiro sembari mengoreksi perkataan Kikkawa dengan menampar punggungnya. Kikkawa tersentak dengan mata melotot, seakan-akan matanya akan copot. Tapi Haruhiro tidak menyesal setelah memukul dia dengan kasar.

"... Bukan itu," kata Ranta dengan ekspresi masam.”Dia sudah mati. Dia terbunuh kemarin.”

"Whoa ..." Kikkawa mengusap bagian belakang kepalanya sembari menarik-narik dagunya.”Maafkan aku. Maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf, oke? Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja ... Aku tidak pernah berpikir bahwa ia akan mati. Aku selalu berpikir bahwa ia adalah seorang pria yang bisa menyelesaikan segala macam masalah, tapi dengan cara yang berbeda dari Renji. Atau mungkin ia tidak berbeda. Aku tidak benar-benar memahami sifat berbagai orang, tapi ... Hey! Sudah tersaji minuman di sini! Okeee! Bersuuuuu----aku pikir ini bukan saat yang tepat untuk bersulang. Yahh, pokoknya mari kita minum bersama.”

Haruhiro menggerakkan lehernya ke kiri lalu ke kanan. Dia tiba-tiba merasa sangat kelelahan. ”Sepertinya selama ini kau sehat-sehat saja, Kikkawa. Apakah kau menemukan Party yang bisa diajak bergabung?”

"Ya! Segera setelah aku meninggalkan kalian, aku bergabung dengan seorang pria bernama Tokimune. Seorang pria yang baik, tapi agak tolol. Apakah dia sedang berada di sini? Aku akan memperkenalkannya denganmu ...”

"Tidak, gak usah repot-repot."

"Aku paham. Sepertinya, kalian tidak perlu buru-buru. Manato adalah seorang Priest, ‘kan? Profesi itu adalah tulang punggung Party, ‘kan? Tingkat kematian Priest tidaklah rendah. Mereka adalah sasaran empuk bagi musuh. "

Mogzo perlahan mengarahkan pandangannya pada Kikkawa.”Sungguh?"

"Bukankah sudah jelas?" Kikkawa menelan birnya dengan semangat. ”Kita tadi sedang bicara apa? Ah… Iya…. Soal Priest. Musuh tahu bahwa Priest adalah penyembuh Party, sehingga tentu saja mereka akan membunuhnya terlebih dahulu. Dan Warrior seperti diriku? Kami berada di antara musuh dan Priest untuk melindunginya. Seperti itulah strategi bertarung yang biasa. Itu adalah dasar, lho.”

Mogzo membenamkan wajah di tangannya.”... Aku sama sekali tidak melindunginya. Yang aku lakukan malah meminta bantuan padanya ...”

Kikkawa menepuk-nepuk bahu Mogzo dengan simpati. Itulah seharusnya yang dilakukan teman lama, atau mungkin tidak.”Jangan terlalu dipikir. Semua orang pernah gagal. Kesalahan dan kegagalan adalah langkah awal untuk menemukan jalan yang benar. Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja."

"Tapi ..." Mogzo menggeleng.”Manato tidak akan kembali."

"Benar," Kikkawa mengangkat kedua tangannya dengan setuju. ”Itu benar, tapi andaikan aku menjadi kalian, aku akan terus maju. Kau mungkin berpikir bahwa aku hanya bisa mengatakan hal-hal seperti itu karena aku tidak pernah punya rekan setim yang terbunuh, tetapi di sisi lain, aku dapat mengatakan ini karena aku tidak pernah punya rekan setim yang tewas. Tunggu. Apakah kedua hal itu sama saja? Apapun itu, untuk saat ini, jangan melihat ke belakang. Teruslah melihat ke depan dengan optimis.”

Tatapan Haruhiro jatuh pada gelas yang berjajar di atas meja. Apakah Kikkawa mengatakan bahwa ia tidak boleh berputus asa seperti ini? Tidak ada alasan untuk mendengarkan apa yang Kikkawa ocehkan, tapi… seandainya saja Manato ada di sini… apakah yang akan dia pikirkan? Manato adalah orang yang bisa mengarahkan mereka bahkan tanpa menggunakan kata-kata. Manato bisa menciptakan suasana, yang membuat semua anggota Party menjadi optimis.

"Walaupun kita maju terus," Ranta mulai bicara dengan setengah bergumam.”Tidak peduli apapun yang menghalangi kami di depan, Party kami sudah tidak mempunyai Priest lagi."

Kikkawa memandang mereka. Ekspresi yang terlukis di wajahnya seakan-akan mengatakan : “Emangnya kenapa?”

“Kalau begitu, bagaimana jika kalian mencari Priest lainnya. Tunggu. aku tahu apa yang hendak kalian katakana. Kalian hendak mengatakan : Tidak ada seorang pun Priest yang ingin bergabung dengan Party kami. Apakah aku benar? Ngomong-ngomong, aku bukan lagi anggota pelatihan. Aku sudah menyepakati kontrak dengan Crimson Moon. Aku adalah anggota penuh sekarang. Ingin lihat? Apakah kalian ingin lihat?”

"Tidak juga," Haruhiro mendesah.”Tapi, kata-katamu tidak salah. Tak ada seorang pun Priest yang ingin bergabung dengan Party kami.”

"Sebenarnya ... ada seseorang ..." kata Kikkawa.

"Apa?"

"Aku kenal banyak orang dan banyak orang mengenalku. Anggota Crimson Moon, itu dia. Ada seseorang yang aku kenal. Orang ini mungkin bisa kalian rekrut.”

Ranta mencondongkan tubuh ke depan dengan penasaran.”Siapa?"

"Tapi sebelum itu!" Kikkawa memandang mereka secara bergiliran. "Siapa sih nama kalian? Maaf! Aku sudah berusaha untuk mengingatnya, tapi aku benar-benar lupa. Bisakah kalian memperkenalkan diri sekali lagi?”

0 comments:

Post a Comment