Musim Semi yang Sudah Lama Berlalu
Bagian 1
Jantung Sorata yang
serasa ingin meledak karenanya ….
“Kau bilang ingin
memberitahuku sesuatu …. Apa itu?”
Yang berbicara tadi
adalah si gadis kuncir kuda …. Nanami.
“Em, hal yang penting …
mungkin?”
Nanami yang malu dan
menundukkan kepala, menjawabnya dengan tidak terlalu jelas.
“…..”
“…..”
Perasaan yang bingung,
ragu-ragu, dan tidak yakin ini …. Entah kenapa bercampur menjadi perasaan
gugup dan menyelimuti mereka berdua.
“Aku … selalu
ingin berbicara denganmu mengenai ini”
“Hmm, begitu ….”
“Ya, aku ….”
“…..”
Nanami mengangkat
kepalanya tiba-tiba, seperti ingin menyemangati dirinya sendiri.
“Aku … selalu … selalu …”
“…..”
Suasana yang dibuat
Nanami ini membuat Sorata gugup dan tidak bisa bergerak sejenak. Dan di depan
Sorata, Nanami tersenyum.
Lalu, Nanami yang tersenyum
ceria memberitahu Sorata sesuatu yang sangat penting baginya.
“Aku … selalu
menyukaimu, sangat menyukaimu.”
“…..”
“…..”
Detak jantung yang
rasanya terus bertambah cepat, sepertinya sampai bisa kedengaran dari
luar. Bahkan Nanami pun pasti mendengarnya!
Sorata terdiam
sejenak, setelah beberapa saat akhirnya Sorata mulai tenang.
Jawabannya sudah
pasti. Sudah sangat pasti.
Karena perasaan dan kata-kata
yang muncul sudah senada di pikirannya ….
Yang tersisa
tinggallah memberitahukannya.
“Aku juga, ada
perasaan yang sama. Aku juga ….”
Sorata dengan bersusah
payah mengatakan yang ia pikirkan, tetapi suaranya yang serak karena gugup itu membuatnya
tidak bisa mengatakannya. Aku harus menjawabnya … walau pikirannya
sudah jernih, tetapi mulutnya dan tekanan yang terasa berat ini membuat dia
tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain “aku juga….”, setelah itu mereka
berdua terdiam ….
***
Tanggal 8 April,
Pagi hari pertama
semester baru … langit yang biru juga suasana hati yang menyenangkan
menjadikan hari itu hari yang menyenangkan.
Sinar matahari yang
datang dari luar jendela dengan segarnya menerangi asrama di sekitar
SMA Suimei …. Asrama Sakurasou kamar nomor 101.
“Hmm~”
Tetapi pemilik
kamarnya, Sorata, malah bangun dengan ketakutan karena mimpi buruk
yang ia alami.
Dirinya yang belum
sepenuhnya terbangun, melihat pantat yang putih. Sorata berpikir sepertinya
kucing lagi. Dan berusaha mendorongnya ke bawah.
“Ahn!”
Terdengar suara yang
tidak asing.
“Apa akhir-akhir ini
kucing sudah bisa bicara ya?”
Sorata berusaha
membuka matanya dengan lebar, dan melihat baik-baik apa yang ada di
depannya. Itu pantat! tidak salah lagi. Awalnya ia kira itu kucingnya,
Hikari, tetapi sekarang yang muncul di depan Sorata adalah pantat manusia.
Benda yang berwarna putih itu adalah celana dalam!
“Arghh, apaan ini!”
Sorata bangun dengan
panik, ia sudah tidak merasa ngantuk lagi.
Sorata memastikan
situasi di sekitarnya lagi. Baru saja bangun sudah melihat pantat,
dan rok yang tidak terlihat asing ini adalah seragam Suimei. Tubuh bagian
atasnya ditutupi selimut, sehingga wajahnya tidak kelihatan, semacam
“menyembunyikan kepala dan menunjukkan ekor”. Apa yang sebenarnya terjadi? Hal
ini tidak bisa dipikirkan dengan akal sehat.
Tetapi, Sorata malah
terlihat tenang karena hal seperti ini sudah sering terjadi. Dengan dugaan
hanya dia yang bisa tiba-tiba datang ke kamar orang dan naik ke kasurnya, sudah
pasti dia!
Dia adalah
penghuni kamar nomor 202, Mashiro Shiina!
“Hey, Shiina.”
Melihatnya yang tertidur
pulas saat ini, sepertinya akan susah membangunkannya.
Tapi di luar dugaan
Sorata, tiba-tiba dia membalas.
“Kau memanggilku?”
Tetapi suaranya bukan
berasal dari kasur, melainkan dari belakangnya. Sorata memutar kepala
untuk mengeceknya, dia melihat Mashiro berpakaian piyama yang berdiri
di depan pintunya.
“Apa kau berpindah
dengan sangat cepat ke belakangku tadi?”
Mashiro tidak peduli
dengan Sorata yang terkejut, pandangannya terfokus ke kasur.Pantat
kecil yang dia lihat sepertinya bukan berpindah dengan sangat cepat. Masalahnya,pantatnya berbeda
ukuran dengan Shiina.
“Sorata.”
Dengan pandangannya
yang menakutkan, ia membuat Sorata langsung berdiri tegak.
“Bu-Bukan, ini bukan
salahku, aku juga terkejut kenapa tiba tiba ada pantat di depanku saat aku
bangun!”
Sorata langsung
menjelaskan situasinya tanpa basa-basi. Dia tidak berbuat salah.
“Siapa wanita itu?”
“Boleh tidak jangan
mengatakannya seperti aku selingkuh dengan wanita lain?”
“Siapa?”
“Kalau bukan Shiina,
aku juga tidak tahu.”
“Begitu, baguslah.”
“Bagus apanya! Aku khawatir
dengan keselamatanku di sini! Lagipula, siapa sih ini ….”
Sorata memindah pandangannya
ke kasur lagi ketika Mashiro masuk ke kamarnya.
Yah, sekarang
bagaimana? Dengan membuka selimutnya masalahnya selesai. Tapi jujur saja,
aku takut membukanya, mungkin lebih baik lapor polisi.
Seperti ingin melupakan
semua yang terjadi di depan matanya, Sorata menjelaskan kepada
Mashiro.
“Ngomong-ngomong,
tumben hari ini kau bisa bangun sendiri?”
“Aku baru ingin
tidur.”
“Jadi kau begadang
menggambar komik, ya ….”
Mashiro bukan hanya
merupakan siswi SMA, tetapi ia juga merupakan komikus yang menggambar
komik bulanan, dan juga merupakan seorang pelukis jenius yang diakui oleh
seluruh dunia.
Mashiro yang begitu
polos, dengan lucu perutnya mengeluarkan semacam bunyi ….
“Sepertinya sudah
lapar.”
“Kau datang ke kamarku karena
lapar?”
Mashiro menaruh kedua
tangan di perutnya dan menjawab dengan anggukan.
“Kalau sudah
makan aku akan lanjut tidur.”
“Tidak boleh. Hari ini
merupakan tahun ajaran baru!”
“Tahun ajaran baru?”
“Bukankah kita sudah
membicarakan ini sebelumnya?! Pokoknya mulai hari kita harus sekolah
lagi.”
“Ah, Sorata pergi
saja”
“Kau juga harus
pergi!”
“Ya, aku tahu.
Aku ingin tidur lagi.”
“Tidak, kau tidak
tahu! Dan jangan tidur di sini!”
Dengan sekuat tenaga
Sorata berusaha menahan Mashiro agar ia tidak naik ke kasur.
“Lagipula, di kasur
sudah ada orang.”
Sekali lagi pandangan
Sorata dan Mashiro terfokus ke orang yang wajahnya tertutupioleh selimut.
Sepertinya tidak ada solusi untuk menghindari masalah ini ….
“Ah, merepotkan
saja.”
Mashiro dengan kesal
menarik selimutnya.
“Huwaa~! Kau benar-benar
melakukannya! Kau benar-benar berani!”
Walaupun merasa takut,
Sorata tetap mengeceknya dengan seksama.
“Huh?”
Ia mengeluarkan
suara yang aneh.
Yang ada di bawah
selimut adalah sosok wajah yang tidak asing. Karena, sepertinya ituadalah
adik kandung Sorata. Anak itu mengeluarkan air liurnya sambil tidur
dengan wajah yang konyol. Tahun ini ia sudah berumur enam belas,
tapi kalau lihat dari penampilan fisiknya ia kelihatan seperti masih
kecil, bahkan orang yang tidak mengenalnya mungkin bakal mengira
dia anak SD.
“kenapa dia ada di
sini? Apa ini …. mimpi?”
Kalau ia sedang bermimpi,
ini pasti mimpi buruk.
“Hei, Yuuko, cepat
bangun!”
Yuuko bangun dari
tempat tidurnya, tapi sepertinya belum sepenuhnya bangun, denganperlahan ia
duduk di kasur, sambil menggosok matanya ia memandang Sorata dan Mashiro.
“Yuuko, sepertinya kau
sudah datang.”
“Benar, aku sudah
datang, Mashiro nee-san! Sekarang saatnya pertarungan! Untuk menentukan
siapa yang lebih pantas untuk Onii-chan!”
Entah kenapa, Yuuko
dan Mashiro sepertinya sudah bersiap-siap, seakan ada kilatan di antara mereka
berdua.
“Tunggu saja, Onii-chan!
Yuuko akan segera menjadi murid bermasalah! Lalu diusir dari asrama biasa
dan akan segera pindah ke Sakurasou!”
“Jangan, sebaiknya
kau jangan pindah ke sini.”
“Jangan menolaknya dengan
senang hati seperti itu!”
“Yuuko tidak mungkin
pindah ke Sakurasou.”
Mashiro juga ikut
membalas.
“Tidak ada yang tidak
mungkin!”
“Masih terlalu cepat sepuluh tahun
bagimu.”
“Aku tidak punya
banyak waktu untuk tinggal kelas, bagaimana ini, Onii-chan?”
“Tidak, menurut kemampuan otak
Yuuko, hal itu mungkin bisa terjadi.”
“kenapa yakin sekali? Tidak,
tidak mungkin semudah itu!”
“Kenapa kau semangat
sekali?”
Sudahlah, tidak ada
gunanya.
“Tapi aku mempunyai
bantuan – teman sekamarku!”
“Apa itu merupakan
tarif tagihan baru untuk ponsel?”
“Teman sekamar! Bukan
tarif tagihan baru untuk ponsel! Apa Onii-chan tidak tahu teman
sekamar? Kampungan~!”
Karena diceramahi dengan
alasan yang tidak jelas, entah kenapa ia menjadi kesal.
“Seharusnya hal
ini tidak penting. Yang penting adalah, kenapa Yuuko yang gagal di ujian
masuk SMA Suimei bisa ada di sini?”
Ini merupakan misteri
yang pertama juga yang terbesar bagi Sorata. Di saat hasil ujiannya keluar,
Sorata memastikan dengan matanya sendiri, bahwa Yuuko gagal di ujian masuk SMA
Suimei.
“Jujur saja, karena
Yuuko lulus ujian masuk SMA Suimei!”
Dia mengatakannya dengan
bangga sambil memamerkan dadanya yang tidak berisi itu.
“Yuuko.”
“Ada apa, Onii-chan? Mau merayakan keberhasilan
Yuuko?”
“Bangunlah, Yuuko.”
“Sudah bangun kok!”
“Cepat bangunkan
dirimu yang masih bermimpi itu. Dan diluar dugaanku, tidak hanya
datang jauh-jauh dari Fukuoka tapi juga sudah menyiapkan seragam,
sungguh sangatmenyebalkan.”
“Sebalnya sedikit saja
sudah cukup!”
Sepertinya dianggap
menyebalkan juga tidak masalah buatnya.
“Eh? Sepertinya salah
ya …. Pokoknya jangan menganggapku menyebalkan!”
Dengan teliti ia
memikirkan kembali, sepertinya tidak bagus kalau jadi menyebalkan.
“Yuuko tidak bohong
mengenai soal lulus ujian masuk SMA Suimei. Tidak ada alasan bagi Yuuko
untuk membuat Onii-chan sebal!”
“Lulus? jangan berkata
yang tidak-tidak, benar kan, Shiina?”
Sorata ingin Mashiro
mendukungnya, tetapi tanpa ia sadari Mashiro sudah di atas kasur
dan tertidur pulas.
“Mmm … Mmmm ….”
Sepertinya akan susah
untuk mendapat dukungan dari dia.
“Yah, sekarang kembali
ke masalah utama.”
“Masih ingat
nomor peserta ujiannya Yuuko?”
“Hmm? Oh, aku ingat, kalau
tidak salah nomor 99.”
“Tapi! Itu hanya
sebuah kesalahan!”
Walau sudah terpikir
jawabannya. Sepertinya mustahil akan ada kejadian seperti ini. Tapi,kalau itu
Yuuko, sepertinya bukan tidak mungkin. Soalnya adiknya Sorata itu
bodoh.
“Kalau kau bilang
sebenarnya ‘66’, aku akan langsung memutuskan hubungan darah kakak beradik
kita!”
“Onii-chan, kenapa kau
serius sekali!”
“jangan banyak omong! Jangan
bilang kalau itu serius juga?”
“Mana mungkin!”
“Kau bilang apa sih ….
Pokoknya, cepat minta maaf pada orang-orang yang bernama Awata, Kurita, Ogino,
dan Hagino di negara ini.”
“Maaf.”
“Tapi … aku
benar-benar terkejut … dari dalam hati aku berharap tidak mempunyai hubungan
darah denganmu, harus bagaimana sampai bisa terbalik melihat nomor peserta
ujian?”
“Kata-kata Onii-chan
terlalu kejam, aku menyedihkan!”
“Karena Yuuko lulus
ujian masuk SMA Suimei tetapi di saat yang sama ada yang tidak lulus ujian
masuk SMA Suimei juga, itu yang namanya kejam, dan orang yang tidak lulus itu lah
yang kasihan. Minta maaflah ke orang itu dengan tulus! Bagaimana kau
bisa lulus dengan kecerobohan macam itu ….”
“Bukan ceroboh!
Sebelum ujian, aku bertanya kepada Nanami nee-san, kira-kira soal apa yang
akan keluar nanti. Ternyata hampir semua soal yang di tebak Nanami nee san
keluar semua. Hebat kan?”
“… Aoyama … kenapa
kau melakukan ini ….”
“Akuilah, Onii-chan!
Di dunia ini, pasti ada prang yang beruntung seperti Yuuko!”
“Walaupun kenyataannya
mungkin memang begitu, tapi mendengarnya darimu, entah kenapa membuatku kesal.”
Berusaha bukan berarti
pasti mendapatkan apa yang kita inginkan. Sorata sudah merasakan hal
itu selama satu tahun ini. Yah, bukan berarti Yuuko juga tidak
belajar sepenuhnya, hanya saja keberuntungannya itu yang hebat. Kalau tidak, dipikirkan
seperti apapun, Yuuko tidak mungkin bisa lulus ujian masuk SMA Suimei.
“Kalau begitu,
bagaimana dengan seragam Yuuko? Cantik kah? Cocok kah? Apa sudah tidak tahan
lagi? Karena ingin Onii-chan yang pertama kali melihatnya, Yuuko menjadi
semangat sekali!”
“Kalau begitu, kenapa
tadi malah tertidur?”
“Ah, aku bangun terlalu pagi,
jadinya ngantuk.”
“…. Aku juga berpikir begitu.”
“Hyaa, jadi
bagaimana? Apa Yuuko membuatmu terangsang?”
Sorata memandanginya
dari bagian bawah sampai ke atas.
“Benar-benar tidak
cocok, sampai-sampai terlihat menyedihkan.”
Sorata menjawabnya dengan
malas.
“Nah kan, Onii-chan
malu-malu, lucu.”
“Tidak, itu benar-benar tidak
cocok.”
“Walaupun hanya
basa-basi, seharusnya saat ini Onii-chan bilang kalau seragam ini sangat cocok
dengan Yuuko!”
“Tapi, serius,
melihatmu memakai seragam itu, kelihatannya sangat aneh dan tidak cocok.”
“Tidak mungkin!”
“Benar-benar kelihatan
bodoh!”
Sorata menunjuk Yuuko.
“Tidak mungkin.”
“Sudahlah Yuuko, terima
kenyataan saja. Kalau tidak cocok, ya tidak cocok ….”
“Eehhh~ yakin?”
“Ya, keanehannya tidak
ada batasnya.”
Seragam Suimei
sebenarnya memilih-milih orang yang memakainya …. Sorata juga
berpikir kalau dia tidak cocok memakai seragamnya, tapi cocok dipakai oleh Mashiro ….
“Walau Yuuko sudah
menduganya … tapi kenapa bisa sampai begini~, bagaimana ini?Aku
terlalu malu bahkan sampai tidak bisa berjalan ke luar!”
“Sekarang belum
terlambat untuk memutuskannya, pulanglah ke Fukuoka.”
“hmm … benar
juga … aku tidak punya pilihan lain ….”
Yuuko turun dari
atas kasur dan berjalan ke arah pintu kamar. Tetapi, karena
merasasepertinya ada yang aneh, ia langsung memutar kepalanya.
“Tapi, kalau
Onii-chan berpikir bisa menipu Yuuko dengan manipulasi hebat seperti itu, salah
besar!”
“Aku pikir kehadiranmu
lah yang merupakan sebuah kesalahan yang besar!”
“Sudahlah, terima
saja kenyataannya, Yuuko lulus ujian masuknya, Onii-chan!”
“Kalau begitu …
aku cek dulu dengan Mama.”
Sorata juga penasaran
dengan papanya yang sangat sayang dengan Yuuko.
Dia mengambil telepon genggamnya dari
meja dan mulai menelepon.
Teleponnya langsung tersambung
ke orangtuanya dengan cukup cepat.
“Ini aku.”
Awalnya ia kira
ibunya yang mengangkat, tapi yang terdengar adalah suara kasar
seoranglaki-laki. Itu adalah ayahnya.
“Anak yang baik tidak
boleh meniru ini, bisa tidak kalau kau tidak mengangkat telepon
dengan suara seperti itu?”
“Karena akhir-akhir
ini uang jajanku semakin sedikit, tolong transfer sejumlah uang ke
rekening yang akan aku sebutkan.”
“Kenapa penipunya
adalah orang yang mengangkat telepon!”
“Karena aku
benar-benar kekurangan uang.”
Mungkin itu benar,
karena suaranya terdengar depresi.
“Ah, Papa.”
“Tidak ada alasan bagimu untuk
memanggilku ‘papa’.”
“Ada alasannya! Aku
ini anakmu! Kau tahu kan? ini aku, Sorata!”
“Tentu saja aku tahu. Akhir-akhir
ini layar ponsel bisa menampilkan nomor peneleponjuga lho. Maksudmu
kau tidak tahu hal seperti itu? Kau bisa ketinggalan zaman lho
kalau begitu.”
“Daripada dibilang
akhir akhir ini, menurutku dari dulu sudah seperti ini.”
“Apa maksudmu, apa
kau ingin memamerkan masa mudamu?”
“Mana ada … untuk
apa aku ….”
Kenapa aku harus menggunakan
masa mudaku untuk mengejek Papa – Sorata inginmengatakannya, tapi ia
merasa tidak perlu membuang-buang waktu untuk mengatakan hal itu.
“Papa tidak kerja?”
Karena biasanya jam
segini sudah pergi.
“Karena saat mau
berangkat, anak yang tidak berbakti ini tiba tiba menelepon, jaditerpaksa aku mengangkatnya.”
“Apa perlu ditambah
‘tidak berbakti’ segala? Tidak perlu ‘kan? Bagaimanapun harusnyaitu tidak
perlu.”
“Seperti itu kah
cara seorang anak berbicara dengan papanya?”
“Tapi barusan kau
bilang tidak ada alasan bagiku untuk memanggilmu ‘papa’!”
“Dasar, malah bicara
seenaknya. Kau bahkan lupa masa-masa ketika aku mengganti diapermu.”
“Memang aku tidak
ingat masa-masa itu, tapi itu sudah terjadi terlalu dulu ‘kan?!”
“Saat kotoranmu
berwarna hijau, aku bahkan ragu apakah kamu pernah diculik alien atau tubuhmu
dimodifikasi.”
“Oh, leluconmu lucu
juga.”
“Aku bukan ingin
melawak!”
“Benar-benar orang yang
membosankan. Karena hatimu tidak tenang seperti itu, makanya jadi tidak
bisa menikmati hidup.”
“Apa yang aku lakukan
sampai kau malah menceramahiku? Tidak ada ‘kan! Tolonglah,berhenti
bicara dan berikan teleponnya ke Mama!”
Begitu lebih
gampang, harusnya dari awal ia sudah melakukannya. Ia tanpa
sadar mengikuti obrolan kosong ayahnya.
“Aku menolak.”
“Baik, apa alasannya?”
“Kalau kau kira
orangtuamu akan selalu membiarkan anaknya melakukan apapun yang dia mau,
kau salah besar. Jangan jadi anak manja.”
“Memberikan telepon
bukan permintaan yang sulit ‘kan?! Ada apa dengan otakmu itu?”
“Cepat ke intinya, aku
tidak punya banyak waktu lagi.”
Harusnya itu kata
kataku. Melihat jam dinding, sudah lewat dari jam delapan. Kalau
tidakmembangunkan Mashiro sekarang dan pergi ke sekolah, hari pertama pada
tahun ketigaku pasti akan telat. Sejak awal Sakurasou memang merupakan
markas bagi murid bermasalah, menarik perhatian yang tidak sewajarnya di
sekolah …. Tidak bolehmembuatnya lebih tidak wajar lagi.
“Aku ingin bicara soal
Yuuko Pagi ini dia langsung ke kamarku, dan bermimpi bahwa dia
lulus ujian masuk SMA Suimei, apa itu benar?”
“Bukan mimpi!”
Yuuko mendekat, tapi Sorata langsung mendorongnya.
“huwaa!” Yuuko berteriak sambil terjatuh dengan gerakan yang dibuat-buat.
“Soal itu ya ….”
“Ya, soal itu.”
“Sangat disayangkan, tapi dia
berhasil. Bagian mana yang salah .…”
“Mungkin karena dia
menjawab soal-soalnya dengan benar, makanya berhasil.”
Sorata mulai putus
asa.
“Sarkasmemu bagus
juga.”
“Tidak perlu
mengomentari responku!”
“Aku setuju.”
“Kalau begitu,
bisa tidak jangan bicara yang tidak penting lagi?! Ini sama saja boroswaktu
dan biaya telepon!”
“Pokoknya, Yuuko lulus
ujian masuk SMA Suimei. Tanpa malu aku mencoba menahannya agar tidak
pergi, tapi tidak berhasil.”
“Aku juga berpikir
begitu! Walau aku tidak tahu bagaimana caramu menahannya, tapi saat kau
bilang tanpa malu, itu sudah salah besar!”
“Seperti itulah,
walaupun membuatku benar-benar sedih … tapi aku adalah orang dewasa,
jadi aku izinkan dia bersekolah di Suimei.”
Kau sudah kehilangan
peranmu sebagai orang dewasa ketika kau menahannya tanpa tahu malu.
“Tapi, ujian ini
membuatku jadi lebih kuat lagi.”
“Apa lagi sekarang?”
“Aku sadar, walau anak
perempuanku yang masih polos pergi dari rumah, aku tinggal bermesraan
dengan mama, dan membuat satu lagi.”
“Huh?”
Tadi Papa bilang
apa?
“Hm? Sinyalnya tidak
begitu bagus, apa kurang jelas? Aku bilang kalau aku bermesraan
dengan mama ….”
“Aku dengar! Tidak perlu
bilang sampai dua kali! Aku tidak ingin tahu detail mengenai
orangtuaku yang sedang bermesraan! Tolonglah, aku mohon!”
“Kau memang masih anak
kecil.”
“Aku sadar tentang hal
itu karena aku sedang tumbuh besar!”
“Ah sudahlah, pokoknya seperti itu.”
“Apanya ….”
“Pokoknya kau tunggu
saja adik perempuanmu yang kedua tahun depan nanti. Tunggu saja.”
“Aah, tunggu sebentar!”
Tentu saja, pencegahan
yang di lakukan Sorata itu tidak berguna, ayahnya sudah menutup
teleponnya.
“Papa bilang apa?”
Yuuko dengan
sabar bertanya.
“Dia bilang tahun
depan nanti akan ada adik perempuan baru.”
Walau nanti mungkin
hasil nya adik laki laki.
“Heee~ Akhirnya
Yuuko akan menjadi kakak perempuan!”
“Kenapa kau lebih
terlihat senang daripada terkejut?”
Omong-omong, akhirnya
masalahnya sudah selesai setelah telepon tadi. Walau sulit dipercaya, tapi
Yuuko sepertinya benar-benar berhasil di ujian masuk SMA Suimei.
“Emm, Yuuko.”
“Ada apa?”
“Walau pikiran sedang
kacau ….”
“Hm.”
“Selamat sudah
berhasil di ujian masuknya.”
“Terima kasih, Onii-chan!”
“Lagipula, kenapa kau
tidak memberitahuku dulu pagi ini?”
Kalau Yuuko yang
biasanya, pasti dengan senang menelepon dulu.
“Saat Onii-chan
bilang kalau aku tidak lulus, besoknya pemberitahuan lulus langsung
datang. Tapi Mama bilang akan lebih menarik kalau tidak memberitahu Onii-chan.”
Kalau Mama,
orangnya memang begitu.
“Juga dia bilang kalau
dorong tidak cukup, harus pakai tarik, seperti operasi ‘Angin Utara dan
Matahari’!”
“Kau bahkan tidak
mengerti apa yang dimaksud Mama.”
Sorata menghela
napasnya.
Saat itu juga, Nanami
yang tinggal di kamar nomor 203, muncul.
“Kanda kun, kalau
tidak bangun sekarang nanti telat lho.”
Nanami sudah memakai
seragam, dan siap berangkat sekolah.
Dan diluar dugaan, dia
tidak terkejut melihat Yuuko yang ada di kamar.
“Sebenarnya saat
liburan musim semi, dia sudah mengabariku … jadi aku sudah
tahu semuanya. Tadi juga sudah ketemu kok.”
Mungkin karena Sorata
menunjukkan ekspresi bingung, Nanami sudah menjawab bahkan sebelum Sorata
bertanya. Sepertinya memang Nanami yang mengizinkan Yuuko masuk ke
Sakurasou.
“Karena Nanami nee-san adalah
penyelamat Yuuko!”
“Hmm, begitu.”
“Ngomong-ngomong,
Kanda-kun.”
Nanami yang
merendahkan suaranya, menatap ke belakang Sorata. Di belakang Sorata
ada tempat tidur, dan Mashiro masih tertidur pulas di sana.
“B-biarkan aku bicara
dulu, Shiina tiba-tiba datang ke kamarku dan langsung tertidur! Bukan dari tadi
malam!”
“Aku ‘kan tidak bilang
apa-apa.”
Nanami dengan aneh
memalingkan wajahnya.
“Kalau tidak cepat sedikit
nanti terlambat lho.”
Sorata melihat jam dinding
lagi, sekarang sudah lewat dari 8:15.
“Arghh! Hoi,
Shiina! Cepat bangun!”
Dia menggoyang-goyangkan
pundak Shiina.
“Sorata, cepat
bangun.”
“Aku sudah bangun!”
“Aah~ Bersikap
seperti itu cuma ke Mashiro nee-san, tidak adil! Onii-chan, manjakan
Yuuko seperti itu juga!”
Yuuko memegang lengan
Sorata.
“Hari ini tidak perlu malu-malu lagi.”
Mashiro yang tertidur
pulas menggumamkannya.
“Menurutku, dimanapun
seharusnya kita sopan!”
“Kalau begitu, aku
pergi ke sekolah dulu.”
“Aah, tunggu sebentar
, Aoyama!”
Setelah sekitar
sepuluh menit, Sorata berhasil membangunkan Mashiro, juga berhasil mengusir
Yuuko yang akan menghadiri upacara penerimaan murid baru itu ke asramareguler.
Setelah siap berangkat, mereka pun berangkat sekolah. Penyebab mereka tidak
terlambat adalah karena Nanami yang tidak berangkat lebih dulu dan
membantu Soratauntuk mengganti pakaian Mashiro.
Sebelum pergi, mereka
menyempatkan waktu untuk menyapa Akasaka Ryuunosuke yang
merupakan penghuni kamar nomor 102 dengan cara mengirimkan email.
- Mulai hari
sudah semester baru! Ayo pergi ke sekolah bersama sama!
Tapi, yang membalas emailnya
bukan Ryuunosuke sendiri melainkan Maid-chan yang merupakan email
responder otomatis yang dikembangkannya sendiri.
- Ryuunosuke-sama akan berganti
ke mode hikikomori, tunggulah saat kita bertemu lagi. Salam, Maid-chan.
Semua itu adalah hal
normal di Sakurasou.
0 comments:
Post a Comment