Sakurasou no Pet na Kanojo [bab 1] bagian 1

Tuesday, April 12, 2016

Bab 1 
Musim Semi yang Sudah Lama Berlalu
Bagian 1

Jantung Sorata yang serasa ingin meledak karenanya ….
“Kau bilang ingin memberitahuku sesuatu …. Apa itu?”
Yang berbicara tadi adalah si gadis kuncir kuda …. Nanami.
“Em, hal yang penting … mungkin?”



Nanami yang malu dan menundukkan kepala, menjawabnya dengan tidak terlalu jelas.
“…..”
“…..”
Perasaan yang bingung, ragu-ragu, dan tidak yakin ini …. Entah kenapa bercampur menjadi perasaan gugup dan menyelimuti mereka berdua.
“Aku … selalu ingin berbicara denganmu mengenai ini”
“Hmm, begitu ….”
“Ya, aku ….”
“…..”
Nanami mengangkat kepalanya tiba-tiba, seperti ingin menyemangati dirinya sendiri.
“Aku … selalu … selalu …”
“…..”
Suasana yang dibuat Nanami ini membuat Sorata gugup dan tidak bisa bergerak sejenak. Dan di depan Sorata, Nanami tersenyum.
Lalu, Nanami yang tersenyum ceria memberitahu Sorata sesuatu yang sangat penting baginya.
“Aku … selalu menyukaimu, sangat menyukaimu.”
“…..”
“…..”
Detak jantung yang rasanya terus bertambah cepat, sepertinya sampai bisa kedengaran dari luar. Bahkan Nanami pun pasti mendengarnya!
Sorata terdiam sejenak, setelah beberapa saat akhirnya Sorata mulai tenang.
Jawabannya sudah pasti. Sudah sangat pasti.
Karena perasaan dan kata-kata yang muncul sudah senada di pikirannya ….
Yang tersisa tinggallah memberitahukannya.
“Aku juga, ada perasaan yang sama. Aku juga ….”
Sorata dengan bersusah payah mengatakan yang ia pikirkan, tetapi suaranya yang serak karena gugup itu membuatnya tidak bisa mengatakannya. Aku harus menjawabnya … walau pikirannya sudah jernih, tetapi mulutnya dan tekanan yang terasa berat ini membuat dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain “aku juga….”, setelah itu mereka berdua terdiam ….
***

Tanggal 8 April,
Pagi hari pertama semester baru … langit yang biru juga suasana hati yang menyenangkan menjadikan hari itu hari yang menyenangkan.
Sinar matahari yang datang dari luar jendela dengan segarnya menerangi asrama di sekitar SMA Suimei …. Asrama Sakurasou kamar nomor 101.
“Hmm~”
Tetapi pemilik kamarnya, Sorata, malah bangun dengan ketakutan karena mimpi buruk yang ia alami.
Dirinya yang belum sepenuhnya terbangun, melihat pantat yang putih. Sorata berpikir sepertinya kucing lagi. Dan berusaha mendorongnya ke bawah.
“Ahn!”
Terdengar suara yang tidak asing.
“Apa akhir-akhir ini kucing sudah bisa bicara ya?”
Sorata berusaha membuka matanya dengan lebar, dan melihat baik-baik apa yang ada di depannya. Itu pantat! tidak salah lagi. Awalnya ia kira itu kucingnya, Hikari, tetapi sekarang yang muncul di depan Sorata adalah pantat manusia. Benda yang berwarna putih itu adalah celana dalam!
“Arghh, apaan ini!”
Sorata bangun dengan panik, ia sudah tidak merasa ngantuk lagi.
Sorata memastikan situasi di sekitarnya lagi. Baru saja bangun sudah melihat pantat, dan rok yang tidak terlihat asing ini adalah seragam Suimei. Tubuh bagian atasnya ditutupi selimut, sehingga wajahnya tidak kelihatan, semacam “menyembunyikan kepala dan menunjukkan ekor”. Apa yang sebenarnya terjadi? Hal ini tidak bisa dipikirkan dengan akal sehat.
Tetapi, Sorata malah terlihat tenang karena hal seperti ini sudah sering terjadi. Dengan dugaan hanya dia yang bisa tiba-tiba datang ke kamar orang dan naik ke kasurnya, sudah pasti dia!
Dia adalah penghuni kamar nomor 202, Mashiro Shiina!
“Hey, Shiina.”
Melihatnya yang tertidur pulas saat ini, sepertinya akan susah membangunkannya.
Tapi di luar dugaan Sorata,  tiba-tiba dia membalas.
“Kau memanggilku?”
Tetapi suaranya bukan berasal dari kasur, melainkan dari belakangnya. Sorata memutar kepala untuk mengeceknya, dia melihat Mashiro berpakaian piyama yang berdiri di depan pintunya.
“Apa kau berpindah dengan sangat cepat ke belakangku tadi?”
Mashiro tidak peduli dengan Sorata yang terkejut, pandangannya terfokus ke kasur.Pantat kecil yang dia lihat sepertinya bukan berpindah dengan sangat cepat. Masalahnya,pantatnya berbeda ukuran dengan Shiina.
“Sorata.”
Dengan pandangannya yang menakutkan, ia membuat Sorata langsung berdiri tegak.
“Bu-Bukan, ini bukan salahku, aku juga terkejut kenapa tiba tiba ada pantat di depanku saat aku bangun!”
Sorata langsung menjelaskan situasinya tanpa basa-basi. Dia tidak berbuat salah.
“Siapa wanita itu?”
“Boleh tidak jangan mengatakannya seperti aku selingkuh dengan wanita lain?”
“Siapa?”
“Kalau bukan Shiina, aku juga tidak tahu.”
“Begitu, baguslah.”
“Bagus apanya! Aku khawatir dengan keselamatanku di sini! Lagipula, siapa sih ini ….”
Sorata memindah pandangannya ke kasur lagi ketika Mashiro masuk ke kamarnya.
Yah, sekarang bagaimana? Dengan membuka selimutnya masalahnya selesai. Tapi jujur saja, aku takut membukanya, mungkin lebih baik lapor polisi.
Seperti ingin melupakan semua yang terjadi di depan matanya, Sorata menjelaskan kepada Mashiro.
“Ngomong-ngomong, tumben hari ini kau bisa bangun sendiri?”
“Aku baru ingin tidur.”
“Jadi kau begadang menggambar komik, ya ….”
Mashiro bukan hanya merupakan siswi SMA, tetapi ia juga merupakan komikus yang menggambar komik bulanan, dan juga merupakan seorang pelukis jenius yang diakui oleh seluruh dunia.
Mashiro yang begitu polos, dengan lucu perutnya mengeluarkan semacam bunyi ….
“Sepertinya sudah lapar.”
“Kau datang ke kamarku karena lapar?”
Mashiro menaruh kedua tangan di perutnya dan menjawab dengan anggukan.
“Kalau sudah makan aku akan lanjut tidur.”
“Tidak boleh. Hari ini merupakan tahun ajaran baru!”
“Tahun ajaran baru?”
“Bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya?! Pokoknya mulai hari kita harus sekolah lagi.”
“Ah, Sorata pergi saja”
“Kau juga harus pergi!”
“Ya, aku tahu. Aku ingin tidur lagi.”
“Tidak, kau tidak tahu! Dan jangan tidur di sini!”
Dengan sekuat tenaga Sorata berusaha menahan Mashiro agar ia tidak naik ke kasur.
“Lagipula, di kasur sudah ada orang.”
Sekali lagi pandangan Sorata dan Mashiro terfokus ke orang yang wajahnya tertutupioleh selimut. Sepertinya tidak ada solusi untuk menghindari masalah ini ….
“Ah, merepotkan saja.”
Mashiro dengan kesal menarik selimutnya.
“Huwaa~! Kau benar-benar melakukannya! Kau benar-benar berani!”
Walaupun merasa takut, Sorata tetap mengeceknya dengan seksama.
“Huh?”
Ia mengeluarkan suara yang aneh.
Yang ada di bawah selimut adalah sosok wajah yang tidak asing. Karena, sepertinya ituadalah adik kandung Sorata. Anak itu mengeluarkan air liurnya sambil tidur dengan wajah yang konyol. Tahun ini ia sudah berumur enam belas, tapi kalau lihat dari penampilan fisiknya ia kelihatan seperti masih kecil, bahkan orang yang tidak mengenalnya mungkin bakal mengira dia anak SD.
“kenapa dia ada di sini? Apa ini …. mimpi?”
Kalau ia sedang bermimpi, ini pasti mimpi buruk.
“Hei, Yuuko, cepat bangun!”
Yuuko bangun dari tempat tidurnya, tapi sepertinya belum sepenuhnya bangun, denganperlahan ia duduk di kasur, sambil menggosok matanya ia memandang Sorata dan Mashiro.
“Yuuko, sepertinya kau sudah datang.”
“Benar, aku sudah datang, Mashiro nee-san! Sekarang saatnya pertarungan! Untuk menentukan siapa yang lebih pantas untuk Onii-chan!”
Entah kenapa, Yuuko dan Mashiro sepertinya sudah bersiap-siap, seakan ada kilatan di antara mereka berdua.
“Tunggu saja, Onii-chan! Yuuko akan segera menjadi murid bermasalah! Lalu diusir dari asrama biasa dan akan segera pindah ke Sakurasou!”
“Jangan, sebaiknya kau jangan pindah ke sini.”
“Jangan menolaknya dengan senang hati seperti itu!”
“Yuuko tidak mungkin pindah ke Sakurasou.”
Mashiro juga ikut membalas.
“Tidak ada yang tidak mungkin!”
“Masih terlalu cepat sepuluh tahun bagimu.”
“Aku tidak punya banyak waktu untuk tinggal kelas, bagaimana ini, Onii-chan?”
“Tidak, menurut kemampuan otak Yuuko, hal itu mungkin bisa terjadi.”
“kenapa yakin sekali? Tidak, tidak mungkin semudah itu!”
“Kenapa kau semangat sekali?”
Sudahlah, tidak ada gunanya.
“Tapi aku mempunyai bantuan – teman sekamarku!”
“Apa itu merupakan tarif tagihan baru untuk ponsel?”
“Teman sekamar! Bukan tarif tagihan baru untuk ponsel! Apa Onii-chan tidak tahu teman sekamar?  Kampungan~!”
Karena diceramahi dengan alasan yang tidak jelas, entah kenapa ia menjadi kesal.
“Seharusnya hal ini tidak penting. Yang penting adalah, kenapa Yuuko yang gagal di ujian masuk SMA Suimei bisa ada di sini?”
Ini merupakan misteri yang pertama juga yang terbesar bagi Sorata. Di saat hasil ujiannya keluar, Sorata memastikan dengan matanya sendiri, bahwa Yuuko gagal di ujian masuk SMA Suimei.
“Jujur saja, karena Yuuko lulus ujian masuk SMA Suimei!”
Dia mengatakannya dengan bangga sambil memamerkan dadanya yang tidak berisi itu.
“Yuuko.”
“Ada apa, Onii-chan? Mau merayakan keberhasilan Yuuko?”
“Bangunlah, Yuuko.”
“Sudah bangun kok!”
“Cepat bangunkan dirimu yang masih bermimpi itu. Dan diluar dugaanku, tidak hanya datang jauh-jauh dari Fukuoka tapi juga sudah menyiapkan seragam, sungguh sangatmenyebalkan.”
“Sebalnya sedikit saja sudah cukup!”
Sepertinya dianggap menyebalkan juga tidak masalah buatnya.
“Eh? Sepertinya salah ya …. Pokoknya jangan menganggapku menyebalkan!”
Dengan teliti ia memikirkan kembali, sepertinya tidak bagus kalau jadi menyebalkan.
“Yuuko tidak bohong mengenai soal lulus ujian masuk SMA Suimei. Tidak ada alasan bagi Yuuko untuk membuat Onii-chan sebal!”
“Lulus? jangan berkata yang tidak-tidak, benar kan, Shiina?”
Sorata ingin Mashiro mendukungnya, tetapi tanpa ia sadari Mashiro sudah di atas kasur dan tertidur pulas.
“Mmm … Mmmm ….”
Sepertinya akan susah untuk mendapat dukungan dari dia.
“Yah, sekarang kembali ke masalah utama.”
“Masih ingat nomor peserta ujiannya Yuuko?”
“Hmm? Oh, aku ingat, kalau tidak salah nomor 99.”
“Tapi! Itu hanya sebuah kesalahan!”
Walau sudah terpikir jawabannya. Sepertinya mustahil akan ada kejadian seperti ini. Tapi,kalau itu Yuuko, sepertinya bukan tidak mungkin. Soalnya adiknya Sorata itu bodoh.
“Kalau kau bilang sebenarnya ‘66’, aku akan langsung memutuskan hubungan darah kakak beradik kita!”
“Onii-chan, kenapa kau serius sekali!”
“jangan banyak omong! Jangan bilang kalau itu serius juga?”
“Sering ‘kan kejadian seperti ini. Contohnya, tertukar antara Awata dan Kurita.” [1]
“Mana mungkin!”
“Tiap orang ‘kan pasti pernah mengalaminya, seperti Ogino dan Hagino.” [2]
“Kau bilang apa sih …. Pokoknya, cepat minta maaf pada orang-orang yang bernama Awata, Kurita, Ogino, dan Hagino di negara ini.”
“Maaf.”
“Tapi … aku benar-benar terkejut … dari dalam hati aku berharap tidak mempunyai hubungan darah denganmu, harus bagaimana sampai bisa terbalik melihat nomor peserta ujian?”
“Kata-kata Onii-chan terlalu kejam, aku menyedihkan!”
“Karena Yuuko lulus ujian masuk SMA Suimei tetapi di saat yang sama ada yang tidak lulus ujian masuk SMA Suimei juga, itu yang namanya kejam, dan orang yang tidak lulus itu lah yang kasihan. Minta maaflah ke orang itu dengan tulus! Bagaimana kau bisa lulus dengan kecerobohan macam itu ….”
“Bukan ceroboh! Sebelum ujian, aku bertanya kepada Nanami nee-san, kira-kira soal apa yang akan keluar nanti. Ternyata hampir semua soal yang di tebak Nanami nee san keluar semua. Hebat kan?”
“… Aoyama … kenapa kau melakukan ini ….”
“Akuilah, Onii-chan! Di dunia ini, pasti ada prang yang beruntung seperti Yuuko!”
“Walaupun kenyataannya mungkin memang begitu, tapi mendengarnya darimu, entah kenapa membuatku kesal.”
Berusaha bukan berarti pasti mendapatkan apa yang kita inginkan. Sorata sudah merasakan hal itu selama satu tahun ini. Yah, bukan berarti Yuuko juga tidak belajar sepenuhnya, hanya saja keberuntungannya itu yang hebat. Kalau tidak, dipikirkan seperti apapun, Yuuko tidak mungkin bisa lulus ujian masuk SMA Suimei.
“Kalau begitu, bagaimana dengan seragam Yuuko? Cantik kah? Cocok kah? Apa sudah tidak tahan lagi? Karena ingin Onii-chan yang pertama kali melihatnya, Yuuko menjadi semangat sekali!”
“Kalau begitu, kenapa tadi malah tertidur?”
“Ah, aku bangun terlalu pagi, jadinya ngantuk.”
“…. Aku juga berpikir begitu.”
“Hyaa, jadi bagaimana? Apa Yuuko membuatmu terangsang?”
Sorata memandanginya dari bagian bawah sampai ke atas.
“Benar-benar tidak cocok, sampai-sampai terlihat menyedihkan.”
Sorata menjawabnya dengan malas.
“Nah kan, Onii-chan malu-malu, lucu.”
“Tidak, itu benar-benar tidak cocok.”
“Walaupun hanya basa-basi, seharusnya saat ini Onii-chan bilang kalau seragam ini sangat cocok dengan Yuuko!”
“Tapi, serius, melihatmu memakai seragam itu, kelihatannya sangat aneh dan tidak cocok.”
“Tidak mungkin!”
“Benar-benar kelihatan bodoh!”
Sorata menunjuk Yuuko.
“Tidak mungkin.”
“Sudahlah Yuuko, terima kenyataan saja. Kalau tidak cocok, ya tidak cocok ….”
“Eehhh~ yakin?”
“Ya, keanehannya tidak ada batasnya.”
Seragam Suimei sebenarnya memilih-milih orang yang memakainya …. Sorata juga berpikir kalau dia tidak cocok memakai seragamnya, tapi cocok dipakai oleh Mashiro ….
“Walau Yuuko sudah menduganya … tapi kenapa bisa sampai begini~, bagaimana ini?Aku terlalu malu bahkan sampai tidak bisa berjalan ke luar!”
“Sekarang belum terlambat untuk memutuskannya, pulanglah ke Fukuoka.”
“hmm … benar juga … aku tidak punya pilihan lain ….”
Yuuko turun dari atas kasur dan berjalan ke arah pintu kamar. Tetapi, karena merasasepertinya ada yang aneh, ia langsung memutar kepalanya.
“Tapi, kalau Onii-chan berpikir bisa menipu Yuuko dengan manipulasi hebat seperti itu, salah besar!”
“Aku pikir kehadiranmu lah yang merupakan sebuah kesalahan yang besar!”
“Sudahlah, terima saja kenyataannya, Yuuko lulus ujian masuknya, Onii-chan!”
 “Kalau begitu … aku cek dulu dengan Mama.”
Sorata juga penasaran dengan papanya yang sangat sayang dengan Yuuko.
Dia mengambil telepon genggamnya dari meja dan mulai menelepon.
Teleponnya langsung tersambung ke orangtuanya dengan cukup cepat.
“Ini aku.”
Awalnya ia kira ibunya yang mengangkat, tapi yang terdengar adalah suara kasar seoranglaki-laki. Itu adalah ayahnya.
“Anak yang baik tidak boleh meniru ini, bisa tidak kalau kau tidak mengangkat telepon dengan suara seperti itu?”
“Karena akhir-akhir ini uang jajanku semakin sedikit, tolong transfer sejumlah uang ke rekening yang akan aku sebutkan.”
“Kenapa penipunya adalah orang yang mengangkat telepon!”
“Karena aku benar-benar kekurangan uang.”
Mungkin itu benar, karena suaranya terdengar depresi.
“Ah, Papa.”
“Tidak ada alasan bagimu untuk memanggilku ‘papa’.”
“Ada alasannya! Aku ini anakmu! Kau tahu kan? ini aku, Sorata!”
“Tentu saja aku tahu. Akhir-akhir ini layar ponsel bisa menampilkan nomor peneleponjuga lho. Maksudmu kau tidak tahu hal seperti itu? Kau bisa ketinggalan zaman lho kalau begitu.”
“Daripada dibilang akhir akhir ini, menurutku dari dulu sudah seperti ini.”
“Apa maksudmu, apa kau ingin memamerkan masa mudamu?”
“Mana ada … untuk apa aku ….”
Kenapa aku harus menggunakan masa mudaku untuk mengejek Papa – Sorata inginmengatakannya, tapi ia merasa tidak perlu membuang-buang waktu untuk mengatakan hal itu.
“Papa tidak kerja?”
Karena biasanya jam segini sudah pergi.
“Karena saat mau berangkat, anak yang tidak berbakti ini tiba tiba menelepon, jaditerpaksa aku mengangkatnya.”
“Apa perlu ditambah ‘tidak berbakti’ segala? Tidak perlu ‘kan? Bagaimanapun harusnyaitu tidak perlu.”
“Seperti itu kah cara seorang anak berbicara dengan papanya?”
“Tapi barusan kau bilang tidak ada alasan bagiku untuk memanggilmu ‘papa’!”
“Dasar, malah bicara seenaknya. Kau bahkan lupa masa-masa ketika aku mengganti diapermu.”
“Memang aku tidak ingat masa-masa itu, tapi itu sudah terjadi terlalu dulu ‘kan?!”
“Saat kotoranmu berwarna hijau, aku bahkan ragu apakah kamu pernah diculik alien atau tubuhmu dimodifikasi.”
“Bukannya bayi memang begitu?! Argh, aku benar-benar ingin mengganti isi kepala Papa itu.” [3]
“Oh, leluconmu lucu juga.”
“Aku bukan ingin melawak!”
“Benar-benar orang yang membosankan. Karena hatimu tidak tenang seperti itu, makanya jadi tidak bisa menikmati hidup.”
“Apa yang aku lakukan sampai kau malah menceramahiku? Tidak ada ‘kan! Tolonglah,berhenti bicara dan berikan teleponnya ke Mama!”
Begitu lebih gampang, harusnya dari awal ia sudah melakukannya. Ia tanpa sadar mengikuti obrolan kosong ayahnya.
“Aku menolak.”
“Baik, apa alasannya?”
“Kalau kau kira orangtuamu akan selalu membiarkan anaknya melakukan apapun yang dia mau, kau salah besar. Jangan jadi anak manja.”
“Memberikan telepon bukan permintaan yang sulit ‘kan?! Ada apa dengan otakmu itu?”
“Cepat ke intinya, aku tidak punya banyak waktu lagi.”
Harusnya itu kata kataku. Melihat jam dinding, sudah lewat dari jam delapan. Kalau tidakmembangunkan Mashiro sekarang dan pergi ke sekolah, hari pertama pada tahun ketigaku pasti akan telat. Sejak awal Sakurasou memang merupakan markas bagi murid bermasalah, menarik perhatian yang tidak sewajarnya di sekolah …. Tidak bolehmembuatnya lebih tidak wajar lagi.
“Aku ingin bicara soal Yuuko Pagi ini dia langsung ke kamarku, dan bermimpi bahwa dia lulus ujian masuk SMA Suimei, apa itu benar?”
“Bukan mimpi!”
Yuuko mendekat, tapi Sorata langsung mendorongnya. “huwaa!” Yuuko berteriak sambil terjatuh dengan gerakan yang dibuat-buat.
“Soal itu ya ….”
“Ya, soal itu.”
“Sangat disayangkan, tapi dia berhasil. Bagian mana yang salah .…”
“Mungkin karena dia menjawab soal-soalnya dengan benar, makanya berhasil.”
Sorata mulai putus asa.
“Sarkasmemu bagus juga.”
“Tidak perlu mengomentari responku!”
“Aku setuju.”
“Kalau begitu, bisa tidak jangan bicara yang tidak penting lagi?! Ini sama saja boroswaktu dan biaya telepon!”
“Pokoknya, Yuuko lulus ujian masuk SMA Suimei. Tanpa malu aku mencoba menahannya agar tidak pergi, tapi tidak berhasil.”
“Aku juga berpikir begitu! Walau aku tidak tahu bagaimana caramu menahannya, tapi saat kau bilang tanpa malu, itu sudah salah besar!”
“Seperti itulah, walaupun membuatku benar-benar sedih … tapi aku adalah orang dewasa, jadi aku izinkan dia bersekolah di Suimei.”
Kau sudah kehilangan peranmu sebagai orang dewasa ketika kau menahannya tanpa tahu malu.
“Tapi, ujian ini membuatku jadi lebih kuat lagi.”
“Apa lagi sekarang?”
“Aku sadar, walau anak perempuanku yang masih polos pergi dari rumah, aku tinggal bermesraan dengan mama, dan membuat satu lagi.”
“Huh?”
Tadi Papa bilang apa?
“Hm? Sinyalnya tidak begitu bagus, apa kurang jelas? Aku bilang kalau aku bermesraan dengan mama ….”
“Aku dengar! Tidak perlu bilang sampai dua kali! Aku tidak ingin tahu detail mengenai orangtuaku yang sedang bermesraan! Tolonglah, aku mohon!”
“Kau memang masih anak kecil.”
“Aku sadar tentang hal itu karena aku sedang tumbuh besar!”
“Ah sudahlah, pokoknya seperti itu.”
“Apanya ….”
“Pokoknya kau tunggu saja adik perempuanmu yang kedua tahun depan nanti. Tunggu saja.”
“Aah, tunggu sebentar!”
Tentu saja, pencegahan yang di lakukan Sorata itu tidak berguna, ayahnya sudah menutup teleponnya.
“Papa bilang apa?”
Yuuko dengan sabar bertanya.
“Dia bilang tahun depan nanti akan ada adik perempuan baru.”
Walau nanti mungkin hasil nya adik laki laki.
“Heee~ Akhirnya Yuuko akan menjadi kakak perempuan!”
“Kenapa kau lebih terlihat senang daripada terkejut?”
Omong-omong, akhirnya masalahnya sudah selesai setelah telepon tadi. Walau sulit dipercaya, tapi Yuuko sepertinya benar-benar berhasil di ujian masuk SMA Suimei.
“Emm, Yuuko.”
“Ada apa?”
“Walau pikiran sedang kacau ….”
“Hm.”
“Selamat sudah berhasil di ujian masuknya.”
“Terima kasih, Onii-chan!”
“Lagipula, kenapa kau tidak memberitahuku dulu pagi ini?”
Kalau Yuuko yang biasanya, pasti dengan senang menelepon dulu.
“Saat Onii-chan bilang kalau aku tidak lulus, besoknya pemberitahuan lulus langsung datang. Tapi Mama bilang akan lebih menarik kalau tidak memberitahu Onii-chan.”
Kalau Mama, orangnya memang begitu.
“Juga dia bilang kalau dorong tidak cukup, harus pakai tarik, seperti operasi ‘Angin Utara dan Matahari’!”
“Kau bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud Mama.”
Sorata menghela napasnya.
Saat itu juga, Nanami yang tinggal di kamar nomor 203, muncul.
“Kanda kun, kalau tidak bangun sekarang nanti telat lho.”
Nanami sudah memakai seragam, dan siap berangkat sekolah.
Dan diluar dugaan, dia tidak terkejut melihat Yuuko yang ada di kamar.
“Sebenarnya saat liburan musim semi, dia sudah mengabariku … jadi aku sudah tahu semuanya. Tadi juga sudah ketemu kok.”
Mungkin karena Sorata menunjukkan ekspresi bingung, Nanami sudah menjawab bahkan sebelum Sorata bertanya. Sepertinya memang Nanami yang mengizinkan Yuuko masuk ke Sakurasou.
“Karena Nanami nee-san adalah penyelamat Yuuko!”
“Hmm, begitu.”
“Ngomong-ngomong, Kanda-kun.”
Nanami yang merendahkan suaranya, menatap ke belakang Sorata. Di belakang Sorata ada tempat tidur, dan Mashiro masih tertidur pulas di sana.
“B-biarkan aku bicara dulu, Shiina tiba-tiba datang ke kamarku dan langsung tertidur! Bukan dari tadi malam!”
“Aku ‘kan tidak bilang apa-apa.”
Nanami dengan aneh memalingkan wajahnya.
“Kalau tidak cepat sedikit nanti terlambat lho.”
Sorata melihat jam dinding lagi, sekarang sudah lewat dari 8:15.
“Arghh! Hoi, Shiina! Cepat bangun!”
Dia menggoyang-goyangkan pundak Shiina.
“Sorata, cepat bangun.”
“Aku sudah bangun!”
“Aah~ Bersikap seperti itu cuma ke Mashiro nee-san, tidak adil! Onii-chan, manjakan Yuuko seperti itu juga!”
Yuuko memegang lengan Sorata.
“Hari ini tidak perlu malu-malu lagi.”
Mashiro yang tertidur pulas menggumamkannya.
“Menurutku, dimanapun seharusnya kita sopan!”
“Kalau begitu, aku pergi ke sekolah dulu.”
“Aah, tunggu sebentar , Aoyama!”
Setelah sekitar sepuluh menit, Sorata berhasil membangunkan Mashiro, juga berhasil mengusir Yuuko yang akan menghadiri upacara penerimaan murid baru itu ke asramareguler. Setelah siap berangkat, mereka pun berangkat sekolah. Penyebab mereka tidak terlambat adalah karena Nanami yang tidak berangkat lebih dulu dan membantu Soratauntuk mengganti pakaian Mashiro.
Sebelum pergi, mereka menyempatkan waktu untuk menyapa Akasaka Ryuunosuke yang merupakan penghuni kamar nomor 102 dengan cara mengirimkan email.
- Mulai hari sudah semester baru! Ayo pergi ke sekolah bersama sama!
Tapi, yang membalas emailnya bukan Ryuunosuke sendiri melainkan Maid-chan yang merupakan email responder otomatis yang dikembangkannya sendiri.
- Ryuunosuke-sama akan berganti ke mode hikikomori, tunggulah saat kita bertemu lagi. Salam, Maid-chan.
Semua itu adalah hal normal di Sakurasou.

0 comments:

Post a Comment