Overlord
Cerita yang di mulai dari Yggdrasil sebuah game online terkenal yang di tutup di hari akhirnya, sang protagonist memutuskan untuk tinggal di dalam game tersebut hingga detik terakhir ia tetap berada di dalam game tercintanya tersebut sambil menunggu logout secara paksa dari server game nya, tidak di sangka game server tersebut tidak kunjung mati, alhasil momonga terjebak di dalam tubuh tengkoraknya dan di kirim ke dunia lain "The Powerfull Overlord" kini Ia menjelajahi dunia baru dan terus menghadapi tantangan.
Prologue :
Menghadap gadis muda
dan adik perempuannya, Kesatria berlapis baja menaikkan pedangnya.
Belas kasihan itu
diambil dengan satu ayunan tunggal. Terkena cahaya matahari, pedang itu
bersinar tinggi di udara.
Gadis itu menutup
matanya dan menggigit bibir bawahnya. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa
dirinya tidak pernah ingin dalam situasi seperti ini.
Dia hanya menerimanya
dengan pasrah karena memang tidak ada yang bisa ia lakukan. Jika dirinya
mempunyai kekuatan atau semacamnya, ia akan menggunakannya untuk melawan Pria
di depannya dan kemudian melarikan diri.
Sayangnya... gadis itu
tidak memiliki kekuatan seperti itu.
Hanya ada satu
kesimpulan.
Ia akan musnah di
sini.
Pedang terayun ke
bawah—
--Tetapi, ia tidak
merasakan sakit.
Gadis itu membuka
matanya yang tertutup rapat.
Hal pertama yang
dilihat oleh gadis itu adalah pedang tersebut berhenti sebelum bisa terayun.
Dan kemudian yang
dilihatnya kembali adalah pemegang pedang tersebut.
Pria itu telah
berhenti bagaikan membeku di dalam es. Fokus Kesatria itu bukanlah lagi kepada
dirinya. Keadaan tak berdaya Kesatria itu terlihat jelas dalam keterkejutan
yang muncul dari dalam.
Bagaikan dituntun oleh
pandagan si Kesatria tersebut, gadis itu juga mengikuti arah pandangan yang
sama.
Lalu... ia melihat
keputusasaan.
Hanya ada kegelapan.
Hitam pekat setipis
kertas, namun dari kedalaman tak terduga. muncul dari tanah dalam bentuk bulat
telur dengan bagian terpotong bawahnya. Sebuah tontonan yang membangkitkan hawa
mistis dengan ketakutan yang tak terlukiskan.
Sebuah pintu?
Itulah yang berada di
pikiran gadis itu setelah melihat itu.
Kemudian jantungnya
berdetak kembali seraya membenarkan hal tersebut.
*Testes.*
Sesuatu jatuh dari
kegelapan.
Saat itu juga gadis
itu menyadari apa itu—
“Hiii!”
--Perempuan itu mengeluarkan
jeritan menusuk.
Sebuah keberadaan yang
tidak akan pernah manusia atasi.
Bola merah bergoyang
bagaikan api keruh dalam rongga kantung mata tengkorak putih. Ketika berpapasan
mata dengan kedua perempuan itu, mereka merasa seperti makhluk itu menatapnya
dengan dingin bagaikan mangsa. Di tangannya yang tanpa kulit dan daging,
terdapat tongkat suci tidak menakutkan yang memancarkan keindahan.
Makhluk itu bagaikan
kematian itu snediri, terbungkus dalam hiasan, jubah legam hitam, terlahir ke
dunia ini dengan kegelapan dari dunia lain.
Udara seperti membeku
dalam sekejap mata.
Seolah-olah waktu itu
sendiri telah dihentikan di depan Makhluk mutlak tersebut.
Gadis itu telah lupa
bernafas seakan jiwanya telah dicuri. Dalam situasi seperti, di mana bahkan
rasa waktu telah menghilang, ia bernafas terengah-engah.
--Malaikat kematian
telah datang dari dunia sana untuk membawaku pergi.
Itu adalah pikiran
gadis tersebut, tapi ia kemudian merasakan sesuatu yang salah. Kesatria di
depan mereka juga berhenti bergerak.
“Urghh…”
Sebuah erangan kecil
terdengar.
Dari siapa itu
berasal? Itu mungkin dari dirinya, dari adiknya yang gemetar, dan Kesatria
dengan pedang yang terbawa tinggi di depan matanya.
Dengan perlahan,
jari-jarinya, yang tanpa daging dan hanya tulang tersebut, mengulur dan
menunjuk—bukan kepada gadis-gadis tersebut, melaikan kepada sang Kesatria dan
bergerak bagaikan mengambil sesuatu.
Gadis itu ingin
berhenti melihat, tapi ia terlalu takut melakukannya. Dia merasa dirinya akan
menyaksikan sesuatu yang jauh lebih menakutkan dari apa yang dilihatnya dari
makhluk tadi.
<Grasp Heart>
Inkarnasi kematian itu
membuat gerakan mengenggam, dan suara logam kerasa berdering tepat di sebelah
gadis itu.
Ia terlalu takut untuk
memalingkan matanya dari kematian tersebut, tapi terdorong keingintahuan kecil
dari dalam hatinya, ia memalingkan matanya dan melihat Kesatria itu terbaring
di permukaan tanah. Tidak bergerak lagi.
Dia sudah mati.
Ya... mati.
Krisis yang mengancam
jiwa tadinya ada kini telah menghilang bagaikan itu semua hanyalah lelucon.
Namun, dia tidak bersukacita gembira karena lolos dari kematian, karena
kematian itu sendiri telah mengambil bentuk lebih nyata.
Menerima tatapan takut
gadis itu, Kematian bergerak menuju gadis tersebut.
Kegelapan yang
berkumpul di pusat pandangannya naik.
--Itu akan
menelanku.
Berpikir seperti itu,
gadis itu memeluk adiknya dengan erat.
Pikiran melarikan diri
tidak ada di dalam kepalanya sekarang ini.
Jika lawannya manusia,
ia bisa mengambil tindakan dengan sedikit harapan. Tapi, makhluk di depannya
meniup semua gagasan yang akan muncul.
Setidaknya, biarkan
aku mati tanpa rasa sakit.
Berdoa, itulah yang
hanya bisa ia lakukan.
Adik perempuannya,
memeluk erat di pinggang, bergetar dalam ketakutan. Ia ingin menyelamatkan adik
kecilnya, tapi dirinya tidak bisa. Gadis itu hanya bisa meminta maaf atas
ketidakberdayaannya. Ia hanya berdoa agar tidak merasa kesepian, dan akan tetap
bersama dengan adiknya meskipun dalam kematian.
Dan kemudian—
0 comments:
Post a Comment