Kembalikan Matahariku (2)

Wednesday, February 17, 2016

Menanti Sang Penyelamat

     Suara musik rock terdengar jelas sekali di dalam mobil yang sedang membawaku entah kemana, dan tanpa sadar tanganku sudah terikat di dalam mobil dengan posisi sedikit miring ke kanan, kepalaku bersandar di dada orang itu, orang yang duduk di sebelahku kali ini ia membangunkanku dari posisiku sebelumnya supaya aku duduk lebih tegak dan ia mulai membelai belai paha ku, "seperti inikah aku akan kehilangan kesucian ku?" aku bertanya tanya dalam hati ku, orang ini sudah mulai menaikan rokku kali ini dan mulai membungkukkan badannya ke arah kakiku, dengan sedikit kaget tanpa sadar aku melayangkan sikut ku ke arah kepalanya, sontak ia berteriak kesakitan.


    Ia menatapku sinis lalu menampar wajah ku serta menjambak rambutku dengan kejam seakan ia sedang kerasukan "Warau kao mo okaru kao mo subete" Michi To You All - Aluto.  bunyi nada dering telpon ku yang yang ku taruh di dalam tas sebelum aku naik kereta tadi, orang itu menoleh ke arah tasku yang berada di sebelah ku.
          "oi.. maki coba ambil pisau di dalam dashbord itu"
Sang supir membuka laci mobil mengambil pisau dan menyerahkan pisau itu ke orang yang berada di depanku tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. orang itu mengacungkan pisau yang ada di tangan kirinya dan mengarahkannya leherku tangan kirinya berusaha membuka tas ku dan mengambil handphoneku,
           "nih kamu angkat, bilang lagi di jalan pulang ya" dia berkata halus dengan menyeringai.
ku lihat telpon ku yang berdering, ternyata mama yang telpon.
           "hallo kak.. lagi di mana? belum sampai?
           "ini lagi di jalan ma.. baru turun kereta kok" terpaksa aku berbohong kali ini
           "yaudah cepat ya kak, mama beli teriyaki tadi sama adek"
Kali ini orang menunjukan wajah seramnya dan berkata tanpa suara yang bisa ku baca melalui bibir kalau dia bilang "cepat" ini mengisyaratkan ku untuk segera mengakhiri telpon.
            "iya ma.. yaudah aku jalan dulu ya ma, dah mama" aku langsung menutup telponnya
Dia mengambil telponku dan mematikannya, dan dia pergi duduk di depan bersama sang supir.

     Sayup sayup ku dengar suara pintu mobil di buka, "kemana kita, sampai aku tertidur begini" gumamku dalam hati, orang yang tadi bersama ku di belakang langsung menarikku keluar dari mobil dengan kasarnya, ku lihat sekelilingku dengan herannya "yang benar saja kita sampai ke pantai segala malam malam begini" tak ada orang satupun yang ku lihat berada di pantai ini, lalu mereka mulai menarik ku untuk ikut dengan mereka pergi ke tengah jalan yang seperti jembatan yang di bawah jembatan itu pasir pantai, lalu kita turun ke bawah jembatan itu, orang yang seram tadi langsung melemparku hingga aku terjatuh, dan mulai sibuk melepaskan gespernya.

      Aneh.. kenapa aku tidak berontak sama sekali, yang kupikirkan kali ini hanya cepatlah ini selesai, dia mulai menggapai ku dan membuka baju ku sampai kancing bajuku lepas semua dari bajuku dengan nafas yang tergesa gesa, aku hanya menutup mataku karna aku tidak mau melihat muka orang itu, tapi, apa ini? aku seperti mendengar suara langkah kaki yang sedang berlari dari kejauhan ke arah di mana aku berada. 

      Tiba tiba orang yang sedang di depanku terpental, dan aku melihat seorang lelaki berseragam sama dengan seragam sekolah ku menendang orang jahat itu dengan keras hingga terpental, lalu ia mengambil pisau yang terjatuh dan berlari menghampiri orang itu dan menghujamkan nya tepat di paha nya, lalu dia mengambil pisau itu lagi dan melemparkannya ke arah sang supir yang tadi ikut menyeret ku juga, aku tidak tahu pisau itu menancap di mana, tapi yang ku lihat supir itu terjatuh terkena lemparan lelaki ini

       Lelaki ini menarik ku untuk berlari ke arah mobil dua orang tadi, ternyata dia memarkirkan motornya tepat di sebelah mobil itu, dia memberikan jas seragam sekolahnya kepadaku untuk aku pakai, lalu ia membuka bagasi motor nya dan mengambil obeng, lalu menusukkannya ke ban depan mobil itu, lalu kami pun bergegas pergi dari pantai itu.


bersambung...  

0 comments:

Post a Comment