Kembalikan Matahariku (5)

Wednesday, March 9, 2016

Pertemuan kedua yang memilukan (2)

   Ada perasaan lega karna yang barusan ku alami hanya mimpi, tapi aku tetap tak bisa berhenti memikirkannya, apa yang dimaksut dari mimpi itu, dan biasa nya kalau mimpi ketika kita bangun tidak akan mudah untuk mengingatnya kembali tetapi ini justru sebaliknya aku sangat ingat betul apa saja kejadian yang ada dalam mimpi ku barusan, aku mendengar suara masinis dari speaker di atas pintu otomatis yang memberitakukan bahwa kereta sebentar lagi akan memasukin stasiun Shibuya, tanpa menghiraukan sekitar aku langsung berdiri dari tempat duduk ku dan langsung bergegas berdiri di depan pintu otomatis, semua mata memandangku seperti mereka menatap aneh ke arah ku, karna sikap ku yang panik ini membuat mereka menjadi penasaran.
     "kamu tidak apa apa?" 
suara dari sebelah mengagetkan ku, aku menoleh ke arahnya dengan leher yang kaku seperti habis melihat hantu.
     "tidak apa apa" 
"sreek sreek" suara pintu terbuka, bergegas ku melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta, ku percepat langkahku agar cepat sampai rumah, entah kenapa perasaan ku tiba tiba tidak enak sekali karna mimpi yang ku lihat di kereta tadi, 

   Aku mencoba meraih handphone ku di dalam tas untuk mencoba menelfon rumah....
"kenapa tidak ada yang mengangkat?" aku mulai berlari di atas trotoar jalan sambil ku mencoba menelfon lagi...
     "hallo..."
kali ini ada yang mengangkat, suara yang sedikit berat menandakan kalau dia seorang lelaki, sepertinya aku pernah mendengar suara ini.
    "hallo ini siapa? mana mama papa?"
aku mulai curiga dengan suara di telfon ini.
    "lebih baik kamu cepat kesini, karna aku tidak sanggup untuk mengatakannya padamu"
    "apa yang terjadi?"
aku mulai gelisah di buat nya, aku berlari semakin kencang dan lupa akan nafas ku yang sudah mencapai batasnya, tidak ada suara di telfon dia hanya diam dan hanya mendengar nafas ku yang terengah engah, kepalaku mulai memanas dan aku mulai menangis memikirkan apa yang terjadi di rumah, tak lama kemudian dia berbicara,
    "lebih baik kau hubungi adik mu"
    "beritahu aku ada apa?"
tanpa ku sadar telpon kami sudah terputus.

  Kali ini aku sudah dekat dengan rumah dan aku sudah hanya tinggal melewati satu lampu lalu lintas dan tak jauh dari sana aku tinggal belok ke kanan sudah sudah terlihat gang kawasan rumah ku tidak ada rumah lagi hanya rumah ku yang lebih besar dari rumah yang lain nya, aku mencoba menelfon adik ku sekarang sambill menunggu lampu lalu lintas ini berubah menjadi hijau.
     "ya hallo.. kenapa kak?"
     "kamu di mana sekarang? sudah pulang sekolah?"
     "belum kak sebentar lagi, kenapa"
     "dengar.. usahakan kamu pulang bersama teman teman mu, jangan sendiri okay?!"
     "eh tapi kenapa kak, aku mau ke toko buku dulu nanti sama teman ada komik yang mau ku beli"
     "persetanlah dengan komik itu, cepat pulang" 
aku menutup telfon tanpa mendengar apa reaksi adik ku setelah ku memarahinya lewat telfon, lampu lalu lintas sudah hijau, tanpa basa basi aku langsung berlari, tak lama kemudia aku belok ke arah gang rumah ku.

  Aku melihat ada tiga mobil hitam terparkir di depan pagar rumah ku, aku melewati mobil itu dan membuka pagar rumah ku, di depan pintu utama sudah ada mungkin ada 2 orang berdiri, mereka seperti menunggu ku dengan muka yang tampak seperti habis menelan pil pahit, salah satu orang menghampiri ku dan berkata.
     "maaf kami terlambat saya sangat menyesal nyonya,"
     "ada apa ini? minggir kalian"
     "baik nyonya, tuan juga sudah menunggu di dalam"
tuan siapa? aku bertanya dalam hati. 

  Aku masuk kedalam rumah saat aku masuk ke ruang dalam aku melihat ada 7 atau 8 orang sedang berdiri, saat mereka melihat ku mereka dengan sigap langsung membungkukkan badannya dan satu orang di depanku mengarahkan ku masuk ke ruang makan keluarga ku, di sana aku melihat lelaki yang semalam duduk di tempat duduk ayahku. 

  Saat dia melihatku dia langsung berdiri memasang muka datar tapi dari muka nya aku bisa membaca kalau dia menandakan bahwa ia sedih, aku masuk lebih dalam lagi ke arah meja makan, dan aku melihat ada banyak bercak darah di meja makan aku tidak bisa melihat ada apa di balik meja itu karna meja itu di lapisi kain hias persegi yang panjang hingga menutupi bawah meja nya, aku melihat lelaki itu perlahan mendekati aku dan hanya menepuk pundak ku dan dia berlalu meninggalkan ku sendiri di ruang itu.


bersambung...  

0 comments:

Post a Comment