Musim Semi Yang Sudah Lama Berlalu
Bagian 2
Setelah upacara
pembukaan dan rapat kelas selesai, Sorata, Mashiro, dan Nanami tidak
segera pulang ke Sakurasou. Mereka membeli makan di toko yang
ada di dekat situ dan makan di kantin yang tidak ada muridnya.
Itu untuk
menghadiri upacara penerimaan Yuuko yang diadakan jam 1:30 nanti. Karena
orangtua Sorata tidak bisa hadir, maka demi Yuuko Sorata terpaksa mewakili
orangtuanya untuk menemani Yuuko.
Ia masih
ingat kejadian waktu itu di upacara perpisahan sampai mereka diusir.
Tapi,karena sekarang tujuannya untuk menemani adiknya, jadi
ia tidak terlalu takut hal itu terjadi lagi. Dengan santai
Nanami dan Mashiro juga mengikutinya.
Walau mereka
mengikuti upacara pembukaan diselimuti perasaan gugup, tetapi tetap
berjalan lancar.
Saat upacara pembukaan
sudah berjalan setengahnya, seorang murid perempuan bernama Hase Kanna
maju ke depan untuk memberikan kata sambutan.
Sikapnya
yang tenang tetapi terlihat dewasa itu, apabila dibandingkan
dengan Yuuko yang tidak bisa diam dan seperti anak kecil, jelas
berbeda sekali baik segi sifat, sikap,ataupun umur.
Sambil mendengar kata
sambutannya, Sorata merasa kasihan pada Yuuko.
Selain itu tidak ada
situasi yang beda dari biasanya. Upacara
pembukaan berjalan dengan lancar.
“Aku mau pulang ke
Sakurasou bersama Onii-chan!”
Setelah berhasil
mengusir Yuuko yang ribut karena tidak mau ke asrama reguler, mereka
bertiga pergi ke distrik pembelanjaan untuk membeli bahan makan malam.
Di tempat
duduk itu terdapat empat orang, yaitu Sorata, Mashiro,
Nanami, dan satu orang lagi …. Orang itu
bukanlah Chihiro-sensei, juga bukan Akasaka Ryuunosuke yang tinggal
kamar nomor 102.
Yang sedang makan
dengan nikmat itu adalah Mitaka Misaki yang dulunya tinggal di Sakurasou kamar
nomor 201. Sebenarnya nama keluarganya yang dulu adalah Kamiigusa. Ia lulus
dari SMA Suimei pada bulan Februari dan membuat rumah di samping Sakurasou.
Alien yang menikah dengan Mitaka Jin yang merupakan teman masa kecilnya itu,
saat ini sedang bersekolah di Universitas Suimei jurusan seni.
Walaupun sudah lulus
sekolah, Misaki tetap datang tiap hari ke Sakurasou untuk makan malam dan
bermain game dengan Sorata.
Awalnya ia kira
dengan Misaki yang sudah pindah, Sakurasou akan terasa sepi.
Tapiternyata tidak bedanya seperti dulu. Ia berharap
suasana hati yang sedih saat perpisahan dulu dapat ia
tarik kembali.
Suasana hati seperti
ini, tidak mungkin Misaki akan sadar.
“Aku mau menikmati
makan malam tetangga~~!”
Sambil mengatakan
itu ia merebut sepotong daging goreng dari piring Sorata.
“Ah~~ Makan
malamku~~!”
Daging goreng itu dengan
cepat menghilang di dalam mulut Misaki.
“’Makanan pembuka
malam Kouhai-kun sudah aku rebut!”
“Aku mau protes
kalimatmu yang tadi!”
Sorata dengan keras
mengatakannya, sampai sampai mengeluarkan beberapa butir nasi yang sedang ia
makan.
“Kanda-kun, jangan
mengeluarkan nasi dari mulutmu sambil melakukan pelecehan seksual.”
Nanami
memandangnya dengan kesal.
“Yang melakukan
pelecehan seksual ‘kan bukan aku.”
“Ambil saja ‘makanan
pembuka malam’ku dan kasih ke Sorata.”
“Bisa tidak jangan
ciptakan istilah yang aneh-aneh?”
“Ka-Kanda-kun! Me-mengatakan
‘makanan pembuka malam’ dengan santai seperti itu.”
“Kan
sudah aku bilang, bukan aku!”
“Nanami-chan, wajahmu
jadi merah lho! Pasti sedang memikirkan yang tidak-tidak ya!”
“I-itu karena
Misaki-senpai mengatakan hal yang aneh-aneh!”
“Nanami, kalau kau
menjawab seperti itu berarti kau memang sedang memikirkan
yang tidak-tidak, ya ….”
“Ma-mana mungkin aku
berpikir yang tidak-tidak!”
Di
saat mereka sedang bertengkar hebat, Mashiro memindahkan sayuran
yang tidak iasuka ke piring Sorata. Sorata tidak begitu terkejut,
Mashiro memang pilih-pilih makanan. Daging goreng itu juga, Mashiro tidak
mau makan bagian luarnya, dia hanya makan isinya.
Padahal ia tidak sedang diet.
“Ah, Kouhai-kun,
ada butiran nasi di bawah mulutmu.”
Misaki dengan nikmat
memakan dagingnya sambil menunjukannya.
Sorata mengikuti
arah telunjuk Misaki, memindahkan tangan ke mulut bagian kanan
bawahnya, tapi tidak ada butiran nasi yang dikatakan Misaki.
“Salah salah, di
sini, Kouhai-kun!”
Misaki menunjukannya
lagi dengan jarinya.
“Aku bantu kau
mengambilnya.”
Tangan Misaki
mengambil butiran nasi yang ada di mulut bagian kiri bawah Sorata dan
tanpa ragu memakannya.
“I-itu … Misaki-senpai …”
“Ada
apa, Kouhai-kun~”
Misaki menggoda Sorata
dengan mendekatkan wajahnya. Bajunya yang sedikit
terbukamemperlihatkan dadanya yang ‘berisi’.
Sorata dengan gugup
langsung mengalihkan pandangannya.
Mashiro dan Nanami
juga menatap Sorata, kelihatan kesal sekali. Sorata sadar bahwa
mereka melihatnya dengan pandangan mata yang tidak menyenangkan.
“Se-senpai sudah
menikah, dan aku juga seorang
laki-laki, jadi tolong jangan menggodaku lagi!”
Tidak tahu apakah
karena sudah menjadi mahasisiwi atau karena sudah menikah,
Misaki-senpai yang sekarang terlihat lebih dewasa.
Walaupun Sorata sudah
terbiasa keadaan seperti ini, tetapi saat Misaki mendekat, Sorata tetap
tidak bisa menahannya.
Dan juga kalau
diperhatikan dengan seksama, bibirnya terlihat seksi. Kulitnya juga
terlihat putih dan halus.
“Hn? Jangan-jangan
Misaki-senpai pakai make-up?”
“Kouhai-kun! Akhirnya
kau sadar! Itu karena aku sudah dewasa lho! Bagaimana?
Cantik‘kan!”
“Misaki, cantik
sekali.”
“Misaki-senpai … tidak,
walaupun tidak pakai make-up pun sudah cukup cantik
kok.”
Mashiro dan Nanami
memberikan pendapat mereka.
Nanami dulu selalu
memanggil Misaki dengan sebutan ’Kamiigusa-senpai’. Tapi karena menikah
merubah nama marga Misaki, jadi Nanami memutuskan untuk memanggilnya dengan
sebutan ’Misaki-senpai’, karena kadang ia salah menyebutkan antara ’Mitaka’ dan
‘Kamiigusa’.
“Lain kali Mashiro dan
Nanami juga ikut pakai make-up, bagaimana?”
Setelah mendengar
saran dari Misaki-senpai, entah kenapa Mashiro
dan Nanami langsungmemandang Sorata.
“Ke-kenapa?”
“Tidak.”
“Tidak.”
Keduanya menjawab
dengan bersama-sama, malah menunjukkan seperti memang ada apa-apa.
Saat Sorata ingin bertanya lebih lanjut, Mashiro langsung mengubah topik.
“Ngomong-ngomong,
Sorata.”
“Hm?”
“Ada mulut di
wajahmu.”
“Kalau tidak
ada bagaimana!”
“Sini, aku bantu kau
melepaskannya.”
“Mulutku tidak bisa
dilepaskan semudah itu!”
“Sorata.”
“Tunggu
dulu, mata dan hidung juga tidak bisa dilepaskan! Nanti aku akan
menangis!”
Sorata mengatakannya
lebih dulu dan Mashiro berpikir lagi.
“Alis mata?”
“Sayangnya itu bisa,
tetapi itu akan merusak citraku!”
“Oh.”
Sepertinya Mashiro juga
ingin melakukan hal yang di lakukan Misaki tadi. Tetapi, kalauMashiro
melepaskan butiran nasi seperti tadi, otak Sorata pasti akan tiba tiba terbakar
dan dan meledak, dan dia tidak akan bisa berpikir dengan jernih. Ia
hanya bisa menahannya, walaupun Mashiro memandang Sorata dengan
mata polos itu ….
“Yo~~ Terima
kasih atas makan malamnya~ fiuh, kenyang~~.”
Misaki yang sudah
kenyang terlihat puas.
“Oke!”
Misaki mengambil
tasnya yang berada di bawah meja, sepertinya dia akan mengeluarkan
beberapa barang.
“Sini, Nanami-chan,
ini bagianmu.”
Benda yang diberi
Misaki ke Nanami itu merupakan tumpukan kertas yang terdiri
darisepuluh lembar lebih, di covernya tertulis ‘Narcissus, Lily
of The Valley’.
Itu merupakan nama
anime yang sudah dikerjakan tahun lalu oleh Misaki. Naskahnya ditulis oleh Jin
yang merupakan teman masa kecil sekaligus suaminya.
Dengan kata lain, ini
adalah sebuah naskah.
“Proses gambar sudah
selesai?”
Sorata bertanya, dan
Nanami sibuk membacanya.
“Hanya tinggal sedikit
efek gambar dan perbaikan. Kira-kira satu atau dua bulan
lagi bisa selesai.”
“Dengan kata lain,
tahap selanjutnya tinggal mengisi suara?”
“Benar!”
Misaki mengepalkan
tangannya dan berdiri.
“Aku tidak bisa
menerima ini.”
Dibandingkan dengan
Misaki yang santai dan bersemangat, Nanami malah menjawabnya dengan serius.
“Kenapa, Nanami-chan?”
“Aku yang sudah gagal
di audisi sebelumnya, tidak boleh bergantung pada orang lain dengan alasan
mengenalnya dan ikut partisipasi di hasil karya Misaki-senpai. Banyak orang
yang berharap banyak pada karya Misaki-senpai, dan juga pasti banyak yang ingin
mengisi suara untuk karyanya.”
“Nanami-chan, jangan
salah paham! Kesepakatanku dengan Jin memutuskan bahwa kali ini kami
akan memilih tokoh utama laki-laki dan perempuan dengan cara audisi~! Jadi, sekarang
naskahnya tidak sama dengan versi aslinya, tapi masih merupakan
naskah untuk audisi nanti.”
“….”
Nanami terkejut dan
membuka matanya dengan lebar, sambil menggigit bibir bagian bawahnya dan
menundukkan kepala.
“Maaf, Nanami-chan.
Bukannya aku memaksamu untuk mengisikan suaranya. Apa kau
menjadi kecewa? Apa kau tidak ingin mengikuti audisinya?”
“… Tidak,
malah sebaliknya.”
Nanami memandang meja
makan dengan tidak mengedip sekalipun, mengatakannya dengan gemetar.
“Terima
kasih, Misaki-senpai … Sudah memberi kesempatan seperti
ini.”
Dia berbalik lagi
menghadap Misaki, dan berterima kasih dengam mata tertutup.
“Untuk audisi heroine
nanti kira-kira akan ada lima puluh orang, apakah tidak apa-apa?”
Yang akan dipilih
untuk pengisi suara tokoh utama perempuannya nanti
hanya satu orang,artinya tingkat keberhasilannya sangat rendah.
Selain satu orang yang lolos nanti, yang lain pasti akan kecewa dan
sedih.
“Tidak apa-apa.”
Nanami dengan tekad
yang serius menjawabnya, tidak punya keraguan sedikitpun. Karena dia sudah
memutuskan akan melangkah lagi. Melihat sikapnya itu, membuatSorata ingin
menyemangatinya.
“Baik~~ kalau
begitu, ini bagian Kouhai-kun.”
“Huh?”
Entah kenapa, Misaki
juga menaruh naskah di depan Sorata.
“Karena audisinya
diperkirakan akan diadakan saat golden week nanti, jadi
Kouhai-kunakan jadi tokoh utama laki-lakinya, semangat kalian berdua!”
“Kenapa harus
menyeretku ke dalam ini juga! Skill-ku sangat buruk,
mana mungkin aku jadi lawan latihannya!”
Walaupun dulu
sudah pernah menjadi lawan latihan Nanami, tapi karena waktu
itu skillSorata buruk, ia
malah ditertawakan. Bagaimanapun, Sorata pasti merasa sedikit
trauma.
“Tidak masalah! Karena
tidak perlu skill akting!”
Ia sama sekali tidak
mengerti apa maksud Misaki.
“Kalau menjadi sebuah
karakter, setidaknya perlu skill akting ‘kan?”
“Anime kali ini tidak
asing dengan kalian loh~~ karena, isinya kali
ini tentang kisah cinta anak SMA
yang memalukan dan menyenangkan!”
“Hm, begitu.”
Dulu pernah memang
pernah lihat yang seperti itu, perasaannya memang begitu, ia masih
bisa ingat dengan jelas perasaan seperti apa itu.
“Tidak, sekarang bukan
saatnya memahaminya.”
“Kalau begitu, aku
bantu kalian, coba saja dulu bagian awalnya.”
“Kau
mendengarkanku tidak!”
“Ok, camera
on!”
“Ti-tidak ….”
Nanami tidak bisa
menahannya, ia menunjukan wajah yang terpaksa.
Tidak ada cara lain,
pokoknya coba saja sekali, dan Misaki-senpai akan menyadari kalau aku ini
tidak cocok jadi lawan latihannya. Sorata
berpikir begitu sambil memberi kode ke Nanami. Dan Nanami mengangguk
kepalanya pelan-pelan. Pokoknya coba saja dulu.
Mashiro dengan
penasaran menatap mereka berdua.
Dialog pertama dimulai
dari Sorata.
“‘Kau tiba-tiba ingin
memberitahuku sesuatu … apa itu?’”
Sorata membacanya
dengan kaku.
“‘Hn, sesuatu
yang lumayan penting … mungkin.’”
Nanami yang sudah
belajar dua tahun seni akting memang hebat. Hanya
perlu waktusebentar, suaranya langsung menjadi beda.
“….”
“‘Aku selalu ingin
mengatakan ini.’”
Dapat terdengar suara
napasnya.
“‘Begitu, ya ….’”
“‘Hn, aku …’”
Terpengaruh oleh
aktingnya, jantung Sorata berdetak dengan cepat.
“….”
“‘Aku selalu,
selalu …’”
Apa
ini … perasaan apa ini yang ada di dalam hati? Serasa tidak bisa
kabur.
“…!”
Sorata menelan ludah.
Dialog yang akan dikatakan Nanami selanjutnya sudah tertulis di naskah. Dan
tiba-tiba Sorata berkeringat.
Sebelum Nanami
mengatakannya, Nanami menarik napas.
“‘Aku selalu
menyukaimu. Sangat menyukaimu.’”
Punggungnya terasa
dingin, tubuhnya terus bergetar. Sangat susah untuk
menghentikannya.
“….”
“….”
Sisa satu dialog
lagi. Setelah giliran Sorata, latihan ini akan berakhir.
“‘Aku juga, merasakan
perasaan yang sama. Aku juga … selalu menyu-nyu-nyu …’”
Yang tertulis di
naskah hanya ‘aku juga selalu menyukaimu’. Tapi, kalimat ini entah
kenapa tidak bisa ia katakan. Walau cuma akting, tapi tekanan
saat mengatakan‘menyukaimu’ kepada perempuan, tidak bisa diremehkan.
Sorata sedikit
penasaran dengan pandangan Mashiro. Tubuh dan otak sudah mulai memanas, tidak
main-main, bahkan sepertinya akan mengeluarkan asap.
“‘Nyu-nyu-nyu-nyu-nyu …’
Mana bisa aku katakan, ini terlalu memalukan!”
Sorata yang rasa
malunya sudah sampai batasnya langsung berjongkok sambil menutup
mukanya.
“Tu-tunggu sebentar, Kanda
kun! Ti-tidak perlu malu sampai seperti itu juga. A-aku
jugamulai merasa malu.”
Nanami memutar
kepalanya ke arah lain, tangannya mengipasi wajahnya yang sudah
merah.
“Me-memang sih!”
Padahal sudah tahu
hanya latihan, tetapi aku tidak bisa serius. Tanpa sadar Nanamimemandang mata
Sorata, lalu dengan panik menoleh ke arah lain lagi.
Mashiro dengan sedikit
tidak senang berkomat-kamit sendiri.
“Kouhai kun, pakai
lebih banyak perasaan! Kau menyukainya ‘kan!”
Misaki menunjuk
Nanami. Jantung Nanami langsung berdetak dengan cepat.
“Huh? A-aku?”
“Te-tenangkan
dirimu, Aoyama! Ya-yang dia bilang itu hanya karakternya saja, karakter!”
“Be-benar juga.”
Seperti untuk
menenangkan diri sendiri, Nanami menarik napas dalam-dalam.
“Apa arti suka bagi
Kouhai-kun merupakan sesuatu yang membosankan!?”
“Tolong jangan
terlalu kasar! Aku ini orang asing! Alien yang bahkan tidak merubah
penampilan sekalipun!”
“Nanami-chan terlalu
terikat dengan naskahnya, coba bersikap lebih alami lagi.”
“Maksudnya ….”
“Misalnya, anggap saja
kau sendiri yang sedang menyatakan cinta ke Sorata!”
“Heh?! Se-sendiri?
A-aku menyatakan cinta ke Ka-Kanda kun?”
Dengan sekejap wajah
Nanami kembali memerah.
“Kouhai-kun juga!
Bukankah sudah aku bilang untuk tidak mengubahnya? Habisnya
Kouhai-kun ‘kan cocoknya jadi orang asing!”
“Tidak perlu
menambahkan kata orang asing juga ….”
Celaka asalnya dari
mulut, jadi harus hati-hati.
“Baik, kalau begitu,
coba sekali lagi!”
“Haah!”
“Heh~~!”
Sorata dan Nanami
mengeluarkan suara jeritan bersama-sama.
“Jalan akting itu
sebenarnya sangat sulit loh! Kalau mengerti, sini, mulai~~!”
Misaki
menepuk tangannya.
Dalam
sekejap suasananya langsung berubah menjadi hening dengan rasa gugup.
Sekarang tinggal
Sorata yang belum mengatakan dialognya. Di lihat dari situasinyasekarang,
sepertinya ini akan selesai hanya kalau ia terpaksa
melakukannya. Walaupunsebenarnya Sorata tidak perlu latihan kemampuan akting,
tapi bagi Nanami itu merupakan sebuah kesempatan yang bagus … walau tidak
seberapa, tapi kalau ada yang bisa ia bantu, Sorata akan
berusaha.
Sorata memutuskan,
pertama-tama harus menyadari yang
diucapkan oleh Misaki. Ia punmencoba untuk mengendalikan suasana
hatinya.
Perasaan yang tidak
dibuat-buat, suasana hati yang sebenarnya …
“‘Ka-kau bilang
tiba-tiba ada yang ingin disampaikan … ha-ha-ha-hal apa itu?’”
Menyadarinya seperti
malah membuatnya jadi lebih parah dari sebelumnya.
“‘Hn,hn, hal yang
lumayan penting … mu-mungkin.’”
Sampai-sampai Nanami
juga mulai salah.
“….”
“‘A-a-a-a-aku,
aku … se-selalu ingin memberitahukan hal ini kepadamu!’”
Nanami membuat
kesalahan lagi, dan suaranya menjadi aneh sekarang.
“Baik, stop! Sampai
sampai Nanami-chan ikut salah!”
“Mi-Misaki senpai
seharusnya tidak bilang ‘sedang menyatakan cinta ke Sorata’!”
Wajah
Nanami memerah karena malu, kelihatannya seperti hampir
menangis.
“Sepertinya perlu
diberi latihan khusus.”
Misaki menaruh kedua
tangannya di pinggang, sangat setuju dengan apa yang ia katakan tadi.
“Sorata dengan Nanami
sepertinya sangat senang.”
Mashiro
sepertinya juga sudah mulai merasa bosan.
“Kalau boleh, aku juga
ingin mengatakannya jika aku menjadi kau.”
“….”
“Shiina? Kenapa kau
marah?”
“Tidak apa-apa.”
Walau berbicara
begitu, tapi pandangan matanya menunjukan bahwa dia sedang kesal.
Di saat yang sama,
salah satu penghuni Sakurasou pulang.
“Waktunya pas ya,
berarti semuanya sudah berkumpul.”
Yang muncul di tempat
makan bersamaan dengan suaranya adalah Chihiro-sensei,pengurus Sakurasou yang
hidup bersama Sorata dan yang lain. Sekarang dia berumur 29 tahun dan 27
bulan … sebenarnya berumur 31 tahun.
Tambah lagi,
sebenarnya belum berkumpul semua karena Ryuunosuke masih di
kamar. Tetapi Sorata tidak mempunyai tenaga yang lebih untuk memberitahukannya,
latihan naskah barusan menghabiskan banyak tenaga … Nanami
juga sepertinya sama, ketika Sorata melihat
matanya, ia langsung menolehkan kepalanya ke arah lain. Mashiro jugamasih
terlihat kesal sampai sekarang.
Chihiro-sensei
sepertinya menyadari suasana aneh yang ada di dapur ini.
“Kenapa? Apa baru saja
terjadi sesuatu yang mengerikan?”
“Ma-mana ada!”
Nanami langsung
membantahnya.
“Tidak
buruk. Coba lakukan lagi.”
“Tadi Aoyama sudah
menjelaskan ‘kan!”
“Lalu, Sorata merasa
tersiksa kan?”
“Bagaimana mungkin?”
“Karena kalau melihat
dirimu yang sedang menderita, aku akan merasa sedikit senang.”
Seharusnya aku tidak
tanya lebih lanjut tadi ….
“Tolong jangan merubah
penderitaan seseorang menjadi sebuah perasaan senang!”
“Aku tolak.”
“Ditolak?!”
“Kanda, di dunia
ini ada dua jenis manusia.”
“Maksudnya?”
“Yang satu akan
merasa sakit hati jika melihat orang lain sedang menderita, dan
yangsatu lagi akan merasa senang jika melihat penderitaan orang lain. Aku
berharap diriku adalah yang jenis nomor dua.”
“kalau menurut
kata-katamu yang tadi, harusnya Sensei memilih jenis yang pertama!”
“Hal seperti itu tidak
penting, Kouhai-kun.”
“Sekarang lagi
membahas soal sifat manusia, ya.”
“Dan ngomong-ngomong,
siapa itu!?”
Orang yang ditunjuk
Misaki adalah seorang siswa laki-laki yang berdiri di belakang
Chihiro-sensei. Tadi ia sudah merasakan kehadirannya, tapi
baru sekarang ia menanyakannya.
Walau masih terlihat
sedikit muda, tapi tampangnya sedikit menarik
perhatian danlumayan tampan.
Rambut yang terlihat
alami dan membawa headphone besar. Dengan memakai seragamnya
yang masih baru itu, ia terlihat seperti seseorang.
“Ah, dia ya? Dia siswa
baru kelas satu yang mulai hari ini akan tinggal di Sakurasou.”
“Heh?”
Karena
datangnya terlalu tiba-tiba, semuanya jadi merasa sedikit
terkejut.
“Baru selesai upacara
pembukaan langsung masuk ke Sakurasou? Dan ngomong-ngomong,
katanya Sakurasou mau dihancurkan, kenapa sekarang malah menambah
orang baru lagi?”
“Kalau
sudah diputuskan untuk menyimpannya lagi, dan yang bisa
dipakai, pakailah lagi.Itulah orang dewasa.”
“Oh ….”
“Baik,
saatnya Intro.”
Siswa
laki-laki itu maju selangkah karena didorong oleh Chihiro-sensei dari
belakang.
“Aku adalah Himemiya
Iori yang baru masuk ke SMA Suimei.”
Hmm, sepertinya aku pernah
dengar marganya.
“Himemiya ….”
Itu bukan merupakan
marga yang umum.
“Ah, adik laki-lakinya
Hauhau!”
Misaki
menunjuk ke arahnya dengan jarinya.
“Benar, aku adalah
adik laki-lakinya Himemiya Saori yang baru saja lulus tahun lalu. Sama-sama
jurusan musik.”
Ekspresi Iori
sepertinya berubah menjadi senang, tapi dengan cepat dia murung lagi.
“Hn, aku adalah siswa
kelas tiga, Kanda Sorata, dan yang disampingku ini adalah Shiina Mashiro
yang berada di jurusan seni.”
Mashiro
menganggukkan kepala.
“Aku juga siswa
kelas tiga, namaku Aoyama Nanami.”
“Sorata-senpai,
Mashiro-senpai, dan Nanami-senpai.”
“Dan juga, orang yang
dulunya tinggal di Sakurasou, tapi sekarang sudah menjadi tetangga di
sebelah … Misaki Mitaka
yang lulus bulan Maret kemarin.”
“Iori-chan, salam
kenal!”
Misaki mengggenggam
kedua tangan Iori, dan menggoyang-goyangkan tangannya.
“Sa-salam kenal. Aku
pernah mendengar tentang Senpai dari Onee-san.”
Iori yang terkejut
karena Misaki yang begitu semangat ini tiba-tiba menjadi sedikit
gugup.
“Ngomong-ngomong Sensei,
baru selesai upacara pembukaan sudah masuk ke Sakurasou… apa yang dia
lakukan?”
Hal yang paling
penting yang belum ditanyakan.
“Saat sudah selesai
upacara pembukaan, dia langsung ke kantor untuk meminta pindah jurusan.”
“Pindah jurusan?”
“Mau pindah ke divisi
reguler ya?”
Sorata bingung, dan
Nanami pun bertanya.
Chihiro yang
sepertinya merasa repot menganggukkan kepala. Mashiro yang tidak tahu
sedang memikirkan apa terus memandang Iori, dan Iori sepertinya
tertekan oleh Mashiro yang terus memandangnya, ia terlihat
sedikit gugup.
“Kenapa ingin pindah
jurusan? Padahal baru saja berhasil di ujian masuk SMA Suimei yang tingkat
keberhasilannya rendah ini.”
Siswa yang berhasil
lulus ujian masuk SMA Suimei jurusan seni dan musik padahal cumasepuluh orang
lebih. Sangat sedikit bila dibandingkan dengan peserta yang
ikuti ujian nya, mungkin sepuluh atau dua puluh kali lipat
lebih banyak.
“Terima kasih kalian
sudah bertanya. A-aku sudah tidak ingin bermain piano lagi!”
Iori mengatakan dengan
keras sambil mengepalkan kedua
tanganya dan menatap langit-langit.
Sorata penasaran apa
yang ada di langit-langit, tetapi hanya ada lampu, dan dinding yang tua.
“Masa muda kalau
sudah terlewat tidak akan kembal lagi. Tapi! Tapi, aku tidak
menyadari ini, karena saat SMP tiap hari dengan giat berlatih, terus
berlatih, latihan bagaisurga dan
neraka, membuatku tidak merasakan yang namanya masa muda,
yang terasa hanya lagu yang putih dan hitam. Aku tidak ingin mengulang
hari-hari yang membosankan lagi di masa SMA-ku yang singkat ini.”
“Menyukai piano
bukannya hal bagus?”
“Apanya yang bagus?
Siswa yang lain saat pulang bisa bermain dengan teman mereka, tapi
aku hanya ditemani oleh piano, apa tidak terlalu kejam? Ya, aku merasa hal
itu terlalu kejam!”
Karena tidak tahu
kenapa ia bisa percaya dengan omongan seseorang yang tidak
bertanggung jawab seperti ini: “‘bermain piano
akan bisa jadi
populer’ membuatku tiaphari latihan. Tapi ternyata itu
hanya sebuah kebohongan, aku bisa membuktikannya, sama sekali tidak menjadi
populer!” Pasti begitu!
“… Memang anak
yang keras kepala.”
Nanami mengatakannya
sebagai pengamat.
Mashiro malah tidak
tahu sedang memikirkan apa. Walau terlihat sedang serius mendengar Iori
berbicara, tetapi sebenarnya mungkin dia hanya memikirkan hal
tentangbaumkuchen.
“Eh—begini, jadi kalau
Iori-kun sudah pindah ke divisi reguler, apa yang akan kau lakukan?”
Sorata dengan terpaksa
menanyakannya.
“Aku ingin mempunyai
pacar.”
Iori tanpa
ragu-ragu mengucapkannya.
“….”
“Aku ingin mempunyai
pacar!”
Saat mengatakan dengan
kedua kalinya, ia mengatakannya dengan berteriak.
“Eh, kami sudah
mendengarnya, jadi tidak perlu ngomong dua kali.”
“Aku! Aku
ingin menjalani kehidupan anak SMA yang normal! Aku sangat serius!”
Ia berbicara dengan
mengepalkan kedua tangannya, dan seperti berteriak tidak jelas.
Walau Sorata
merasa hal ini sudah tidak normal, tapi Sorata tidak mengatakannya.
“Kau sudah tidak
mungkin akan normal lagi.”
Sesaat Sorata kira dia
membocorkan apa yang dia pikirkan, ternyata tidak, yang berbicara itu adalah
Mashiro.
“Aku sudah menahan diri untuk
tidak bicara, kau juga jangan bicara apapun Shiina!”
“Aku pasti akan
mewujudkan impianku yang normal ini di SMA Suimei!”
Pokoknya, coba untuk
memahaminya dulu.
“Kalau soal kehidupan
normal anak SMA, sudah pasti, pada saat perjalanan menuju ke
sekolah, lalu menabrak seorang perempuan yang sedang menggigit
rotinya, lalu melihat celana dalamnya, dan akan lebih bagus kalau berwarna
putih! Ada perasaan yang murni! Lalu dimarahi: ‘Woi, memandang kemana kau!’
Lalu aku akan jawab
dengan jujur: ‘Wah, ternyata warna putih!’ dan memberi kesan buruk
terhadap perempuan itu. Tapi karena sudah hampir telat, dia akan langsung
menuju ke sekolah.
Selanjutnya
nanti Sensei akan memperkenal seorang murid pindahan! Yang ternyata
adalah anak perempuan yang aku tabrak saat
perjalanan ke sekolah! Dan aku akanngomong: ‘ah, si putih!’,
lalu anak perempuan itu menjawab: ‘ah, kau si mesum tadi pagi!’,
kira-kira seperti itu kehidupan normal anak SMA.”
“Ngomong-ngomong, bukannya
itu aneh ya?”
“Iya kah? Bukannya
lumayan sering kejadian seperti itu?”
Memang benar-benar seorang
mahasiswi yang sudah menikah, kata-kata yang dikeluarkan tidak sama
dengan siswa pada umumnya.
“Lalu?”
“Masih ada
lanjutannya?”
Jujur saja, yang tadi
sebenarnya sudah cukup.
“Saat pergi ke toko
buku, bersentuhan dengan seorang perempuan yang akan mengambil buku
yang sama dengan kita. ‘Ah, maaf’, ‘Tidak, aku yang salah’, ‘Aku
tidak apa apa, ambil saja’, ‘Eh? Tapi kalau begitu, rasanya jadi
tidak enak…’”
“Kanda-kun, itu drama
apa?”
“Itu drama?”
“‘Tidak, tidak
apa-apa’, ‘Be-begitu ya? Kalau begitu setelah aku selesai
baca akan aku pinjamkan ke kamu!’, lalu terjadi situasi yang seperti
itu, walau sebenarnya tidak ada niat tapi tetap bertukar nomor hp,
lalu berkembang menjadi sebuah hubungan yang romantis!”
“Rasanya jadi tambah
aneh.”
“Aku kemarin
melihat dua orang yang seperti itu di toko buku depan stasiun.”
Memang seorang
mahasiswi yang sudah menikah itu menakutkan. Ngomong-ngomong,
apa di sini ada orang yang bisa mempraktekkan situasi tadi?
“Atau kalian ingin
penjelasan yang lebih langsung? Kalau begitu, intinya aku ingin mempunyai
pacar, ingin bermesra-mesraan, ingin kencan, ingin berciuman, dan
ingin bercinta! Lalu membuang semua kenangan tentang
piano! Sebagai diriku yang sudah terbebas dari orangtua, hari
ini aku akan memulai hidup yang baru! Inilah kenapa aku ingin
pindah ke divisi reguler, terima kasih buat semua yang sudah mendengarku!”
“Kalau begitu, harusnya dari awal ikut ujian divisi reguler, masalahnya selesai ‘kan?”
Nanami mengatakannya
tanpa ragu-ragu, harusnya memang seperti itu ….
“Tidak, itu tidak
mungkin. Walau langit jatuh pun tetap tidak mungkin, hahaha!”
“Kenapa?”
Yang bertanya itu
adalah Sorata.
“Karena aku bodoh.”
“Hn, setelah mendengar
kata-katamu tadi, aku jadi tambah yakin.”
“Kasihan sekali.”
“Shiina … kalau
kau ikut ujian masuk divisi reguler, kau juga pasti akan gagal!”
“Aku tidak akan
gagal.”
“Datang dari mana
kepercayaanmu yang tinggi itu?”
“Karna aku tidak akan
mengikutinya.”
“Siapa yang menyuruhmu
untuk menjawab seperti itu!”
“Semua itu tidak
penting …. Tapi, aku masih belum tahu kenapa dia bisa
sampai datang ke Sakurasou.”
Nanami mengungkitkan
kembali topik utama yang harusnya dibicarakan.
Kalau cuma karena
ingin pindah jurusan lalu langsung dimasukkan ke Sakurasou,
rasanya terlalu aneh.
“Masalah yang
dibicarakan tadi, mungkin salah satu alasan kenapa dia langsung menjadi
target para guru.”
Entah
sejak kapan, Chihiro-sensei sudah mengambil segelas bir dari
kulkas dan meminumnya dengan nikmat.
“Jadi, alasan yang
sebenarnya?”
“Dia menyusup ke
asrama perempuan, dan mengintip kamar mandi perempuan.”
“….”
Waktu serasa
dihentikan dengan tiba-tiba.
“… Serius?”
“Dia mesum.”
Setelah
Sorata bicara, Mashiro juga ikut menimpali, dan Nanami diam-diam
langsung menatap ke Iori yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
“Tidak, bukan begitu!
Tolong dengar penjelasanku! Kalau cuma dengar sampai sini kalian pasti akan
salah paham.”
“Yang mana? Coba
jelaskan kenapa kau mengintip.”
“Aku omong
dulu, itu karena permohonan pindah jurusanku tidak ditanggapi.”
Mengarahkan pandangan
matanya ke Chihiro-sensei, Chihiro-sensei pun menjelaskan.
“Walaupun sifat dan
sikapnya seperti itu, dia juga tetap berhasil di ujian masuknya, dia memiliki
potensi. Jadi setidaknya biar dia mengikuti pelajaran musik dulu, dan
menyuruhnya pikirkan baik-baik pilihannya. Kalau masih tetap ingin pindah ke
divisi reguler, tahan saja di semester satu dulu, nanti
baru dipertimbangkan lagi saat semesterdua. Itulah
keputusan para guru.”
“Aku yang sudah salah
melangkah pertama kali saat hendak mengejar impianku, pokoknya menyusun
strategi dulu di asrama laki-laki, dan bertahan untuk tidak melakukan hal yang
negatif, walaupun begitu tetap harus punya pacar! Jadi aku memutuskan
sebelum pindah ke divisi reguler, aku akan mendapat pacar terlebih dahulu!”
“Lalu?”
Nanami yang sudah
tidak tahan lagi memandangnya dengan tatapan dingin.
“Ketika
terpikir saat sudah mempunyai pacar bisa begini dan begitu, aku mulai
pusing …tapi saat itu, di pesta sambutan untuk murid baru di asrama
laki-laki, ketua asrama malah bilang ‘siswa kelas satu pergilah
mengintip kamar mandi perempuan untuk merayakannya!’”
“Ah, dulu aku juga
pernah mengalaminya saat masih di asrama laki-laki.”
Nakal dan tidak jelas
merupakan ciri-ciri siswa kelas satu, juga merupakan hiburan yang utama di
asrama laki-laki. Tapi bagaimanapun setidaknya tidak akan nekat sampai
mengintip kamar mandi perempuan, atau dengan kata lain, tidak akan ada yang mau
melakukannya, dan bagi yang nekat melakukannya pasti akan tertangkap oleh
siswa perempuan yang berjaga.
“Tapi, aku pusing.
Pusing memikirkan apakah boleh untuk melakukan tindakan tidak terpuji seperti
itu. Karena itu lah, malaikat dan iblis yang berada dalam
hatiku bertengkar hebat.”
“Lalu, akhirnya
gimana?”
“Tapi akhirnya karena
tidak tahan lagi, aku terpaksa melakukannya.”
“Itu tidak ada
hubungannya dengan malaikat dan iblis yang berada dalam hatimu!”
“Wajib ditangkap.”
“Sensei, aku sangat
tidak setuju untuk memasukkan orang mesum seperti dia ke Sakurasou.”
Pendapat Nanami sangat
benar.
“Kau tidak perlu
sampai semarah itu. Kalau masih ada yang peduli dengan dia, berarti
dia masih terselamatkan.”
“Apa kau kira dengan
begini aku akan menerimanya?”
Nanami
protes ke Chihiro-sensei.
“Ah, tidak
bakal ada masalah lagi, soalnya sudah aku peringatkan,
kalau lain kali seperti itu lagi langsung aku antar ke kantor
polisi.”
“Walau begitu, sudah
pasti dia akan melakukannya lagi.”
Karena itu lah,
kejahatan tidak akan pernah hilang di dunia ini.
“Kalau kau sampai
khawatir begitu, suruh saja Sorata berjaga saat kau sedang mandi.”
Nanami melirik Sorata.
“Aku juga tidak mau
begitu.”
“Entah
kenapa, rasanya aku juga ikut-ikut dianggap mesum?”
“Aku tidak mesum!”
“Tidak, kau mesum.”
“Sampai umur berapa
boleh mengintip kamar mandi perempuan, dan di umur berapa akan menjadi
penjahat , itu kan sudah di ajarkan di TK.”
Iori teringat
kenangannya di masa lalu … baru mengenang------
“Tapi serius, tidak
apa-apa. Percaya saja padaku.”
Dengan santai lagi ia
mengatakannya.
“ingin kami
mempercayai apa?”
Nanami seperti sangat
tidak setuju dan tidak yakin pada kata-katanya.
“Aku suka perempuan
yang berdada besar, jadi tenang saja, aku tidak tertarik dengan Aoyama-senpai
dan Shiina-senpai.”
Nanami terkejut
mendengarnya.
“Kau memang hebat
ya, sampai saat ini, masih bisa ngomong seperti itu.”
“Tidak, tidak begitu
hebat kok, ehehe.”
“Orang yang tidak
memikirkan apa-apa alias bodoh itu memang menyeramkan ya.”
Di saat Iori sedang
malu sambil memegang kepalanya, Nanami sudah mengepalkan tangannya dan sudah
siap meledakkan kemarahannya.
“Kanda-kun, kenapa
tadi aku ditolak?”
“Bisa tidak jangan
bertanya padaku?”
“Dan sebaliknya,
Misaki-senpai itu tipeku! Berpacaranlah denganku!”
“Ah, tidak boleh.
Dia sudah ada yang punya.”
Misaki memperlihatkan
cincin yang ada di tangan kirinya , seperti berkata “mau apa kau?”
“Huh?”
“Dia sudah
meninggalkan Chihiro sensei dan kawin duluan loh.”
“Kanda, bosan hidup
ya?”
Kepala Sorata ditinju
dengan keras oleh Chihiro-sensei.
“Aah, sakit.”
Kalimat yang tadi
sepertinya terlalu kasar.
“Maksudnya kawin … apakah ‘kawin’ yang
terkenal itu?”
“Yah, kira-kira
kawin seperti itu lah.”
“Bagaimana
bisa ….”
Iori dengan sedih
menurunkan lututnya dan terlihat seperti sedang bersujud.
“Bisa tidak jangan
melihatku dan Mashiro dengan wajah yang menyedihkan itu.”
Nanami sepertinya
tidak bisa menahan kemarahannya lagi.
Bagaimana membereskan
situasi sekarang? Sepertinya sudah tidak bisa dibereskan. Dan saat ini,
muncul seseorang yang tidak terduga.
“Sudah cukup.”
Dia adalah Mashiro,
menatap Iori dengan tatapan kosong.
“Hn!”
Karena tertekan
oleh Mashiro, Iori pun mundur selangkah.
Perhatian semua orang
terfokus ke Mashiro, sebenarnya apa yang ingin dia katakan ke Iori? Apa dia
sedang marah? Saat semuanya sedang berpikir, Mashiro berbicara.
“Sebentar lagi Nanami
akan menjadi D-cup.”
Sorata dan Iori
dengan terkejut membuka mulutnya
dengan lebar sambil menatap Mashiro.
“Yang kubilang itu
kenyataan.”
Hanya Mashiro yang
tetap tenang.
“Dia kemarin juga
bilang kalau BH-nya terasa sempit.”
“Ahhhh, itu tidak
boleh kasih tahu ke orang lain!”
Sepertinya cuma Nanami
yang tidak mau mengakuinya, dan sepertinya yang di katakan Mashiro benar.
setelah mendengar kenyataannya, pandangan semua mata tertuju
padasatu tempat.
“Ka-Kanda-kun,
memandang ke mana kau!?”
Nanami menutup bagian
dadanya dengan kedua tangannya dan memutar badannya membelakangi Sorata.
“Ti-tidak bertambah
besar kok, ha-hanya lebih gemuk sedikit.”
“Kau
semakin gemuk?”
Walaupun sebenarnya terlihat
tidak begitu.
“Ahhhh, kenapa
topiknya bisa berpindah sejauh ini!”
“Itu kan Nanami
sendiri yang bilang.”
“Rasanya yang
salah itu Shiina.”
“Ah sudah,
pokoknya begitulah. Aku serahkan orang baru ini kepada
kalian.”
“Ah, Sensei!”
Walaupun
memanggilnya dengan keras, hanya dibalas suara tertutupnya
pintu. Apa dia pergi kencan lagi? Kalau benar, lebih baik jangan mengganggu.
Dia juga punya hak untuk memperoleh kebahagiaan.
“Ah sudah, biarkan
saja. Kalau begitu ayo kita buat pesta penerimaan penghuni baru Sakurasou!”
Sorata sudah
tidak punya tenaga untuk membereskan masalah ini.
“Aku belum selesai
bicara!”
“Aku juga berpikir
begitu!”
Tapi sayang sekali,
itu tidak mempan untuk Nanami.
0 comments:
Post a Comment