Sakurasou no Pet na Kanojo [bab 1] bagian 3

Tuesday, April 12, 2016

Bab 1
Musim Semi Yang Sudah Lama Berlalu
Bagian 2

Setelah upacara pembukaan dan rapat kelas selesai, Sorata, Mashiro, dan Nanami tidak segera pulang ke Sakurasou. Mereka membeli makan di toko yang ada di dekat situ dan makan di kantin yang tidak ada muridnya.


Itu untuk menghadiri upacara penerimaan Yuuko yang diadakan jam 1:30 nanti. Karena orangtua Sorata tidak bisa hadir, maka demi Yuuko Sorata terpaksa mewakili orangtuanya untuk menemani Yuuko.
Ia masih ingat kejadian waktu itu di upacara perpisahan sampai mereka diusir. Tapi,karena sekarang tujuannya untuk menemani adiknya, jadi ia tidak terlalu takut hal itu terjadi lagi. Dengan santai Nanami dan Mashiro juga mengikutinya.
Walau mereka mengikuti upacara pembukaan diselimuti perasaan gugup, tetapi tetap berjalan lancar.
Saat upacara pembukaan sudah berjalan setengahnya, seorang murid perempuan bernama Hase Kanna maju ke depan untuk memberikan kata sambutan.
Sikapnya yang tenang tetapi terlihat dewasa itu, apabila dibandingkan dengan Yuuko yang tidak bisa diam dan seperti anak kecil, jelas berbeda sekali baik segi sifat, sikap,ataupun umur.
Sambil mendengar kata sambutannya, Sorata merasa kasihan pada Yuuko.
Selain itu tidak ada situasi yang beda dari biasanya. Upacara pembukaan berjalan dengan lancar.

“Aku mau pulang ke Sakurasou bersama Onii-chan!”
Setelah berhasil mengusir Yuuko yang ribut karena tidak mau ke asrama reguler, mereka bertiga pergi ke distrik pembelanjaan untuk membeli bahan makan malam.
Di tempat duduk itu terdapat empat orang, yaitu Sorata, Mashiro, Nanami, dan satu orang lagi …. Orang itu bukanlah Chihiro-sensei, juga bukan Akasaka Ryuunosuke yang tinggal kamar nomor 102.
Yang sedang makan dengan nikmat itu adalah Mitaka Misaki yang dulunya tinggal di Sakurasou kamar nomor 201. Sebenarnya nama keluarganya yang dulu adalah Kamiigusa. Ia lulus dari SMA Suimei pada bulan Februari dan membuat rumah di samping Sakurasou. Alien yang menikah dengan Mitaka Jin yang merupakan teman masa kecilnya itu, saat ini sedang bersekolah di Universitas Suimei jurusan seni.
Walaupun sudah lulus sekolah, Misaki tetap datang tiap hari ke Sakurasou untuk makan malam dan bermain game dengan Sorata.
Awalnya ia kira dengan Misaki yang sudah pindah, Sakurasou akan terasa sepi. Tapiternyata tidak bedanya seperti dulu. Ia berharap suasana hati yang sedih saat perpisahan dulu dapat ia tarik kembali.
Suasana hati seperti ini, tidak mungkin Misaki akan sadar.

“Aku mau menikmati makan malam tetangga~~!”
Sambil mengatakan itu ia merebut sepotong daging goreng dari piring Sorata.
“Ah~~ Makan malamku~~!”
Daging goreng itu dengan cepat menghilang di dalam mulut Misaki.
“’Makanan pembuka malam Kouhai-kun sudah aku rebut!”
“Aku mau protes kalimatmu yang tadi!”
Sorata dengan keras mengatakannya, sampai sampai mengeluarkan beberapa butir nasi yang sedang ia makan.
“Kanda-kun, jangan mengeluarkan nasi dari mulutmu sambil melakukan pelecehan seksual.”
Nanami memandangnya dengan kesal.
“Yang melakukan pelecehan seksual ‘kan bukan aku.”
“Ambil saja ‘makanan pembuka malam’ku dan kasih ke Sorata.”
“Bisa tidak jangan ciptakan istilah yang aneh-aneh?”
“Ka-Kanda-kun! Me-mengatakan ‘makanan pembuka malam’ dengan santai seperti itu.”
“Kan sudah aku bilang, bukan aku!”
“Nanami-chan, wajahmu jadi merah lho! Pasti sedang memikirkan yang tidak-tidak ya!”
“I-itu karena Misaki-senpai mengatakan hal yang aneh-aneh!”
“Nanami, kalau kau menjawab seperti itu berarti kau memang sedang memikirkan yang tidak-tidak, ya ….”
“Ma-mana mungkin aku berpikir yang tidak-tidak!”
Di saat mereka sedang bertengkar hebat, Mashiro memindahkan sayuran yang tidak iasuka ke piring Sorata. Sorata tidak begitu terkejut, Mashiro memang pilih-pilih makanan. Daging goreng itu juga, Mashiro tidak mau makan bagian luarnya, dia hanya makan isinya. Padahal ia tidak sedang diet.

“Ah, Kouhai-kun, ada butiran nasi di bawah mulutmu.”
Misaki dengan nikmat memakan dagingnya sambil menunjukannya.
Sorata mengikuti arah telunjuk Misaki, memindahkan tangan ke mulut bagian kanan bawahnya, tapi tidak ada butiran nasi yang dikatakan Misaki.
“Salah salah, di sini, Kouhai-kun!”
Misaki menunjukannya lagi dengan jarinya.
“Aku bantu kau mengambilnya.”
Tangan Misaki mengambil butiran nasi yang ada di mulut bagian kiri bawah Sorata dan tanpa ragu memakannya.
“I-itu … Misaki-senpai …”
“Ada apa, Kouhai-kun~”
Misaki menggoda Sorata dengan mendekatkan wajahnya. Bajunya yang sedikit terbukamemperlihatkan dadanya yang ‘berisi’.
Sorata dengan gugup langsung mengalihkan pandangannya.
Mashiro dan Nanami juga menatap Sorata, kelihatan kesal sekali. Sorata sadar bahwa mereka melihatnya dengan pandangan mata yang tidak menyenangkan.
“Se-senpai sudah menikah, dan aku juga seorang laki-laki, jadi tolong jangan menggodaku lagi!”
Tidak tahu apakah karena sudah menjadi mahasisiwi atau karena sudah menikah, Misaki-senpai yang sekarang terlihat lebih dewasa.
Walaupun Sorata sudah terbiasa keadaan seperti ini, tetapi saat Misaki mendekat, Sorata tetap tidak bisa menahannya.
Dan juga kalau diperhatikan dengan seksama, bibirnya terlihat seksi. Kulitnya juga terlihat putih dan halus.
“Hn? Jangan-jangan Misaki-senpai pakai make-up?”
“Kouhai-kun! Akhirnya kau sadar! Itu karena aku sudah dewasa lho! Bagaimana? Cantik‘kan!”
“Misaki, cantik sekali.”
“Misaki-senpai … tidak, walaupun tidak pakai make-up pun sudah cukup cantik kok.”
Mashiro dan Nanami memberikan pendapat mereka.
Nanami dulu selalu memanggil Misaki dengan sebutan ’Kamiigusa-senpai’. Tapi karena menikah merubah nama marga Misaki, jadi Nanami memutuskan untuk memanggilnya dengan sebutan ’Misaki-senpai’, karena kadang ia salah menyebutkan antara ’Mitaka’ dan ‘Kamiigusa’.
“Lain kali Mashiro dan Nanami juga ikut pakai make-up, bagaimana?”
Setelah mendengar saran dari Misaki-senpai, entah kenapa Mashiro dan Nanami langsungmemandang Sorata.
“Ke-kenapa?”
“Tidak.”
“Tidak.”
Keduanya menjawab dengan bersama-sama, malah menunjukkan seperti memang ada apa-apa. Saat Sorata ingin bertanya lebih lanjut, Mashiro langsung mengubah topik.
“Ngomong-ngomong, Sorata.”
“Hm?”
“Ada mulut di wajahmu.”
“Kalau tidak ada bagaimana!”
“Sini, aku bantu kau melepaskannya.”
“Mulutku tidak bisa dilepaskan semudah itu!”
“Sorata.”
“Tunggu dulu, mata dan hidung juga tidak bisa dilepaskan! Nanti aku akan menangis!”
Sorata mengatakannya lebih dulu dan Mashiro berpikir lagi.
“Alis mata?”
“Sayangnya itu bisa, tetapi itu akan merusak citraku!”
“Oh.”
Sepertinya Mashiro juga ingin melakukan hal yang di lakukan Misaki tadi. Tetapi, kalauMashiro melepaskan butiran nasi seperti tadi, otak Sorata pasti akan tiba tiba terbakar dan dan meledak, dan dia tidak akan bisa berpikir dengan jernih. Ia hanya bisa menahannya, walaupun Mashiro memandang Sorata dengan mata polos itu ….

“Yo~~ Terima kasih atas makan malamnya~ fiuh, kenyang~~.”
Misaki yang sudah kenyang terlihat puas.
“Oke!”
Misaki mengambil tasnya yang berada di bawah meja, sepertinya dia akan mengeluarkan beberapa barang.
“Sini, Nanami-chan, ini bagianmu.”
Benda yang diberi Misaki ke Nanami itu merupakan tumpukan kertas yang terdiri darisepuluh lembar lebih, di covernya tertulis ‘Narcissus, Lily of The Valley’.
Itu merupakan nama anime yang sudah dikerjakan tahun lalu oleh Misaki. Naskahnya ditulis oleh Jin yang merupakan teman masa kecil sekaligus suaminya.
Dengan kata lain, ini adalah sebuah naskah.
“Proses gambar sudah selesai?”
Sorata bertanya, dan Nanami sibuk membacanya.
“Hanya tinggal sedikit efek gambar dan perbaikan. Kira-kira satu atau dua bulan lagi bisa selesai.”
“Dengan kata lain, tahap selanjutnya tinggal mengisi suara?”
“Benar!”
Misaki mengepalkan tangannya dan berdiri.
“Aku tidak bisa menerima ini.”
Dibandingkan dengan Misaki yang santai dan bersemangat, Nanami malah menjawabnya dengan serius.
“Kenapa, Nanami-chan?”
“Aku yang sudah gagal di audisi sebelumnya, tidak boleh bergantung pada orang lain dengan alasan mengenalnya dan ikut partisipasi di hasil karya Misaki-senpai. Banyak orang yang berharap banyak pada karya Misaki-senpai, dan juga pasti banyak yang ingin mengisi suara untuk karyanya.”
“Nanami-chan, jangan salah paham! Kesepakatanku dengan Jin memutuskan bahwa kali ini kami akan memilih tokoh utama laki-laki dan perempuan dengan cara audisi~! Jadi, sekarang naskahnya tidak sama dengan versi aslinya, tapi masih merupakan naskah untuk audisi nanti.”
“….”
Nanami terkejut dan membuka matanya dengan lebar, sambil menggigit bibir bagian bawahnya dan menundukkan kepala.
“Maaf, Nanami-chan. Bukannya aku memaksamu untuk mengisikan suaranya. Apa kau menjadi kecewa? Apa kau tidak ingin mengikuti audisinya?”
“… Tidak, malah sebaliknya.”
Nanami memandang meja makan dengan tidak mengedip sekalipun, mengatakannya dengan gemetar.
“Terima kasih, Misaki-senpai … Sudah memberi kesempatan seperti ini.”
Dia berbalik lagi menghadap Misaki, dan berterima kasih dengam mata tertutup.
“Untuk audisi heroine nanti kira-kira akan ada lima puluh orang, apakah tidak apa-apa?”
Yang akan dipilih untuk pengisi suara tokoh utama perempuannya nanti hanya satu orang,artinya tingkat keberhasilannya sangat rendah. Selain satu orang yang lolos nanti, yang lain pasti akan kecewa dan sedih.
“Tidak apa-apa.”
Nanami dengan tekad yang serius menjawabnya, tidak punya keraguan sedikitpun. Karena dia sudah memutuskan akan melangkah lagi. Melihat sikapnya itu, membuatSorata ingin menyemangatinya.
“Baik~~ kalau begitu, ini bagian Kouhai-kun.”
“Huh?”
Entah kenapa, Misaki juga menaruh naskah di depan Sorata.
“Karena audisinya diperkirakan akan diadakan saat golden week nanti, jadi Kouhai-kunakan jadi tokoh utama laki-lakinya, semangat kalian berdua!”
“Kenapa harus menyeretku ke dalam ini juga! Skill-ku sangat buruk, mana mungkin aku jadi lawan latihannya!”
Walaupun dulu sudah pernah menjadi lawan latihan Nanami, tapi karena waktu itu skillSorata buruk, ia malah ditertawakan. Bagaimanapun, Sorata pasti merasa sedikit trauma.
“Tidak masalah! Karena tidak perlu skill akting!”
Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud Misaki.
“Kalau menjadi sebuah karakter, setidaknya perlu skill akting ‘kan?”
“Anime kali ini tidak asing dengan kalian loh~~ karena, isinya kali ini tentang kisah cinta anak SMA yang memalukan dan menyenangkan!”
“Hm, begitu.”
Dulu pernah memang pernah lihat yang seperti itu, perasaannya memang begitu, ia masih bisa ingat dengan jelas perasaan seperti apa itu.
“Tidak, sekarang bukan saatnya memahaminya.”
“Kalau begitu, aku bantu kalian, coba saja dulu bagian awalnya.”
“Kau mendengarkanku tidak!”
Ok, camera on!
“Ti-tidak ….”
Nanami tidak bisa menahannya, ia menunjukan wajah yang terpaksa.
Tidak ada cara lain, pokoknya coba saja sekali, dan Misaki-senpai akan menyadari kalau aku ini tidak cocok jadi lawan latihannya. Sorata berpikir begitu sambil memberi kode ke Nanami. Dan Nanami mengangguk kepalanya pelan-pelan. Pokoknya coba saja dulu.
Mashiro dengan penasaran menatap mereka berdua.

Dialog pertama dimulai dari Sorata.
“‘Kau tiba-tiba ingin memberitahuku sesuatu … apa itu?’”
Sorata membacanya dengan kaku.
“‘Hn, sesuatu yang lumayan penting … mungkin.’”
Nanami yang sudah belajar dua tahun seni akting memang hebat. Hanya perlu waktusebentar, suaranya langsung menjadi beda.
“….”
“‘Aku selalu ingin mengatakan ini.’”
Dapat terdengar suara napasnya.
“‘Begitu, ya ….’”
“‘Hn, aku …’”
Terpengaruh oleh aktingnya, jantung Sorata berdetak dengan cepat.
“….”
“‘Aku selalu, selalu …’”
Apa ini … perasaan apa ini yang ada di dalam hati? Serasa tidak bisa kabur.
“…!”
Sorata menelan ludah. Dialog yang akan dikatakan Nanami selanjutnya sudah tertulis di naskah. Dan tiba-tiba Sorata berkeringat.
Sebelum Nanami mengatakannya, Nanami menarik napas.
“‘Aku selalu menyukaimu. Sangat menyukaimu.’”
Punggungnya terasa dingin, tubuhnya terus bergetar. Sangat susah untuk menghentikannya.
“….”
“….”
Sisa satu dialog lagi. Setelah giliran Sorata, latihan ini akan berakhir.
“‘Aku juga, merasakan perasaan yang sama. Aku juga … selalu menyu-nyu-nyu …’”
Yang tertulis di naskah hanya ‘aku juga selalu menyukaimu’. Tapi, kalimat ini entah kenapa tidak bisa ia katakan. Walau cuma akting, tapi tekanan saat mengatakan‘menyukaimu’ kepada perempuan, tidak bisa diremehkan.
Sorata sedikit penasaran dengan pandangan Mashiro. Tubuh dan otak sudah mulai memanas, tidak main-main, bahkan sepertinya akan mengeluarkan asap.
“‘Nyu-nyu-nyu-nyu-nyu …’ Mana bisa aku katakan, ini terlalu memalukan!”
Sorata yang rasa malunya sudah sampai batasnya langsung berjongkok sambil menutup mukanya.
“Tu-tunggu sebentar, Kanda kun! Ti-tidak perlu malu sampai seperti itu juga. A-aku jugamulai merasa malu.”
Nanami memutar kepalanya ke arah lain, tangannya mengipasi wajahnya yang sudah merah.
“Me-memang sih!”
Padahal sudah tahu hanya latihan, tetapi aku tidak bisa serius. Tanpa sadar Nanamimemandang mata Sorata, lalu dengan panik menoleh ke arah lain lagi.
Mashiro dengan sedikit tidak senang berkomat-kamit sendiri.
“Kouhai kun, pakai lebih banyak perasaan! Kau menyukainya ‘kan!”
Misaki menunjuk Nanami. Jantung Nanami langsung berdetak dengan cepat.
“Huh? A-aku?”
“Te-tenangkan dirimu, Aoyama! Ya-yang dia bilang itu hanya karakternya saja, karakter!”
“Be-benar juga.”
Seperti untuk menenangkan diri sendiri, Nanami menarik napas dalam-dalam.
“Apa arti suka bagi Kouhai-kun merupakan sesuatu yang membosankan!?”
“Tolong jangan terlalu kasar! Aku ini orang asing! Alien yang bahkan tidak merubah penampilan sekalipun!”
“Nanami-chan terlalu terikat dengan naskahnya, coba bersikap lebih alami lagi.”
“Maksudnya ….”
“Misalnya, anggap saja kau sendiri yang sedang menyatakan cinta ke Sorata!”
“Heh?! Se-sendiri? A-aku menyatakan cinta ke Ka-Kanda kun?”
Dengan sekejap wajah Nanami kembali memerah.
“Kouhai-kun juga! Bukankah sudah aku bilang untuk tidak mengubahnya? Habisnya Kouhai-kun ‘kan cocoknya jadi orang asing!”
“Tidak perlu menambahkan kata orang asing juga ….”
Celaka asalnya dari mulut, jadi harus hati-hati.
“Baik, kalau begitu, coba sekali lagi!”
“Haah!”
“Heh~~!”
Sorata dan Nanami mengeluarkan suara jeritan bersama-sama.
“Jalan akting itu sebenarnya sangat sulit loh! Kalau mengerti, sini, mulai~~!”
Misaki menepuk tangannya.
Dalam sekejap suasananya langsung berubah menjadi hening dengan rasa gugup.
Sekarang tinggal Sorata yang belum mengatakan dialognya. Di lihat dari situasinyasekarang, sepertinya ini akan selesai hanya kalau ia terpaksa melakukannya. Walaupunsebenarnya Sorata tidak perlu latihan kemampuan akting, tapi bagi Nanami itu merupakan sebuah kesempatan yang bagus … walau tidak seberapa, tapi kalau ada yang bisa ia bantu, Sorata akan berusaha.
Sorata memutuskan, pertama-tama harus menyadari yang diucapkan oleh Misaki. Ia punmencoba untuk mengendalikan suasana hatinya.
Perasaan yang tidak dibuat-buat, suasana hati yang sebenarnya …
“‘Ka-kau bilang tiba-tiba ada yang ingin disampaikan … ha-ha-ha-hal apa itu?’”
Menyadarinya seperti malah membuatnya jadi lebih parah dari sebelumnya.
“‘Hn,hn, hal yang lumayan penting … mu-mungkin.’”
Sampai-sampai Nanami juga mulai salah.
“….”
“‘A-a-a-a-aku, aku … se-selalu ingin memberitahukan hal ini kepadamu!’”
Nanami membuat kesalahan lagi, dan suaranya menjadi aneh sekarang.
“Baik, stop! Sampai sampai Nanami-chan ikut salah!”
“Mi-Misaki senpai seharusnya tidak bilang ‘sedang menyatakan cinta ke Sorata’!”
Wajah Nanami memerah karena malu, kelihatannya seperti hampir menangis.
“Sepertinya perlu diberi latihan khusus.”
Misaki menaruh kedua tangannya di pinggang, sangat setuju dengan apa yang ia katakan tadi.
“Sorata dengan Nanami sepertinya sangat senang.”
Mashiro sepertinya juga sudah mulai merasa bosan.
“Kalau boleh, aku juga ingin mengatakannya jika aku menjadi kau.”
“….”
“Shiina? Kenapa kau marah?”
“Tidak apa-apa.”
Walau berbicara begitu, tapi pandangan matanya menunjukan bahwa dia sedang kesal.
Di saat yang sama, salah satu penghuni Sakurasou pulang.
“Waktunya pas ya, berarti semuanya sudah berkumpul.”
Yang muncul di tempat makan bersamaan dengan suaranya adalah Chihiro-sensei,pengurus Sakurasou yang hidup bersama Sorata dan yang lain. Sekarang dia berumur 29 tahun dan 27 bulan … sebenarnya berumur 31 tahun.
Tambah lagi, sebenarnya belum berkumpul semua karena Ryuunosuke masih di kamar. Tetapi Sorata tidak mempunyai tenaga yang lebih untuk memberitahukannya, latihan naskah barusan menghabiskan banyak tenaga … Nanami juga sepertinya sama, ketika Sorata melihat matanya, ia langsung menolehkan kepalanya ke arah lain. Mashiro jugamasih terlihat kesal sampai sekarang.
Chihiro-sensei sepertinya menyadari suasana aneh yang ada di dapur ini.
“Kenapa? Apa baru saja terjadi sesuatu yang mengerikan?”
“Ma-mana ada!”
Nanami langsung membantahnya.
“Tidak buruk. Coba lakukan lagi.”
“Tadi Aoyama sudah menjelaskan ‘kan!”
“Lalu, Sorata merasa tersiksa kan?”
“Bagaimana mungkin?”
“Karena kalau melihat dirimu yang sedang menderita, aku akan merasa sedikit senang.”
Seharusnya aku tidak tanya lebih lanjut tadi ….
“Tolong jangan merubah penderitaan seseorang menjadi sebuah perasaan senang!”
“Aku tolak.”
“Ditolak?!”
“Kanda, di dunia ini ada dua jenis manusia.”
“Maksudnya?”
“Yang satu akan merasa sakit hati jika melihat orang lain sedang menderita, dan yangsatu lagi akan merasa senang jika melihat penderitaan orang lain. Aku berharap diriku adalah yang jenis nomor dua.”
“kalau menurut kata-katamu yang tadi, harusnya Sensei memilih jenis yang pertama!”
“Hal seperti itu tidak penting, Kouhai-kun.”
“Sekarang lagi membahas soal sifat manusia, ya.”
“Dan ngomong-ngomong, siapa itu!?”
Orang yang ditunjuk Misaki adalah seorang siswa laki-laki yang berdiri di belakang Chihiro-sensei. Tadi ia sudah merasakan kehadirannya, tapi baru sekarang ia menanyakannya.
Walau masih terlihat sedikit muda, tapi tampangnya sedikit menarik perhatian danlumayan tampan.
Rambut yang terlihat alami dan membawa headphone besar. Dengan memakai seragamnya yang masih baru itu, ia terlihat seperti seseorang.
“Ah, dia ya? Dia siswa baru kelas satu yang mulai hari ini akan tinggal di Sakurasou.”
“Heh?”
Karena datangnya terlalu tiba-tiba, semuanya jadi merasa sedikit terkejut.
“Baru selesai upacara pembukaan langsung masuk ke Sakurasou? Dan ngomong-ngomong, katanya Sakurasou mau dihancurkan, kenapa sekarang malah menambah orang baru lagi?”
“Kalau sudah diputuskan untuk menyimpannya lagi, dan yang bisa dipakai, pakailah lagi.Itulah orang dewasa.”
“Oh ….”
“Baik, saatnya Intro.”
Siswa laki-laki itu maju selangkah karena didorong oleh Chihiro-sensei dari belakang.
“Aku adalah Himemiya Iori yang baru masuk ke SMA Suimei.”
Hmm, sepertinya aku pernah dengar marganya.
“Himemiya ….”
Itu bukan merupakan marga yang umum.
“Ah, adik laki-lakinya Hauhau!”
Misaki menunjuk ke arahnya dengan jarinya.
“Benar, aku adalah adik laki-lakinya Himemiya Saori yang baru saja lulus tahun lalu. Sama-sama jurusan musik.”
Ekspresi Iori sepertinya berubah menjadi senang, tapi dengan cepat dia murung lagi.
“Hn, aku adalah siswa kelas tiga, Kanda Sorata, dan yang disampingku ini adalah Shiina Mashiro yang berada di jurusan seni.”
Mashiro menganggukkan kepala.
“Aku juga siswa kelas tiga, namaku Aoyama Nanami.”
“Sorata-senpai, Mashiro-senpai, dan Nanami-senpai.”
“Dan juga, orang yang dulunya tinggal di Sakurasou, tapi sekarang sudah menjadi tetangga di sebelah … Misaki Mitaka yang lulus bulan Maret kemarin.”
“Iori-chan, salam kenal!”
Misaki mengggenggam kedua tangan Iori, dan menggoyang-goyangkan tangannya.
“Sa-salam kenal. Aku pernah mendengar tentang Senpai dari Onee-san.”
Iori yang terkejut karena Misaki yang begitu semangat ini tiba-tiba menjadi sedikit gugup.
“Ngomong-ngomong Sensei, baru selesai upacara pembukaan sudah masuk ke Sakurasou… apa yang dia lakukan?”
Hal yang paling penting yang belum ditanyakan.
“Saat sudah selesai upacara pembukaan, dia langsung ke kantor untuk meminta pindah jurusan.”
“Pindah jurusan?”
“Mau pindah ke divisi reguler ya?”
Sorata bingung, dan Nanami pun bertanya.
Chihiro yang sepertinya merasa repot menganggukkan kepala. Mashiro yang tidak tahu sedang memikirkan apa terus memandang Iori, dan Iori sepertinya tertekan oleh Mashiro yang terus memandangnya, ia terlihat sedikit gugup.
“Kenapa ingin pindah jurusan? Padahal baru saja berhasil di ujian masuk SMA Suimei yang tingkat keberhasilannya rendah ini.”
Siswa yang berhasil lulus ujian masuk SMA Suimei jurusan seni dan musik padahal cumasepuluh orang lebih. Sangat sedikit bila dibandingkan dengan peserta yang ikuti ujian nya, mungkin sepuluh atau dua puluh kali lipat lebih banyak.
“Terima kasih kalian sudah bertanya. A-aku sudah tidak ingin bermain piano lagi!”
Iori mengatakan dengan keras sambil mengepalkan kedua tanganya dan menatap langit-langit.
Sorata penasaran apa yang ada di langit-langit, tetapi hanya ada lampu, dan dinding yang tua.
“Masa muda kalau sudah terlewat tidak akan kembal lagi. Tapi! Tapi, aku tidak menyadari ini, karena saat SMP tiap hari dengan giat berlatih, terus berlatih, latihan bagaisurga dan neraka, membuatku tidak merasakan yang namanya masa muda, yang terasa hanya lagu yang putih dan hitam. Aku tidak ingin mengulang hari-hari yang membosankan lagi di masa SMA-ku yang singkat ini.”
“Menyukai piano bukannya hal bagus?”
“Apanya yang bagus? Siswa yang lain saat pulang bisa bermain dengan teman mereka, tapi aku hanya ditemani oleh piano, apa tidak terlalu kejam? Ya, aku merasa hal itu terlalu kejam!”
Karena tidak tahu kenapa ia bisa percaya dengan omongan seseorang yang tidak bertanggung jawab seperti ini: “‘bermain piano akan bisa jadi populer’ membuatku tiaphari latihan. Tapi ternyata itu hanya sebuah kebohongan, aku bisa membuktikannya, sama sekali tidak menjadi populer!” Pasti begitu!
“… Memang anak yang keras kepala.”
Nanami mengatakannya sebagai pengamat.
Mashiro malah tidak tahu sedang memikirkan apa. Walau terlihat sedang serius mendengar Iori berbicara, tetapi sebenarnya mungkin dia hanya memikirkan hal tentangbaumkuchen.
“Eh—begini, jadi kalau Iori-kun sudah pindah ke divisi reguler, apa yang akan kau lakukan?”
Sorata dengan terpaksa menanyakannya.
“Aku ingin mempunyai pacar.”
Iori tanpa ragu-ragu mengucapkannya.
“….”
“Aku ingin mempunyai pacar!”
Saat mengatakan dengan kedua kalinya, ia mengatakannya dengan berteriak.
“Eh, kami sudah mendengarnya, jadi tidak perlu ngomong dua kali.”
“Aku! Aku ingin menjalani kehidupan anak SMA yang normal! Aku sangat serius!”
Ia berbicara dengan mengepalkan kedua tangannya, dan seperti berteriak tidak jelas.
Walau Sorata merasa hal ini sudah tidak normal, tapi Sorata tidak mengatakannya.
“Kau sudah tidak mungkin akan normal lagi.”
Sesaat Sorata kira dia membocorkan apa yang dia pikirkan, ternyata tidak, yang berbicara itu adalah Mashiro.
“Aku sudah menahan diri untuk tidak bicara, kau juga jangan bicara apapun Shiina!”
“Aku pasti akan mewujudkan impianku yang normal ini di SMA Suimei!”
Pokoknya, coba untuk memahaminya dulu.
“Kalau soal kehidupan normal anak SMA, sudah pasti, pada saat perjalanan menuju ke sekolah, lalu menabrak seorang perempuan yang sedang menggigit rotinya, lalu melihat celana dalamnya, dan akan lebih bagus kalau berwarna putih! Ada perasaan yang murni! Lalu dimarahi: ‘Woi, memandang kemana kau!’
Lalu aku akan jawab dengan jujur: ‘Wah, ternyata warna putih!’ dan memberi kesan buruk terhadap perempuan itu. Tapi karena sudah hampir telat, dia akan langsung menuju ke sekolah.
Selanjutnya nanti Sensei akan memperkenal seorang murid pindahan! Yang ternyata adalah anak perempuan yang aku tabrak saat perjalanan ke sekolah! Dan aku akanngomong: ‘ah, si putih!’, lalu anak perempuan itu menjawab: ‘ah, kau si mesum tadi pagi!’, kira-kira seperti itu kehidupan normal anak SMA.”
“Ngomong-ngomong, bukannya itu aneh ya?”
“Iya kah? Bukannya lumayan sering kejadian seperti itu?”
Memang benar-benar seorang mahasiswi yang sudah menikah, kata-kata yang dikeluarkan tidak sama dengan siswa pada umumnya.
“Lalu?”
“Masih ada lanjutannya?”
Jujur saja, yang tadi sebenarnya sudah cukup.
“Saat pergi ke toko buku, bersentuhan dengan seorang perempuan yang akan mengambil buku yang sama dengan kita. ‘Ah, maaf’, ‘Tidak, aku yang salah’, ‘Aku tidak apa apa, ambil saja’, ‘Eh? Tapi kalau begitu, rasanya jadi tidak enak…’”
“Kanda-kun, itu drama apa?”
“Itu drama?”
“‘Tidak, tidak apa-apa’, ‘Be-begitu ya? Kalau begitu setelah aku selesai baca akan aku pinjamkan ke kamu!’, lalu terjadi situasi yang seperti itu, walau sebenarnya tidak ada niat tapi tetap bertukar nomor hp, lalu berkembang menjadi sebuah hubungan yang romantis!”
“Rasanya jadi tambah aneh.”
“Aku kemarin melihat dua orang yang seperti itu di toko buku depan stasiun.”
Memang seorang mahasiswi yang sudah menikah itu menakutkan. Ngomong-ngomong, apa di sini ada orang yang bisa mempraktekkan situasi tadi?
“Atau kalian ingin penjelasan yang lebih langsung? Kalau begitu, intinya aku ingin mempunyai pacar, ingin bermesra-mesraan, ingin kencan, ingin berciuman, dan ingin bercinta! Lalu membuang semua kenangan tentang piano! Sebagai diriku yang sudah terbebas dari orangtua, hari ini aku akan memulai hidup yang baru! Inilah kenapa aku ingin pindah ke divisi reguler, terima kasih buat semua yang sudah mendengarku!”





 “Kalau begitu, harusnya dari awal ikut ujian divisi reguler, masalahnya selesai ‘kan?”
Nanami mengatakannya tanpa ragu-ragu, harusnya memang seperti itu ….
“Tidak, itu tidak mungkin. Walau langit jatuh pun tetap tidak mungkin, hahaha!”
“Kenapa?”
Yang bertanya itu adalah Sorata.
“Karena aku bodoh.”
“Hn, setelah mendengar kata-katamu tadi, aku jadi tambah yakin.”
“Kasihan sekali.”
“Shiina … kalau kau ikut ujian masuk divisi reguler, kau juga pasti akan gagal!”
“Aku tidak akan gagal.”
“Datang dari mana kepercayaanmu yang tinggi itu?”
“Karna aku tidak akan mengikutinya.”
“Siapa yang menyuruhmu untuk menjawab seperti itu!”
“Semua itu tidak penting …. Tapi, aku masih belum tahu kenapa dia bisa sampai datang ke Sakurasou.”
Nanami mengungkitkan kembali topik utama yang harusnya dibicarakan.
Kalau cuma karena ingin pindah jurusan lalu langsung dimasukkan ke Sakurasou, rasanya terlalu aneh.
“Masalah yang dibicarakan tadi, mungkin salah satu alasan kenapa dia langsung menjadi target para guru.”
Entah sejak kapan, Chihiro-sensei sudah mengambil segelas bir dari kulkas dan meminumnya dengan nikmat.
“Jadi, alasan yang sebenarnya?”
“Dia menyusup ke asrama perempuan, dan mengintip kamar mandi perempuan.”
“….”
Waktu serasa dihentikan dengan tiba-tiba.
“… Serius?”
“Dia mesum.”
Setelah Sorata bicara, Mashiro juga ikut menimpali, dan Nanami diam-diam langsung menatap ke Iori yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
“Tidak, bukan begitu! Tolong dengar penjelasanku! Kalau cuma dengar sampai sini kalian pasti akan salah paham.”
“Yang mana? Coba jelaskan kenapa kau mengintip.”
“Aku omong dulu, itu karena permohonan pindah jurusanku tidak ditanggapi.”
Mengarahkan pandangan matanya ke Chihiro-sensei, Chihiro-sensei pun menjelaskan.
“Walaupun sifat dan sikapnya seperti itu, dia juga tetap berhasil di ujian masuknya, dia memiliki potensi. Jadi setidaknya biar dia mengikuti pelajaran musik dulu, dan menyuruhnya pikirkan baik-baik pilihannya. Kalau masih tetap ingin pindah ke divisi reguler, tahan saja di semester satu dulu, nanti baru dipertimbangkan lagi saat semesterdua. Itulah keputusan para guru.”
“Aku yang sudah salah melangkah pertama kali saat hendak mengejar impianku, pokoknya menyusun strategi dulu di asrama laki-laki, dan bertahan untuk tidak melakukan hal yang negatif, walaupun begitu tetap harus punya pacar! Jadi aku memutuskan sebelum pindah ke divisi reguler, aku akan mendapat pacar terlebih dahulu!”
“Lalu?”
Nanami yang sudah tidak tahan lagi memandangnya dengan tatapan dingin.
“Ketika terpikir saat sudah mempunyai pacar bisa begini dan begitu, aku mulai pusing …tapi saat itu, di pesta sambutan untuk murid baru di asrama laki-laki, ketua asrama malah bilang ‘siswa kelas satu pergilah mengintip kamar mandi perempuan untuk merayakannya!’”
“Ah, dulu aku juga pernah mengalaminya saat masih di asrama laki-laki.”
Nakal dan tidak jelas merupakan ciri-ciri siswa kelas satu, juga merupakan hiburan yang utama di asrama laki-laki. Tapi bagaimanapun setidaknya tidak akan nekat sampai mengintip kamar mandi perempuan, atau dengan kata lain, tidak akan ada yang mau melakukannya, dan bagi yang nekat melakukannya pasti akan tertangkap oleh siswa perempuan yang berjaga.
“Tapi, aku pusing. Pusing memikirkan apakah boleh untuk melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu. Karena itu lah, malaikat dan iblis yang berada dalam hatiku bertengkar hebat.”
“Lalu, akhirnya gimana?”
“Tapi akhirnya karena tidak tahan lagi, aku terpaksa melakukannya.”
“Itu tidak ada hubungannya dengan malaikat dan iblis yang berada dalam hatimu!”
“Wajib ditangkap.”
“Sensei, aku sangat tidak setuju untuk memasukkan orang mesum seperti dia ke Sakurasou.”
Pendapat Nanami sangat benar.
“Kau tidak perlu sampai semarah itu. Kalau masih ada yang peduli dengan dia, berarti dia masih terselamatkan.”
“Apa kau kira dengan begini aku akan menerimanya?”
Nanami protes ke Chihiro-sensei.
“Ah, tidak bakal ada masalah lagi, soalnya sudah aku peringatkan, kalau lain kali seperti itu lagi langsung aku antar ke kantor polisi.”
“Walau begitu, sudah pasti dia akan melakukannya lagi.”
Karena itu lah, kejahatan tidak akan pernah hilang di dunia ini.
“Kalau kau sampai khawatir begitu, suruh saja Sorata berjaga saat kau sedang mandi.”
Nanami melirik Sorata.
“Aku juga tidak mau begitu.”
“Entah kenapa, rasanya aku juga ikut-ikut dianggap mesum?”
“Aku tidak mesum!”
“Tidak, kau mesum.”
“Sampai umur berapa boleh mengintip kamar mandi perempuan, dan di umur berapa akan menjadi penjahat , itu kan sudah di ajarkan di TK.”
Iori teringat kenangannya di masa lalu … baru mengenang------
“Tapi serius, tidak apa-apa. Percaya saja padaku.”
Dengan santai lagi ia mengatakannya.
“ingin kami mempercayai apa?”
Nanami seperti sangat tidak setuju dan tidak yakin pada kata-katanya.
“Aku suka perempuan yang berdada besar, jadi tenang saja, aku tidak tertarik dengan Aoyama-senpai dan Shiina-senpai.”
Nanami terkejut mendengarnya.
“Kau memang hebat ya, sampai saat ini, masih bisa ngomong seperti itu.”
“Tidak, tidak begitu hebat kok, ehehe.”
“Orang yang tidak memikirkan apa-apa alias bodoh itu memang menyeramkan ya.”
Di saat Iori sedang malu sambil memegang kepalanya, Nanami sudah mengepalkan tangannya dan sudah siap meledakkan kemarahannya.
“Kanda-kun, kenapa tadi aku ditolak?”
“Bisa tidak jangan bertanya padaku?”
“Dan sebaliknya, Misaki-senpai itu tipeku! Berpacaranlah denganku!”
“Ah, tidak boleh. Dia sudah ada yang punya.”
Misaki memperlihatkan cincin yang ada di tangan kirinya , seperti berkata “mau apa kau?”
“Huh?”
“Dia sudah meninggalkan Chihiro sensei dan kawin duluan loh.”
“Kanda, bosan hidup ya?”
Kepala Sorata ditinju dengan keras oleh Chihiro-sensei.
“Aah, sakit.”
Kalimat yang tadi sepertinya terlalu kasar.
“Maksudnya kawin … apakah ‘kawin’ yang terkenal itu?”
“Yah, kira-kira kawin seperti itu lah.”
“Bagaimana bisa ….”
Iori dengan sedih menurunkan lututnya dan terlihat seperti sedang bersujud.
“Bisa tidak jangan melihatku dan Mashiro dengan wajah yang menyedihkan itu.”
Nanami sepertinya tidak bisa menahan kemarahannya lagi.
Bagaimana membereskan situasi sekarang? Sepertinya sudah tidak bisa dibereskan. Dan saat ini, muncul seseorang yang tidak terduga.
“Sudah cukup.”
Dia adalah Mashiro, menatap Iori dengan tatapan kosong.
“Hn!”
Karena tertekan oleh Mashiro, Iori pun mundur selangkah.
Perhatian semua orang terfokus ke Mashiro, sebenarnya apa yang ingin dia katakan ke Iori? Apa dia sedang marah? Saat semuanya sedang berpikir, Mashiro berbicara.
“Sebentar lagi Nanami akan menjadi D-cup.”
Sorata dan Iori dengan terkejut membuka mulutnya dengan lebar sambil menatap Mashiro.
“Yang kubilang itu kenyataan.”
Hanya Mashiro yang tetap tenang.
“Dia kemarin juga bilang kalau BH-nya terasa sempit.”
“Ahhhh, itu tidak boleh kasih tahu ke orang lain!”
Sepertinya cuma Nanami yang tidak mau mengakuinya, dan sepertinya yang di katakan Mashiro benar. setelah mendengar kenyataannya, pandangan semua mata tertuju padasatu tempat.
“Ka-Kanda-kun, memandang ke mana kau!?”
Nanami menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya dan memutar badannya membelakangi Sorata.
“Ti-tidak bertambah besar kok, ha-hanya lebih gemuk sedikit.”
“Kau semakin gemuk?”
Walaupun sebenarnya terlihat tidak begitu.
“Ahhhh, kenapa topiknya bisa berpindah sejauh ini!”
“Itu kan Nanami sendiri yang bilang.”
“Rasanya yang salah itu Shiina.”
“Ah sudah, pokoknya begitulah. Aku serahkan orang baru ini kepada kalian.”
“Ah, Sensei!”
Walaupun memanggilnya dengan keras, hanya dibalas suara tertutupnya pintu. Apa dia pergi kencan lagi? Kalau benar, lebih baik jangan mengganggu. Dia juga punya hak untuk memperoleh kebahagiaan.
“Ah sudah, biarkan saja. Kalau begitu ayo kita buat pesta penerimaan penghuni baru Sakurasou!”
Sorata sudah tidak punya tenaga untuk membereskan masalah ini.
“Aku belum selesai bicara!”
“Aku juga berpikir begitu!”
Tapi sayang sekali, itu tidak mempan untuk Nanami.


0 comments:

Post a Comment